Chapter 6: Kafe

272 22 4
                                    

Chapter 6: Kafe

“Sayonara... Tachibana-san!”
*Duar

Peluru telah ditembakkan, sebuah peluru melesat ke kepala Tama seketika. Tama tak dapat bergerak sama sekali, membatu karena tak dapat berbuat apa apa untuk menghindari tembakan tersebut. Matanya mulai terbuka lebar karena takut akan kematian, namun sesaat sebelum peluru itu hampir mengenai kepalanya, tiba tiba mata kiri nya berubah menjadi merah diikuti pola oktagram di pupil nya.

*Wush
*Duar

Seketika peluru tersebut meledak tepat didepan kurumi dan Tama. Peluru yang digunakan Kurumi adalah salah satu peluru unik miliknya yang ia modifikasi sendiri. Memungkinkan peluru yang ia tembakan meledak seperti granat. Kurumi menurunkan pistolnya, kepala nya ikut turun serta perasaan yang entah apa ia tidak mengerti.

“Agh! Kenapa! Kenapa begini lagi! Hiks... Apa apa an perasaan semacam ini lagi! Kenapa perasaan ini muncul lagi Aghhhh!”

Namun dari sudut ruangan tersebut tanpak siluet seorang pemuda yang sedang berdiri disana. Berdiri tegap sambil melihat kebelakang menatap Kurumi.

“Ne... Kau cukup percaya diri ya!”

Kurumi seketika meningkatkan kewaspadaan nya kembali dan menodongkan pistol itu kearah siluet tadi. Perasaan nya mengatakan ini adalah pertanda buruk baginya.

“Kau Siapa!”

Namun hanya tawa panjang yang ia dapatkan setelah menanyakan hal itu.

“Ahahahahahaha aku siapa?! Ahahahahaha apa kau sedang bercanda?! Ahahah!

“Aku tidak sedang bercanda! Kau ini siapa ha!?”

“Ahaha sabar sabar! Kau tidak mengenal diriku? Kau jahat juga ya!”

“Kau dari tadi ngomong apa sih!”

“ahahahah sabar Ojou-chan sabar!”

Ia pun membalikkan badannya, asap disekitar nya juga ikut menghilang bersama berbalik badannya orang itu. Perlahan perawakan orang itu pun mulai tampak dihadapan Kurumi. Kurumi yang melihatnya sangat terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. Mata nya tak henti henti nya melotot serta hatinya yang tidak tenang.

“Ta... Ta... Tachibana-san.......!”
Orang itu pun hanya tersenyum lebar mendengar kata tersebut keluar dari mulut Kurumi.

“Oi! Bagaimana bisa kamu... Bagaimana kamu ada disitu?!”
“Ahahaha terkejut?!”

Namun seketika Kurumi menatap tajam kearah Tama, ia tampak sangat marah melihat kejadian itu. Ia menggenggam sangat erat kedua pistol nya saking kesalnya ia. Kurumi lalu menodong kan pistolnya itu kearah Tama kembali.

“Ne...! Kau siapa bangsat!”
“Hmmm?” sambil memiringkan kepalanya
“Aku bilang kau siapa BANGSAT!”
“Wohohoho santai dong! Apa kau buta? Aku ini Tachibana Tama to...”
“Bukan!”
“He?”
“Kau bukan Tachibana-san!”
“Apa yang membuatmu mengira aku bukan Tachibana-san?” sambil tersenyum jahat
“Aku juga tak tau! Tapi! Tachibana-san punya aura yang berbeda dibanding orang pada umumnya walau dia seorang Roh. Dia mempunyai kelembutan hati dan juga kebaikan yang bisa kurasakan sejauh ini! Tapi Kau! Sebaliknya kau dipenuhi Kebencian, Kedengkian, Balas Dendam!”
“Ahahahaha terserah kau mau bilang apa!”

*Dor

Tiba tiba Kurumi melepaskan tembakan untuk kedua kalinya, namun kali ini menggunakan peluru hasil kekuatan nya sendiri. Namun dengan mudahnya Tama menghindari serangan tersebut.

“Cih!”
“He...h mau bertarung?!”
“Hah! Jangan meremehkan ku!”
“Baiklah! Mari bersenang senang!”

