Chapter 5: Perasaan Seorang Gadis

349 27 1
                                    

Chapter 5: Perasaan Seorang Gadis

Pada sebuah ruangan yang sunyi, banyak pecahan kaca berserakan di sekeliling ruangan itu. Di sudut ruangan tersebut terdapat sebuah sofa yang cukup lama, rak buku, serta sebuah meja bundar kecil didelan sofa tersebut. Disana juga terdapat sebuah tempat tidur yang ditempati oleh seorang pemuda penuh dengan perban.

Cahaya mentari mulai unjuk gigi memancarkan cahaya nya menembus gelapnya ruangan tersebut. Cahaya matahari mulai menyinari kasur yang ditempati pemuda itu, merembet melewati tubuhnya dan menyilaukan mata nya. Pemuda tersebut kini mulai menggerakkan matanya, berusaha sekuat tenaga untuk membuka indra penglihatannya.

Ia mulai menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk mengecek tempat itu.

“Agh... Dimana ini?!”

Ia secara perlahan mulai mengangkat tubuhnya sendiri untuk bangun dari tidurnya yang panjang itu. Rasa sakit mulai menyebar ketika ia perlahan bangun dari tidurnya.

“Agh! Agh! Sakit sekali! A... A...!”

Namun ia tetap memaksakan untuk duduk, sementara itu ia mulai melihat sekeliling ruangan tersebut. Ruangan yang seperti nya adalah apartemen yang telah lama ditinggal kan.

“itte! Ini sebenarnya ada dimana?! Kenapa aku bisa didalam kamar seperti ini? Aghhh aku tak ingat apa apa!”

Ia pun memegang kepalanya karena pusing yang ia rasakan. Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki dari balik pintu didepannya. Seketika perhatian nya teralihkan oleh suara tersebut. Jantungnya mulai berdegup kencang dengan apa yang sedang menuju dirinya. Perasaan nya sudah mengatakan ini adalah hal yang buruk. Semakin lama langkah itu semakin mendekat, membuat kesan horror di dalam ruangan itu.

*Ngi.......k!”

Suara pintu terbuka, Tama yang panik langsung mencoba berdiri sekuat tenaga untuk bersembunyi dari seseorang yang sedang membuka pintu tersebut. Namun karena kondisinya yang masih buruk ia pun tak kuat untuk berdiri dan terjatuh sesaat ia mencoba berdiri.

“Agh...... Sialan! Aku gak bisa berdiri! Agh.... Luka perut ini sangat menyakitkan! Ck apa yang harus kulakukan!?”

Pintu itu pun terbuka, Tama langsung menatap tajam seseorang yang berdiri di pintu tersebut. Sosok di pintu itu kemudian melangkah mendekati Tama yang tengah terjatuh di tanah. Mata nya memancarkan aura merah dan kuning di kedua matanya membuat kesan mengerikan terhadap dirinya.

“Kamu! Apa yang kamu lakukan dibawah situ! Udah tau kamu terluka gitu, masih aja maksa berdiri! Hadeh sini kubantu naik!”

“Eh?!”

Ternyata sesosok yang ia kira adalah pembunuh, namun ia malah menemui perempuan dengan outfit seragam sekolah, dengan poni yang sangat panjang menutupi mata kirinya. Setelah dituntun oleh gadis tersebut naik ke tempat tidur, ia lantas meletakkan bubur yang dibungkus plastik ke dalam mangkuk. Tama hanya terdiam melihat tingkah gadis tersebut, setelah beberapa saat ia menanyakan siapa gadis tersebut.

“Eh... E... Anu!”
“Hmmm ada apa?”
“Ah tidak tidak! Tapi kenapa kamu menolong ku?”
“Oh... Kau tanya soal itu! Tak ada alasan khusus kok, aku cuma kebetulan lewat disana dan menolong dirimu.”
“ahh... Begitu ya! Terimakasih Onee-san”
Sambil tersenyum.

