Chapter 10: Mengantar Pulang, Pertemuan, dan Pulang

139 11 0
                                    

Chapter 10: Mengantar Pulang, Pertemuan, dan Pulang

Pertarungan sengit baru saja berlalu, meninggalkan jejak dan bekas yang cukup luas pada saat itu. Berlari menjauhi TKP untuk menghindari kesalahpahaman serta mengamankan dirinya telah ia lakukan. Menggendong seorang anak didepan dadanya sambil terus berlari menggunakan topeng yang menutupi wajahnya. Menimbulkan kecurigaan yang besar diantara masyarakat yang melihatnya.

Ia terus berlari hingga masuk kedalam salah satu gang sempit diantara keramaian jalan setapak kala itu. Menurunkan seorang anak digenggaman tangannya dengan raut wajah kecapekan dan banyaknya keringat yang mengucur deras di seluruh tubuhnya.

Menarik nafas dalam berulang kali
“Hah! Hah! Hah! Ck Aghhh! Kita udah cukup jauh kan lari dari tempat itu?!”

Tama lalu melepas topeng yang ia kenakan. Menguap, ya ada banyak sekali uap yang keluar dari dalam topeng yang Tama kenakan pada saat itu. Kemungkinan adalah suhu tubuhnya yang meningkat saat bertarung sebelumnya, dan wajah nya sebagai tumpuan fokus dalam melihat segala hal. Yang berarti penggunaan mata barusan, serta fokusnya yang menguat dengan sendirinya akibat skill bawaan miliknya, mengakibatkan beban pada mata baru dan mata biasanya menyebar ke seluruh wajahnya sebagai sistem pendinginan tubuh secara natural.

Sementara itu anak kecil tadi dengan malu malu mulai menarik narik celana Tama. Menunjukkan wajahnya yang setengah menangis dengan perpaduan menahan malunya pun ia tunjukkan kepada Tama.

“emmm anu. Te... Te... Terimakasih banyak!” lalu ia menundukkan badannya.

Tama yang masih terengah engah langsung memalingkan pandangannya dan merubah struktur ekspresi nya menjadi senyum ceria.

“He? Apa?”
“Ya..... Yoshino-chan beruntung ni, ketemu anak muda yang tiba tiba nolong.”
“Iya!”
“Ngomong omong... Ne kamu anak muda!”
“Apa?!”
“Kamu  jangan jangan Seirei ya!?”

Spontan Tama kaget lalu melompat sehingga ia terbentur plang yang ada dibelakangnya.

“EH.... NGGAK NGGAK! SIAPA JUGA YANG SEIREI!” Sambil mengelus elus kepalanya yang sakit.

Namun karena alasan itulah boneka yang berada di tangan kiri anak kecil itu seperti tersenyum lebar, menyeringai dengan maksud untuk memojokkan Tama.

“Oh..... Kamu beneran bukan Seirei?!”
“Yakin lah!”
“Yang bener.....”
“(Anjing ni boneka cerewet amat, aku harus sebisa mungkin tidak membongkar identitas ku!)”
“Iya bener kok! Tadi aku lagi pengen kencing tapi gak ada toilet di deket sini, terus aku liat ada taman kosong gak berpenghuni gitu, yaudah aku kesana. Eh... Malah gak sengaja ketemu kalian.”
“Jadi bagaimana kamu menjelaskan tentang pedang yang keluar dan kamu juga bisa mengimbangi wanita tadi dalam bertarung!”

Sekali lagi Tama dibuat terpojok oleh sebuah boneka tangan yang secara misterius hidup dan memiliki kesadarannya sendiri. Ia mulai berkeringat lagi, takut akan identitas nya akan terbongkar pada saat itu juga. Melihat orang yang menyelamatkan mulai tersudut, anak itu tiba tiba menyela dengan pertanyaan yang mengalihkan perhatian untuk sementara waktu.

“SAYA! Eh... Em anu saya Yoshino, dan teman kecil di tanganku ini Yoshinon, senang bertemu dengan mu Onii-san.”

Tama saat itu juga langsung menghembuskan nafas panjang dengan leganya. Tak peduli apa pun yang ia katakan, menghindari pertanyaan seputar Seirei atau Roh itu adalah sesuatu yang penting. Membalas dengan tawa yang sedikit canggung dengan tangan kirinya ikut menggaruk kepalanya.

“Aha aha ahahahaha, oh gitu... Oke salam kenal Yoshino-chan, Yoshinon-chan. Kalau begitu aku juga harus memperkenalkan diri. Aku Tama, Tachibana Pratama, salam kenal!”
“Ah! Baik! Salam kenal juga Tachibana-san!”
“Aha ahahahaah”
“Ahahaahaah”

Tama kemudian memalingkan pandangannya dengan rasa canggung yang memenuhi wajahnya. Yoshino juga ikut ikutan membelakangi nya, dengan wajahnya yang mulai memerah untuk sesaat.