Secara tiba tiba angin mulai mengitari tubuh Tama dengan cepat. Berputar mengitarinya dibarengi cahaya yang keluar dari dalam angin tersebut. Seketika angin itu pun menghilang, digantikan oleh cahaya yang sekarang mulai menyatu dengan tubuhnya. Sedikit demi sedikit cahaya tersebut berubah menjadi sebuah pakaian. Gaun Astral nya kini mulai terbentuk. “Otoko no Seirei: Tachibana Tama”

“Eh... Kau ingin serius ya...!?”
“Yah begitulah! Sa.... Mari kita mulai!”

Kedua kubu kini telah bersiap dengan kuda kudanya. Tama kini mengeluarkan pedang yang sebelumnya ia gunakan untuk membelah kota. Bersiap menyerang Kurumi yang berada diatas kasur.

Tama langsung melesat tanpa basa basi menuju Kurumi berada. Tak mau kalah Kurumi melompat kebelakang untuk menghindari serangan tersebut. Tak kehilangan mangsanya, Tama langsung mengubah arah serangannya. Kini ia melompat untuk mengejar Kurumi, tepat didepan Kurumi ia langsung menebaskan pedangnya tersebut. Mau tidak mau harus menyilangkan kedua senapannya untuk bertahan dari serangan itu. Namun baru sebentar saja menahan serangan itu, Kurumi langsung terpental kebelakang dengan cepat menghantam tembok dibelakangnya.

Tama sekali lagi menuju Kurumi dengan wajah psikopat nya. Dari jarak seperti itu kurumi mencoba menembak dengan kedua senapannya, namun dapat di tangkis dengan mudah oleh Tama. Tama kemudian menendang perut Kurumi dengan cukup keras, membuat Kurumi memuntahkan air liur nya dan terlempar kebelakang lagi karena tembok yang ia tabrak telah hancur akibat dorongan tendangan Tama yang begitu kuat.

Kurumi kini hanya terkapar lemas di tanah sambil memegang kedua senapan milliknya. Tama pun menghampiri Kurumi secara perlahan, tertawa senang karena pertempuran telah ia menangkan.

“Eh... Apa cuma segini kekuatan mu Kurumi-san?! Ahahaha!”
“Uhuk uhuk uhuk uhuk! Agh sialan!”

Kurumi lalu mundur sambil menyeret badannya sendiri untuk menjaga jarak dengan Tama. Sedangkan Tama mulai mendekati dirinya sambil mengelap i pedang nya lalu ia jilat dengan lidahnya. Tama kemudian menendang kepala Kurumi setelah ia sampai didepannya. Menginjak perutnya untuk kedua kalinya, menjaga supaya Kurumi tidak bergerak lagi. Kurumi hanya merintih kesakitan tak bisa berbuat apa apa.

“Ne... Kurumi! Terimakasih karena telah memungut ku waktu itu! Kau memang yang terbaik!”
“Eh... Apa maksudmu?! Apa kau sedang meledekku ha?!”
“Aha ahahaha hadeh, jadi ada kata kata terakhir?!”
“Kau sedang bercanda atau bagaimana?!”
“Ahahahah mana mungkin aku bercanda!”
“Cih tak ada yang ingin kubicarakan dengan mu!”
“Eh... Gak ada wasiat nih? Oke lah!”
“Selamat tinggal! Hehehe!”

Tama pun mulai mengangkat pedangnya, siap menusuk Kurumi dengan segenap kekuatan miliknya. Tama sekarang mulai menggerakkan tangannya untuk menusuk Kurumi. Kurumi hanya menutup matanya berharap ada keajaiban datang. Tepat ketika pedang itu ingin menembus dada milik Kurumi, tiba tiba Tama merasakan rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit yang berasal dari luka perut sebelumnya.

Serangan miliknya yang ia lancarkan meleset, menembus lantai kayu yang ada disebelah Kurumi. Ia pun meronta meronta kesakitan, tak ingin menyia nyia kan kesempatan, Kurumi lalu menembak Tama tepat di perutnya. Tama mulai merintih sangat keras karena dua rasa sakit yang ia rasakan.

Tama kini mulai mundur dari tempat Kurumi berada, tersungkur lalu bersujud karena sakit yang tak tertahankan. Kurumi perlahan mulai berdiri walau ia masih lemas dengan keadaannya, Mengangkat tangannya keatas sambil berteriak.

“Keluar lah! Diriku!”

Seketika banyak bayangan hitam yang mulai bermunculan di sekitar Kurumi. Dari bayangan tersebut keluarlah masing masing Klon milik Kurumi. Klon tersebut merasa cemas mengapa ia tidak memanggil dirinya saat keadaan genting seperti tadi.