Gadis itu pun seketika gugup, namun kegugupan itu tak berlangsung lama. Ia segera menyerahkan bubur itu kepada Tama untuk ia makan. Tama pun menerima bubur tersebut dengan kedua tangannya. Namun saat ingin makan ia masih ada perasaan mengganjal dan membuatnya merasa tidak nyaman untuk memakannya.

“Eh... Em anu...”
“Kenapa?”
“Em.... Apa aku boleh tau namamu Onee-san?”
Seketika gadis itu pun tertawa mendengar pertanyaan itu.

“Ahahahha! Ternyata itu pertanyaan mu! Ah... Diriku Tokisaki Kurumi! Kalau kamu?”
“Saya? Nama saya Junia- agh Em... Tachibana Tama desu!”
“Ah... Salam kenal Tachibana-san!”
“Em! Salam kenal juga Kurumi-san!”
Sambil tersenyum lega

Seketika gadis itu atau Kurumi kaget bukan main. Badannya bagaikan diterpa rangkaian bunga sakura. Jantungnya berdegup sangat kencang dan pipinya pun ikut memerah seketika. Tama pun hanya bingung dengan sikap membatu nya itu.

“E... Kurumi-san? Apakah ada masalah?”
Kurumi pun kaget dengan lontaran kata kata tersebut, dan dengan gugup menjawabnya.

“Ah... Ah... Tidak tidak! Saya gak papa! Kamu lanjutin aja makannya!”
“E... Oke!”

Tama lantas memakan bubur yang telah disediakan  kurumi tersebut, sedangkan kurumi keluar ruangan tersebut dengan tergesa-gesa. Ia pun menutup pintu tersebut sangat keras sampai membuat Tama terkaget. Kurumi lalu bersandar di salah satu dinding disana sambil menutup matanya dengan tangan kanannya.

“Apa ini! Perasaan macam apa ini! Diriku tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, apa maksudnya semua ini. Senyuman nya seperti matahari terbit di pagi hari, menghangatkan setiap tempat di dalam hatiku. Ah... Ah... Apa maksudnya semua ini!.

Disaat bersamaan terdapat sebuah bayangan yang muncul dari sebelah Kurumi. Bayangan tersebut pun mengeluarkan sesosok gadis mengenakan gaun hitam dengan hiasan merah darah dan mata kirinya yang berwarna kuning. Itu adalah klon milik Kurumi. Tanpa basa basi ia langsung menanyakan apa yang dilakukan oleh tubuh aslinya tersebut.

“Ara ara... Apa yang sedang kau lakukan diriku?!”
“Ah tidak! Aku hanya lelah saja!” sambil memalingkan wajahnya.

Tiba tiba tatapannya mulai tajam menatap dirinya yang asli itu. Dengan wajah yang serius sembari tangannya yang ia letakkan pada pinggangnya.

“Ne... Diriku! Kau tidak lupa kan tujuan kita memungut dia!?”
“Ten... tentu saja! Mana mungkin aku melupakan nya!”
“Tapi kenapa kau malah memanjakan nya seperti itu!”
“A... Aku tak bermaksud memanjakannya!”
“Jadi apa yang kau lakukan tadi?! Cepat bunuh dia sekarang!”

Mendengar pernyataan itu pun pandangan kurumi pun berubah kebawah, menggenggam tangan nya sangat erat dan emosi nya yang memuncak.

“Ah... Aku tahu! Kau tak perlu memerintah ku seperti itu!”
“Fufufu baguslah kalau kamu paham diriku! Sekarang bunuh dia sekarang!”
“Hmmmm!”

Klon kurumi itu pun kembali masuk kedalam bayangan milik Kurumi yang asli. Sedangkan Kurumi menghantam tembok disebelahnya dengan kuat bersamaan dengan emosi yang ia sembunyikan itu.

“AGHH! SIALAN! Kenapa dia yang harus aku bunuh! Ck! Mana mungkin aku bisa melakukannya! Ah...”