“(Aaaaaaaaaah.... Canggung banget Anjjr! Gak etis banget aku gak bisa jawab pertanyaan tadi, tapi juga aku gak bisa mengungkap jati diriku juga. Pada akhirnya aku juga yang diselamatkan dari pertanyaan itu. Ah..... Merepotkan tapi biarlah.”

Tama lalu memalingkan kembali wajahnya dengan wajah yang sudah dalam ketenangan.

“Ne Yoshino-chan! Mau kuantar pulang kah?”
“He?”

Yoshino sontak sedikit kaget dengan pernyataan itu. Timbul rasa khawatir kembali dibenak nya, tak dapat dipungkiri ada segelintir orang yang ingin menangkap dirinya. Dan kali ini ia juga mewaspadai Tama sekalipun walau ia lah yang menyelamatkan dirinya dari bahaya yang bisa saja membunuh dirinya sendiri. Tiba tiba Yoshinon mulai marah dan sedikit merubah dirinya ke bentuk yang bisa dibilang menakutkan dari seorang boneka tangan.

“OI ANAK MUDA! JANGAN BILANG KAU SALAH SATU DARI MEREKA! TANGAN KUBIARKAN TANGAN KOTORMU MENGAMBIL YOSHINO DARI KU!”
“Yoshinon-chan!”

Sekali lagi keadaan berubah menjadi menegang kembali. Yoshino juga kaget karena Yoshinon tiba tiba berubah menjadi bentuk perubahan rohnya secara tiba-tiba. Tama jelas kaget dengan hal itu, ia meneguk ludahnya sendiri sambil berkeringat dengan apa yang ia lihat di depannya. Tapi entah apa yang ia pikirkan, Tama dengan perlahan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kepalanya. Mengangkat wajahnya dan menatap Yoshinon dengan tatapan serius.

“Ah... Jadi begitu! Kalau kau memang tidak percaya, kau bisa membunuhku disini sekarang juga. Aku tak akan basa basi lagi, jika kau memang tak percaya padaku, kau bisa mencabik cabik tubuhku dan lakukan sesukamu. Memang aku terlihat seperti orang aneh yang bercosplay di tengah jalan tanpa alasan jelas. Tapi akan kuperjelas bahwa orang yang menyerangmu tadi adalah musuhku. Aku tak akan mengatakan siapa diriku, tapi sebagai jaminan kau bisa membunuhku disini sekarang juga.”

Mendengar penjelasan itu, Yoshino dan Yoshinon hanya bisa menelan kata kata mereka sendiri. Mereka hanya bisa tertegun melihat Tama dengan begitu jelasnya memperlihatkan kelemahannya sekaligus kelebihannya dalam satu saat yang sama. Yoshinon yang tak ikin mengambil resiko mulai berubah ke bentuk semula dan menghela nafasnya secara bersamaan.

“Ah.... Oke oke! Memang benar kau terlihat aneh, tapi tatapan matamu menunjukkan kau sedang tidak berbohong. Yah... Maaf maaf Yoshino-chan! Aku jadi marah tak jelas dan menakutimu, maaf ya!?”
“Ahahahaha aku tau kamu hanya ingin melindungi Yoshinon, aku gak marah kok hehe.”

Percakapan mulai mengalir kearah yang baik kembali. Momen itu seketika berubah menjadi obrolan mereka berdua dengan senang dan akurnya. Dan Tama ikut tersenyum dengan berubahnya alur pembicaraan ini. Ia kemudian mengulurkan tangannya dan mengajak Yoshino untuk berjalan bersamanya.


∆∆∆


Sementara itu...

Nia baru saja selesai membeli bahan bahan dan sudah keluar dari supermarket itu. Dengan senangnya ia berjalan dengan melompat dan wajah yang berseri seri menemaninya.

“Yahooooo Shounen aku kembali! Aku bawa bahannya lho, nanti kamu yang masakin oke karena aku gak bisa masak ahahahahaha!”
“Eh.........”

Nia seketika shock karena pemuda yang menemaninya tiba tiba tidak ada. Ia sudah melirik kemana mana namun tidak kunjung ketemu. Ia pun menyerah dan tampak putus, bahkan aura keputusasaannya mulai keluar dari wajah.

“Owalah Jancok! Aku ditinggal!”


∆∆∆


Yoshino dan Tama kini sudah berada didepan salah satu rumah di tikungan jalan di pinggir bukit. Akhirnya ia sampai di rumah dimana Yoshino tinggal. Ia segera melepaskan genggaman tangan nya dari tangan Yoshino dan mulai memencet tombol bel yang ada di samping pintu rumah.

*Teng Tong

“Anu... Permisi!”
“HAIIII!”