“Diriku! Mengapa kamu tidak memanggil kami! Kau tahu kan jika kamu mati, kita semua akan ikut lenyap bersama mu!”

Kurumi hanya bisa menundukkan kepalanya dengan rasa sakit yang rasakan

“Maaf!”

Klon Kurumi pun menghembuskan nafas nya untuk membuang kekhawatirannya.

“Ah terserah kau saja lah! Yang lebih penting sekarang kita urus dia!”
“Ah kau benar! Tolong ya, aku sudah tidak tahan lagi!”
“Oi!”
Kemudian Kurumi pingsan setelah berbicara dengan Klonnya itu. Beberapa Klon miliknya mulai menangkapnya dan mereka bawa kedalam bayangan untuk beristirahat. Lalu sisa Klon Kurumi yang ada di permukaan mulai mendekati Tama. Menatapnya dengan jijik serta wajah yang tidak mengenakkan.

“Dasar Bajingan!”

Klon Kurumi itu kemudian menendang kepala Tama kesamping, membuatnya terhentak ketanah dengan keras. Tama hanya terbaring merintih kesakitan terus menerus. Lalu Klon Kurumi itupun mengangkat kepala Tama dengan menarik rambutnya.

“Ne Bajingan! Kau itu tak tau diri ya! Apa maksudmu mu menyerangnya!” sambil menodongkan pistol ke leher Tama

“Agh sa... Mana ku tahu!”
“Kau sangat pandai bicara ya ternyata!”
“Ya... begitulah.”
“Ne... Karena kau sudah macam macam dengan ku, jangan harap kau bisa mati dengan mudah!”
“eh... Apa aku harus takut kepadamu?! Cuh* Tama meludahi Kurumi yang ada didepannya.

Klon Kurumi tersebut mulai kehilangan kesabaran. Dia menyuruh Klon lainnya untuk memegangi Tama untuk sementara. Amarahnya sudah berada di puncaknya sekarang, mengepalkan kedua tangannya, bersiap untuk memukuli nya.

“Apa yang akan kau lakukan?”
“Entahlah! Tanyakan nanti setelah aku selesai dengan mu!”

Kurumi pun mulai memukuli Tama dengan keras. Pukulannya mengarah ke seluruh tubuh Tama, memukul nya dengan membabi buta. Setiap pukulannya memiliki amarahnya tersendiri untuk menghajar Tama secata brutal. Tama hanya menerimanya serangan tersebut sambil menikmati rentetan pukulan yang ia terima itu.

Beberapa saat berlalu kini Tama babak belur oleh pukulan milik Klon Kurumi. Ia sudah mulai lemas akibat rentetan pukulan tersebut. Tangan Kurumi kini dipenuhi darah akibat terus menerus memukul Tama. Ia pun mulai mengelapi keringat yang ia hasilkan sendiri.

“Ah! Ah! Ck! Ah!”
“Agh! Sudah capek?”
“Mulutmu itu memang harus dihancurkan ya!”
“Ehe!”

Kini Kurumi membungkuk ke tanah, mengambil pedang yang sebelumnya Tama gunakan untuk menyerangnya dirinya yang asli. Tama kini mulai panik dengan Kurumi yang memegang pedang miliknya.

“Oi oi! Apa yang mau kau lakukan dengan pedang itu!”
“Ah... Tidak banyak! Mungkin hanya mengeluarkan isi perutmu, mencongkel mata mu satu persatu, memotong kemaluan mu, memotong jari mu kecil kecil, menusuk jantung mu lalu kuambil lagi, dan masih banyak lainnya ahaahahahahaahah!”
“Oi yang benar saja!”

Tama mulai berkeringat dingin dengan apa yang ia lihat sekarang, memikirkan segala cara untuk menghindari sebuah kematian yang berada di depannya. Mode yandere klon Kurumi sekarang aktif, mengeluarkan tawa tak mengenakkan dengan wajahnya juga yang tampak seperti psikopat.

“Sa... Mari kita mulai pestanya!”

Kurumi sekarang mulai menusuk perut Tama dengan cepat, membelah nya dari dada sampai keatas kemaluan miliknya. Jelas Tama berteriak sangat keras karena perlakuan tersebut, meronta ronta untuk melepaskan tubuhnya dari genggaman dua klon Kurumi yang menahannya.

“AGHHHHHHHHHHH HENTIKAN! HENTIKAN! KUMOHON HENTIKAN! AGHHHHHHHHHHHH!”
“Ha? Aku tak mendengarmu! Berteriak lah lebih kencang lagi!” Sambil menusuk Usus Tama yang mulai kelihatan.”
“AGHHHHHHHHHHHHHHHH! HENTIKAAAAAAAAANNNNNNNN!”
“Ehe! Ehehehehehehehe! Lagi! Lagi! Lagi!”
Kini ia menarik Usus milik Tama yang telah ia tusuk barusan.
“AGHHHHHHHHHHH SAKIT! SAKIIIIIIITTTT!”
“Mwehehehe Lihatlah usus mungil mu ini!”

Namun seketika usus yang telah Kurumi tarik tersebut kembali kedalam tubuh Tama dengan cepat. Semua luka luka yang telah ia terima kini mulai sembuh sendiri dibarengi aura hijau yang keluar dari badannya. Kurumi sempat kaget akibat hal tak biasa ini, menganggap ini adalah penyembuhan kembali Kurumi tersenyum lebar saking senangnya. Hasrat membunuhnya kini bertambah karena targetnya yang ia siksa dapat ia siksa sepuasnya.

“(Uwah! Bajingan ini bisa menyembuhkan lukanya sendiri walau sudah terluka sangat berat seperti ini! Hehe! Hahahahahahahaha! Bagus! Aku bisa menyiksa nya lebih dan lebih lagi!)”
“Agh agh Ck! Agh!”
“Bagaimana? Nikmat kan? Mwehehehe!”
“Dasar Gadis Gila! Apa Maksudmu semua ini!”
“Nggak! Nggak ada! Cuma asik asik aja refreshing menghilangkan stres!”
“Stres matamu picek!”
“Yah terserah apa katamu! Mari kita lanjutkan ronde kedua mwehehehe!”

Kurumi mulai menusuk mata kanan milik Tama, namun tidak secara langsung melainkan secara perlahan, sedikit demi sedikit menembus mata yang rapuh tersebut. Tama lagi lagi hanya bisa berteriak merasakan pedang itu perlahan masuk ke matanya.

“AGHHHHHHHHHHHH AGHHHHHHHHHHHHHH!”
“AHA AHAHAHAHAHAHAHA!”

Kurumi langsung mencabut pedang tersebut dari matanya, mata milik Tama tersebut ikut keluar bersama pedang tersebut dan menempel pada pedang itu. Tama sudah mulai tidak kuat dengan apa yang ia rasakan, ia sudah muak merasakan penderitaan seperti ini. Darahnya mulai mengucur lagi dari matanya.

Kini Kurumi mulai mengincar mata kiri Tama, dengan senyumnya ia menaruh pedang itu tepat didepan mata milik Tama. Jelas ini membuatnya berdegup sangat kencang melihat pedang itu berada tepat didepan pandangannya.

“Ne... Aku akan mulai pelan pelan, jadi selamat menikmati ya hehehe!”
“Aku mulai ya...”
“Hentikan! HENTIKAN!”

Tama pun mulai melotot karena dipaksa oleh pedang itu. Pupilnya bergetar begitu kencang meronta ronta didalamnya. Kurumi mulai menusuk pedang tersebut. Namun...

“HEN...TI...KAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNN!”

Seketika aura yang sangat kuat keluar dari tubuhnya, menghempas klon kurumi yang tengah memegangi kedua tangannya. Sedangkan klon Kurumi yang menyiksanya terpental kebelakang. Mata nya kini kembali berubah menjadi Kami no Me setelah sempat nonaktif karena penyiksaan itu. Mata nya kini mengeluarkan kan darah yang cukup banyak, sebagai gantinya kekuatan miliknya meluap luap begitu besar.

“Agh! Agh! Gluk! Ck! Agh!”

Kini Tama berdiri perlahan, Mengangkat setiap persendian yang sempat tegang tersebut. Disana ia tiba tiba merapal sebuah jurus entah untuk apa.

“SWITCH”

Seketika Tama yang baru saja disana menghilang tanpa jejak dihadapan klon kurumi tersebut. Kurumi yang baru saja bangun sambil membersihkan tubuhnya, kaget karena ketidak hadiran sosok Tama dihadapan nya. Ia pun seketika berteriak diikuti tawa jahatnya.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! HEHE HEHE HEHAHAHAAHAHAHAHA!”
“Lari lah! Lari lah bajingan sialan! Akan ku temukan dan kuhabisi kau saat itu juga hahahah!”

