Bagian 18

32.7K 3K 103
                                    

Bagian 18


•°•°•

Terhitung sudah sejak satu hari yang lalu Morana kembali ke rumah, setelah dirawat beberapa hari pasca operasi. Sekarang keadaan Morana perlahan membaik, dan hari ini ia sudah bisa kembali ke sekolah.

"Kalau ada apa-apa langsung kabarin, jangan olahraga yang berat-berat dulu. Bekalnya jangan lupa dimakan," pesan Amira. Ia masih ragu untuk membiarkan Morana berangkat ke sekolah, namun gadis itu bersikeras untuk kembali sekolah hari itu juga.

"Iya, Mi," jawab Morana setelah meneguk minumnya. Kali ini ia kembali berangkat awal, sesuai kebiasaannya sedari dulu.

"Mau berangkat?" tanya Ronal yang sudah siap dengan setelan kantornya.

Morana mengangguk, menyalimi mereka lalu berlalu dari sana menuju sekolah.

Sesuai dugaan, sekolah masih sangat sepi. Morana dengan leluasa berjalan, menyusuri lorong sekolah yang sepi, hingga ketukan sepatu milik Morana menggema disepanjang lorong sekolah.

Duduk menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, gadis itu duduk diam didalam kelas yang masih sangat sepi. Hanya ada dirinya dengan kursi-kursi kosong.

Gladis yang biasanya datang lebih awal dari Morana kini berangkat seperti murid pada umumnya, semenjak menjadi kekasih Nicolas, gadis itu datang sesuai jam normal. Dan menurut Morana itu wajar. 


Satu persatu, para murid masuk, menempati kursi masing-masing. Suasana sekolah mulai ramai, dan Morana asik menatap lapangan yang dilewati para murid yang berdatangan.

"Pagi, Na," sapa Gladis yang baru saja datang, Morana bisa melihat Nicolas yang baru saja lewat setelah mengantar kekasihnya sampai didepan pintu kelas.

"Pagi," balas Morana.

Sebuah buku tulis disodorkan okeh Gladis, "Nih, lo banyak ketinggalan. Salin aja, nanti gue bantu salin yang lainnya," kata Gladis.

Morana tersenyum, tak lupa mengucapkan terimakasih pada Gladis. Mulai menyalin semua materi di sana, sampai bel masuk berbunyi.

Pelajaran dimulai, guru memberikan materi dan murid mendengarkan, lebih tepatnya pura-pura mendengarkan, padahal pikiran mereka sedang melayang kemana-mana, hanya raga yang berdiam diri dikelas itu.

Sementara, dikelas lain, lebih tepatnya kelas Ressa dan teman-temannya tengah berlangsung jam olahraga, mengharuskan mereka berdiri ditengah lapangan dan mendengarkan arahan dari guru yang menjelaskan tentang apa saja yang harus mereka lakukan.

"Sekarang, sebagai pemanasan, kalian lari keliling lapangan ini," perintah guru itu.

"Ya elah pak, pemanasan apanya? Ini aja udah panas, masih aja mau pemanasan. Yang ada kita mateng kalau kayak gini terus," celetukan itu berasal dari Bagas yang tidak ingin berlari apalagi sambil berpanas-panasan seperti saat ini.

"Bener tuh! Lama-lama empuk nih daging," dukung yang lainnya. Cuaca pagi ini memang sangat terik, membuat mereka bercucuran keringat.

"Laki kok loyo. Situ Adam atau Popo?" celetuk Neli.

"Hilih, remahan peyek nyahut aja," kesal Bagas memandang tak terima pada teman kelasnya.

MORANA DUVESSA Where stories live. Discover now