Terdengar suara mengiyakan panggilan bel tersebut dari dalam rumah. Tama dan Yoshino bersama sama menatap satu sama lain dan tersenyum senang. Beberapa puluh detik berlalu, pintu itu pun mulai dibuka dari dalam. Keluarlah seorang laki laki yang masih mengenakan seragam Sekolah dan celemek di tubuhnya. Memiliki rambut biru dan wajah yang imut. Dia lah Itsuka Shidou.

Shidou yang baru saja selesai memasak dan melihat di depan rumahnya ada Yoshino yang bersama seseorang disampingnya sedikit kaget dengan hal itu. Bukan apa apa, terlihat ada beberapa bekas luka gores yang bersemayam di wajah Yoshino.

“Selamat datang! Eh!? Yoshino kamu kenapa!? Apa yang terjadi kepadamu dan kenapa kamu terluka seperti itu di wajah kamu?!”
“Ah... Anu Shidou-san, ada beberapa masalah yang terjadi saat aku pulang membeli keperluan. Dan untungnya ada Tachibana-san yang menyelamatkan diriku saat itu.”
“Yuhuuuu Diselempangkan ni ye....”
“Halo!” sambil menundukkan kepalanya (Tama)


Setelah pertemuan itu Tama sontak kaget dengan apa yang diucapkan oleh Yoshino barusan. Ia mengatakan nama orang yang Tama cari saat ini. Ia tampak larut dalam pikirnya sendiri dalam beberapa saat.

“Heh!? Tadi Yoshino-chan bilang apa? Shidou-san kan....? Eh yang bener ae!? Remaja yang seumuran dengan ku ini Itsuka Shidou?! Aneh...”

Shidou yang lupa dengan orang yang bersama Yoshino tadi langsung menundukkan kepalanya sambil meminta maaf atas ketidaksopanannya

“Ah... Aku minta maaf, aku gak sadar kamu disitu karena terlalu fokus dengan Yoshino. Sekali lagi aku minta maaf!”
“Ah... Gak papa gak papa, aku juga minta maaf karena bertamu dengan pakaian seperti ini.”
“Ah... Bagaimana kalau kita masuk dulu, kebetulan aku baru saja selesai memasak, aku akan senang hati menjamu mu makan bersama kami.”
“Emmmm bukannya aku mau menolak, tapi ada orang yang sedang menunggu ku jadi aku harus segera kembali, atau tidak aku akan dibunuh saat itu juga hehe.”
“Heh dibunuh?!”
“Ah nggak nggak jangan dipikirkan perumpamaan barusan hehe.”
“Kalau begitu aku pamit dulu! Bye bye Yoshino-chan! Yoshinon!” sambil melambaikan tangan nya
“Bye Bye Tachibana-san!”

Kemudian Tama meninggal mereka bertiga tanpa sepatah kata apapun. Shidou pun menyuruh Yoshino untuk masuk karena makan siangnya baru saja siap. Dengan senang hati Yoshino bergegas masuk kedalam rumah disusul Shidou yang segera menutup pintu rumahnya. Namun beberapa saat ia menahan pintu tersebut sebelum akhirnya benar benar ia tutup.

“Siapa sebenarnya remaja laki laki tadi? Memakai kostum cosplay sambil mengantar Yoshino-chan pulang, ditambah aura yang ia pancarkan terasa tidak asing bagiku. Setelah ia mengucapkan salam selamat tinggal juga ia menghilang dengan begitu cepatnya, bahkan aku tidak menyadarinya kalau dia sudah tidak ada di depanku lagi. Apa jangan jangan dia...”
“Darling cepatlah! Nanti supnya keburu dingin lho!”
“Ah... Oke oke aku segera kesana!”
“Ah bodoamat lah!”


∆∆∆


Berlari adalah salah satu opsi tercepat untuk bepergian saat ini. Tak bisa mengandalkan kendaraan umum, bukan karena harganya yang begitu mahal, tapi karena jalan yang tak ia pahami sejauh ini. Hanya mengandalkan ingatannya untuk kembali ke tempat semula dimana ia mulai meninggalkan Nia sendirian.

Tak lama ia sudah kembali ke tempat Nia berada, jika bertanya mengapa Tama begitu cepat kembali ke tempat Nia. Jawabannya ia lah yang tanpa ia sadari kecepatan berlarinya jauh meningkat sempat hingga tanpa disadari oleh dirinya sendiri ia telah kembali. Namun pada saat itu juga ia bingung karena tak menemukan Nia dimana mana.

“Sial gara gara bocah itu sekarang Nia kemana coba! Waduh apa aku di tinggal ya?! Mau coba cari ke dalem tapi baju ku kek gini lagi aduh terus gimana AGHHHH!”

Ia tampak gelisah di depan supermarket itu, mondar mandir tanpa arah yang jelas dengan raut wajahnya yang tidak mengenakkan. Tapi beberapa saat kemudian...

