Chapter 7: Orang Itu

221 15 3
                                    

Chapter 7: Orang Itu

Di kota yang cerah, kesibukan orang orang mulai menyebar. Setiap jengkal langkah kaki yang ia lahat adalah orang yang berangkat bekerja waktu itu. Ia terus memandangi bangunan yang tampak usang di pinggir kota dengan bajunya hitam polosnya yang sobek. Menghela nafas panjang sembari mengangkat kedua tangannya

“Yoshah! mari buat tempat ini menjadi lebih baik!”

Tama seorang pemuda yang baru saja mewarisi sebuah bangunan tua bekas kafe milik seorang kakek. Secara harfiah adalah owner atau pemilik baru dari tempat tersebut. Namun ia masih kebingungan tentang apa yang akan ia lanjutkan setelahnya.

“Ah... Iya mau berubah jadi lebih baik, tapi gimana cara ngebangun ni bangunan tua yang dah bobrok kek gini. Haduh aku juga gak dikasih skill tukang lagi.”

Beberapa saat ia termenung di pinggir jalan sambil berjongkok disana. Ia bermain kerikil sembari memikirkan banyak hal untuk bisa membangun kafe nya tersebut.

“Hmmmm.... Apa yang harus kulakukan....? Aku tak tau daerah sini, masih harus mencari tukang nya, masih harus mencari perabotan dapur, masih cari tempat tinggal sementara, MASIH mikirin bahan dan menunya, MASIH harus bayar air dan lainnya. AGHHHHHHHHHHHH PUSING PUSING!”

Namun selang beberapa saat ada perempuan yang mendekati dirinya. Ia lalu mencolek colek punggung Tama yang tengah jongkok di pinggir jalan itu.

“Onii-san!”
“HUA!!!”

Sontak Tama kaget dengan panggilan serta colekan perempuan itu barusan. Ia langsung mundur untuk menjaga jarak dari perempuan tersebut.

“Ka... Kamu siapa?!”
“Eh kamu Onii-san menjauh begitu Onii-san?”
“Kamu siapa? Apa yang kamu inginkan dari ku?!”
“Hmmm?” sambil memiringkan kepalanya

Tampaknya Tama masih merasakan Trauma tentang apa yang ia alami sebelumnya. Ia mungkin tidak bisa mengingat apa apa, namun perasaan itu masih ia rasakan hingga kini. Namun perempuan itu tersenyum memperlihatkan sisi manisnya. Ia kemudian mencoba untuk mendekati Tama yang berada di agak jauh didepannya.

“Onii-san kamu tidak apa apa kan?”

Ia masih panik serta memasang wajah ketakutan disana.

“Ah... Jangan takut begitu. Aku ini hanya seorang Mangaka, jadi kamu gak usah takut!”
“Onee-san ini seorang Mangaka?”
“Iya aku adalah seorang Mangaka, lihatlah ini tinta dan pulpen yang habis aku beli di toko.”
“Ah e... Itu memang benar tinta dan pulpen.”
“Jadi kamu gak takut lagi kan?”
“Em.... Sedikit!”
“Ahahahaha!”
“Jadi kenapa kamu berada jongkok didepan bangunan tua ini?”

Tama hanya menundukkan kepalanya sambil memperlihatkan sisi cemasnya. Namun Onee-san tersebut terus membujuk apa yang sebenarnya terjadi padanya.

“Ne... Anak muda! Kamu bisa cerita pada Onee-san apa yang terjadi!”
“Emmm.....”
“Tidak apa apa, aku akan mendengarkan cerita mu!”
“Ah tidak tidak, aku hanya tersesat disini dan malah diberikan sebuah bangunan tua sama seorang kakek.”

Onee-san itu pun seketika merasa bingung dengan apa yang anak itu alami. Ia berpikir bagaimana bisa seorang anak tersesat disini tapi malah diberikan sebuah bangunan oleh orang yang tak ia kenal. Namun disisi lain Tama tau bahwa ini adalah kesempatan untuk menanyakan tentang kota ini pada Onee-san tersebut.

“Emmmm.... Anu Onee-san?”
“Eh aaaa apa anak muda?” seketika terkejut dan langsung menanggapi anak itu.
“Anu... Apa Onee-san bisa memberitahu ku dimana penginapan didekat sini?”
“Ah... Penginapan ya? Tapi apa kamu punya uang untuk bisa membayar uang sewa penginapan?”
“Tentu!”
“Eh?”
“AH Keceplosan!”

Date A Live X: The Male of Spirit - FanFictionWhere stories live. Discover now