∆∆∆

Setelah kepergian Kurumi dari ruangan itu, Tama kini menikmati bubur yang telah Kurumi belikan itu. Menyantap setiap suapan, diiringi rintihan kesakitan perutnya yang sobek.

“Hmmm... Am am... Enak juga, AGHH! Kenapa sih ni perut gak bisa diajak kompromi bentar! Gerak dikit sakit, ngapain sakit! Tai lah!”

Setelah beberapa saat menyantap sarapan itu, Tama tiba tiba berhenti memakannya. Kegelisahan dan rasa sedih lagi lagi menghampiri dirinya. Kehilangan Skill yang sangat berguna bagi dirinya, serta banyaknya barang berharga yang hilang membuat nya tak bisa melupakan hal itu.

“Astagfirullah! Kenapa! Kenapa setelah tiba di negara ini, hanya kesengsaraan yang menimpaku! Sekarang ada unit pembasmi Roh lagi... Aghh Sialan! Ah...”

Setelah menerima segala kondisi yang ada, kini ia menaruh mangkok tersebut dan menjulurkan tangannya kedepan. Mencoba kembali untuk terakhir kalinya memastikan keberadaan skill tersebut. Sambil menghembuskan nafasnya ia mulai memanggil skillnya itu.

“Bag!!!”
“Eh... Eh! Apa ini!”

Tidak disangka, setelah ia merapal nama teknik untuk mengakses skill tersebut, tiba tiba keluar sebuah Black Hole yang berputar didepannya. Luapan kegelapan mulai keluar dari dalam Black Hole tersebut mengakibatkan banyak pecahan kaca dan barang yang beterbangan.

Tama hanya bisa diam didepan Black Hole tersebut sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Beberapa saat kemudian amukan Black Hole itu akhirnya selesai, menjatuhkan segala benda yang ia terbangkan barusan.

Didepan Tama kini telah terbentuk semacam portal dimensi yang berbentuk bulat dengan warna hitam dan aura yang memancar sangat kuat.

“Aghh! Apa lagi sekarang! Apakah skill ini akan memakan ku juga? Cih! Ahhh....”

Sesaat setelah Tama menghembuskan nafas beratnya, kini telah kembali layar yang sebelumnya terdapat pada skill Inventory nya yang hilang. Tama pun sedikit syok karena menemukan hal semacam ini kembali. Ia meneguk ludahnya serta mulai melihat apa yang ada didepannya.

“Identifikasi Selesai!”
“Level Up Selesai!”
“Mencari pemilik skill...! Loading...”
“Pencarian Selesai!”
“Selamat Datang Kembali Master Tama!”
“Apakah Master Ingin Membuka Skill Ini Kembali? Yes or No!”

Sesaat Tama mulai  senang telah mendapatkan skill nya kembali. Namun disisi lain ia juga masih dihantui rasa cemas soal kejadian sebelumnya yang beberapa kali ia ditipu atau dikhianati skill nya sendiri. Setelah menghembuskan tarikan nafasnya, ia pun menekan Yes pada layar tersebut.

“Yosh! Bismillah!”

Seketika keluar semacam bayangan hitam yang seperti tentakel mulai menjerat tangannya yang ia julurkan itu. Cengkraman nya semakin lama semakin erat seiring berjalan nya waktu.

“Aghh apa! Apa ini! Sekarang apa lagi sih! Ck aaaaaaaaaaa!”

Bayangan itu pun mulai menyatu dengan tangan miliknya. Bergabung membentuk sebuah pola abstrak ditangannya. Kemudian rasa sakit itu pun kini telah berhenti, Tama akhirnya bisa bernafas lega setelah bertarung dengan bayangan itu. Lalu layar itu kini telah menampakkan wujudnya yang baru.

“identifikasi Selesai!”
“Kecocokan Dengan Master 100%”
“Luka Terdeteksi!”
“Penyembuhan Dilakukan!”
“Penyembuhan Selesai!”
“Skill Bag Kini Telah Berevolusi Menjadi Infinite of Void!”
“Stat baru telah ditambahkan!”
“- Skill yang ditampung kini tak terbatas”
- Ruang Penyimpanan Kini Tak Terbatas
- Mampu Menyimpan atau Menyerap Kekuatan Orang Lain
- Infinite of Void Tak Terikat Hukum Ruang dan Waktu
- Akses Skill Tetap Menggunakan Kunci “Bag”
- Barang Sebelumnya Tetap Tersimpan
- Slot Skill Spesial Telah Hilang Di gantikan Skill yang Dapat Meniru Kemampuan Orang Lain Secara 100% Dengan Menggunakan Kami no Me

Tama jelas terkejut dengan pembaharuan tak terduga ini, luka yang ia terima sebelumnya kini telah sembuh. Namun luka itu tidak sembuh seutuhnya, masih ada bagian perut yang perlu istirahat yang cukup untuk menyembuhkan.

Tama sangat senang akan semua ini, kecemasan dan kegelisahannya selama ini telah ditebus oleh berevolusi skillnya. Ditambah barang barang sebelumnya kini tetap ada di dalam skillnya tersebut. Setelah melihat berbagai penambahan stat pada skill barunya tersebut, pintu yang Kurumi masuki tadi tiba tiba terbuka dengan sangat keras.

Hawa membunuh kini dapat Tama rasakan dengan sangat kuat, membuat bulu kuduknya berdiri dengan cepat. Kurumi tiba tiba masuk kedalam ruangan itu dengan membawa 2 buah pistol ditangan nya. Sembari berjalan menuju Tama berada, outfit seagam sekolah nya kini perlahan berubah menjadi sebuah Gaun Astral miliknya. Berjalan dengan menatap Tama seperti binatang yang siap ia terkam. Tama pun panik dengan situasi tersebut dan tak dapat berkutik sedikit pun karena aura intimidasi yang begitu kuat.

“Oi Oi Kurumi-san! Apa yang terjadi padamu!?”
“Apakah ada yang salah? Apakah aku membuat mu marah? Ne Kurumi-san apa yang ingin kau lakukan!?”

“Berisik! Diamlah!”

Seketika pistol yang dipegang ditangan Kurumi itupun telah berada didepan kepala Tama. Ketegangan mulai terasa disekitar ruangan tersebut. Tama mulai mengeluarkan banyak keringat dingin dan jantung nya berdegup sangat kencang. Kurumi telah berdiri didepan Tama seketika, matanya menatap tajam kearah Tama. Tama hanya terdiam tak berdaya, dengan cepat Tama juga menanyakan apa alasan ia melakukan semua ini.

“E.... Anu... Kurumi-san? Apa yang kau lakukan sebenarnya?”
“Diam!”
“Iya iya!”
“Sorry ya! Kau itu aku selamat kan sebenarnya ada sebuah alasan!”
“Aku ini  bukan superhero yang akan menyelematkan seseorang dengan ikhlas! Tujuan ku sebenarnya adalah membunuh mu!”
“Apa?! Membunuhku?!”
“Ahahahahaaha! Kau ini seorang Roh tapi kepolosan mu itu tak tertolong ya ahahahah!”
“Tujuan ku membunuh mu adalah kekuatan yang ada di dalam dirimu! Kekuatan mu itu lebih besar dari Shidou-san!”
“Shidou?”
“Ara? Kau mengenalnya?”
“Tidak terlalu!”
“Kyahahaha Maaf saja tapi dirimu harus mati disini!”
“Tunggu! Tunggu! Jangan mengatakan hal yang random begitu! Kau sedang bercanda kan? Ne Kurumi-san jawab aku!”

Tiba tiba Kurumi pun meneteskan air mata dari kedua matanya. Ia gemetaran sambil memegang Pistolnya itu.

“Selamat tinggal! Tachibana-san!”
Duar*

Date A Live X: The Male of Spirit - FanFictionWhere stories live. Discover now