“OI SHOUNEN! APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI!?”
“HIIII apa apaan aura tak menyenangkan di belakang ku saat ini?!”

Tama sedikit demi sedikit menoleh kebelakang untuk memastikan apa yang ada di belakang nya. Ia berkeringat dingin melihat apa yang di belakang nya adalah Nia yang sudah marah namun menurunkan pandangan seperti ia tidak mau melihat Tama untuk terakhir kalinya. Ia pun coba meraih tangan Nia dengan sedikit suara untuk memanggil nya.

“Anu... Nia-san? Eh anu... Kamu marah ya? Jadi... Jadi gini itu lho itu em... Apa ya itu pokoknya ada itu, ada ini datang wush duar! Dan wiiii... Yah aaghhhh ngomong apa sih aku ini! Jadi-“

*wush
Saat Tama ingin meraih tangan Nia, tiba tiba Nia langsung memeluk Tama dengan air mata yang sudah menetes. Memegang erat dengan tangisan yang bahkan orang lain tak bisa melihat.

“Goblok! Tolol! Payah! Kamu tau gak sih seberapa khawatir nya aku?! Kemaren kamu sudah kecelakaan parah, hari ini menghilang, apa kamu gak memikirkan perasaan ku ha?! Aku... Hiks aku... Gak mau kehilangan apa apa lagi! Jadi tolong! Jangan membuat ku khawatir lagi!”

Mendengar curhatan Nia didalam sebuah pelukan manja, membuat Tama seketika tidak bisa berbuat apa apa. Ia pasrah dengan keadaan yang ada dan memeluk Nia dengan lembut. Kasih sayang saat itu menyebar menyelimuti kedua orang itu, sentuhan lembut setiap karakter membuat perasaan nyaman yang begitu indah disaat momen tersebut.

“Maaf... Maaf Nia-san! Maaf sudah menyusahkan mu, apalagi aku ini hanya orang asing yang kamu rawat. Sebesar itu kah kamu begitu menghawatirkan seseorang yang pertama kali kamu temui? Sebenarnya aku tidak tahu apa rencana mu sampai mau merawat ku, tapi jika seorang laki laki membuat seorang wanita menangis, itu adalah perbuatan yang sangat buruk dan seburuk buruk nya. Maka dari itu aku minta maaf dan akan bersamamu untuk sementara waktu ini. Jadi... mau kah kamu memaafkan ku Nia-san?”
Namun beberapa saat Nia sedikit melakukan hal yang sedikit mencurigakan. Sedikit menggesek gesek tubuhnya tepat saat ia sedang berpelukan dengan Tama waktu itu. Tama tak sadar namun ia merasa geli karena disekujur tubuhnya terasa geli untuk sementara waktu.

Tiba tiba Nia melepaskan pelukannya dengan paksa, mengelap tetesan air mata yang berjatuhan ke muka manisnya. Tanpa sebuah konteks nya jelas Tama hanya sekedar memiringkan kepalanya dengan perasaan yang membingungkan.

“Nia-san?”

Nia tetap tidak merespon keberadaan Tama, ia hanya menunduk tanpa membuat ekspresi apapun. Ia penuh dengan aura kemisteriusan, walaupun itu mungkin hal yang membingungkan dan aneh, Tama tetap berdiri tanpa melakukan apapun.

“TAPI BOONG!” Teriak Nia sambil tertawa
“Ahahahahaha lihat lah ekspresi bodoh mu itu! Kamu dengan mudah terpedaya oleh perasaan seorang perempuan, ahahahahaha aku tak percaya orang seperti mu memiliki kenaifan yang luar biasa ahahaahahaha.”

Nia sangat senang prank nya berhasil membuat seorang laki laki luluh didepan matanya sendiri. Ia tak bisa berhenti tertawa, ia sampai menepuk nepuk pundak Tama saking bahagianya dirinya. Tama yang dipermainkan hanya berdiri dan menatap Nia dengan tatapan jijik.

“Cringe goblok!”
“Eh? Seketika Nia tertegun
“Sudah kubilang kan kamu cringe!”
“Buhak!”

Nia yang semula semangat tiba tiba harus kalah dengan tatapan jijik serta serangan mengejutkan dari Tama. Ia kembali ke dasar kekecewaan untuk kesekian kalinya, kemudian ia membalik badannya dan mulai berjalan dengan tersedu sedu.

“huhuhu... Baru pertama kali aku dikatain cringe sama seorang laki laki.”
“Hatiku serasa hancur hu... Yaudah lah ayo pulang, akan kutunjukkan jalannya.”
“(Ahahahahaha dia lebih goblok ternyata kikikiki)”

Kemudian mereka pulang ke apartemen Nia dengan perasaan yang saling berkebalikan.

Date A Live X: The Male of Spirit - FanFictionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora