Chapter 21: Ketidakpedulian dan Dendam

58 4 1
                                    

Chapter 21: Ketidakpedulian dan Dendam

Hari panas yang menyilaukan di kota yang porak poranda. Menambah hawa panas yang semakin menusuk kulit. Akan tetapi mendung yang tak terduga datang menghantui seiring berjalannya waktu. Tak lama hujan pun turun mengguyur menenangkan bara api kota.

Di dalam guyuran hujan yang cukup deras Tama berdiri tegap dihadapan para Roh beserta robot besar di depannya. Tatapannya menunjukkan gejolak emosi yang luar biasa menatap robot disana dengan seksama. Sang robot juga nampak kembali bersemangat setelah kedatangan Tama itu. Merasa di pandangi Tama sedikit melirikkan matanya ke arah Shido yang sudah pingsan.

"Kalian..... Pergilah!" Dengan nada pelan yang sangat mengintimidasi.

"TAPI KAMU SENDIRI!--" Kaguya menyela.

"Sudah kubilangkan untuk PERGI!" Sekali lagi Tama menunjukkan auranya yang sangat menyesakkan dada.

Dan disaat itulah Nia datang dengan terengah-engah.

"SEMUANYA! MUNDUR!" Teriak Nia.

"HA?!" Semua Roh nampak kaget sambil menoleh kepada Nia.

"SUDAH! Bawa Shido ke tempat yang aman! Biarkan robot itu diurus Tama! KALIAN KEMBALILAH DULU!"

Semuanya yang tak tahu harus melakukan apalagi akhirnya pergi meninggalkan Tama sambil membawa Shido. Nia sendiri paham akan apa yang sedang terjadi. Melihatnya untuk sekali lagi rasa takut yang sama akan masa lalunya bahkan lebih buruk dari itu. Ia segera memalingkan badan dan ikut dalam rombongan para Roh. Dalam langkah kakinya ia masih sempat untuk menoleh kebelakang dan melihat tatapan Tama yang juga ikut menatapnya.

"(Tama... Aku tak tahu siapa dirimu yang sebenarnya...! Namun tatapan itu, mata itu, perasaan ini... Bahkan lebih buruk dari itu! Semoga kau tidak benar benar menjemput kematian itu sendiri!)

Dengan sekejap mereka dijemput oleh kapal Ratatoskr dan diteleportasi ke dalam. Tama disana hanya menatap dengan sinis kepergian mereka tanpa berucap sepatah katapun. Sementara dia menatap, sang robot sudah ada di depan Tama lalu memukulnya dengan sangat keras hingga terpental sangat jauh.

Deru teriakan robot terus menggema ke seluruh kota, teriakannya bahkan sampai terdengar ke dalam bunker para pengungsi. Di dalam keadaannya yang masih terpental robot itu melesat dan sudah ada di atas Tama, memukulnya untuk sekali lagi ke tanah. Hentakan tubuh Tama yang menabrak tanah langsung membuat tanah disekitarnya membentuk kawah yang lumayan besar. Dalam posisi berbaring telentang menghadap langit, Tama hanya terdiam tak menunjukkan ekspresi sedikitpun.

Robot itu datang dan berdiri di atas tubuh Tama, mengambil ancang-ancang, dan memukuli Tama secara beruntun. Tak hanya tinju, semua serangan listrik darinya dilancarkan dan kala itu seperti kembang api di dalam hujan. Terangnya listrik yang terpancar dan guncangan akibat serangannya mengiringi jalannya hujan pada siang itu.

“AAAAAAAAAAAAA”

“BUNUH! BUNUH! BUNUH!”

“BAJINGAN SIALAN! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

Namun seketika pukulannya terhenti tanpa sebab.

Salah satu lengan robot itu tiba-tiba tak bisa digerakkan olehnya. Robot itu kaget melihat tangannya tak berfungsi bekerja. Kontrolnya memang masih ada, namun ada yang membuatnya tertahan sehingga tak dapat digerakkan. Dari dalam debu dan asap yang keluar Robot itu kaget bukan main melihat Tama menghentikan tangannya hanya dengan tangan kosong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Date A Live X: The Male of Spirit - FanFictionWhere stories live. Discover now