∆∆∆

Di suatu tempat di pinggir jalan, Tama terjatuh dari langit.
*Bruk
Menghancurkan setiap papan yang ada dibawahnya. Orang orang disekitar situ terheran heran karena ada pemuda yang tiba tiba jatuh dari langit. Ia pun mulai berdiri lagi sambil memegangi kepalanya yang pusing.

“Ah.... Apa yang baru saja terjadi! Aku seperti terlempar dari jarak yang jauh sekali! Agh kepalaku sakit sekali!”

Dari dalam gang sempit sebelah bangunan yang Tama jatuhi barusan keluar seorang kakek tua yang marah. Keluar sambil menbawa tongkatnya membuat orang orang disekitar situ pun segera pergi dari tempat itu.

“Oi! Oi! Dasar anak nakal apa yang kamu lakukan!” sambil memukuli nya dengan tongkat yang ia bawa”
“Aduh aduh! Kek stop! Stop! Sakit! Aduh!”
“Kamu itu udah gak sopan, ngehancurin tempat tinggal orang pula! Rasain nih hukuman buat kamu!”
“Aduh aduh!”

Tama pun terus melindungi dirinya dari serangan kakek kakek itu. Namun sesaat ia melihat bangunan yang dimaksud kakek itu, ia merasa terkagum kagum. Matanya bersinar mengagumi bangunan tua yang telah usang tersebut.

“Ne... Kek!”
“Hah? Napa anak nakal?!”
“Kek! Kafe ini bagus ya! Walaupun bobrok namun masih terlihat keren!”
“Itu ada gantungan yang katanya “Dijual” benarkah bangunan ini dijual”

Kakek itu pun langsung kaget mendengar perkataan Tama barusan. Ia seketika berhenti memukul i Tama, dan menatap bangunan itu.

“Dulu bangunan ini milik teman kakek. Disini dulu adalah kafe milik teman kakek, kakek juga ikut membantu teman kakek bekerja di tempat ini. Kafe ini dulu sangat ramai dikunjungi anak muda seperti kamu. Tapi...”
“Tapi kenapa kek?”
“Teman kakek saat itu meninggal saat kondisi Kafe ini masih ramai. Teman kakek ingin mewariskan nya pada kakek, tapi jujur kakek gak bisa kalau dia nggak ada di samping kakek. Teman kakek paham kondisi kakek saat itu terus ia berpesan, (Tolong kamu jaga toko ini kawan! Kamu boleh menjual nya, aku tak keberatan. Suatu saat akan ada orang yang bisa membangun kafe ini kembali!)”
“Itu pesan teman kakek! Agh sudah 25 tahun kakek menunggu! Ne Anak muda, apa kau jangan jangan ingin membeli Kafe ini!”
“Bentar kek!” lalu ia membalikkan badannya.

Tama pun mengeluarkan skill Bag nya untuk mengecek keadaan perekonomian miliknya.

“Bag!”

Seketika terdapat keluar lah pusaran black hole sama seperti sebelumnya. Ia langsung mencari item uang yang ia butuhkan. Setelah ia menemukan nya ia me Inspect untuk memastikan ia dapat menarik sejumlah nominal uang. Setelah ia pastikan dan bisa ditarik, ia menutup skillnya itu dan kembali pada kakek itu.

“Ne... Kek! Apa aku boleh membeli Kafe ini?”

Kakek itu pun sedikit terkejut dengan pertanyaan Tama tersebut, namun tak lama kemudian kakek itu pun tersenyum bahagia sambil merangkul Tama.

“Ahahahaha Yosh kamu tidak perlu membayar anak muda!”
“He? Nggak kek! Masa kakek udah jaga 25 tahun tempat ini tapi saya nggak bayar! Gimana perasaan temen kakek nanti?”
“Ahahahaha kau ini baik sekali ya! Sama halnya teman ku yang mewariskan Kafe ini padaku, jadi aku juga akan mewariskan tempat ini padamu! Tolong jaga buat kakek ya!”
“Ah... Hmm.... Baik kek!”
“Ah anak baik! Kakek akan pulang ya! Kamu betah betah disana!” Pergi meninggalkan Tama

Lalu Tama pun berdiri dari duduknya, melihat bangunan tersebut dengan mata yang berkilau. Ia pun memantapkan dirinya akan menjadikan Kafe tersebut kafe paling laris seantero Jepang.

“Yoshah! Mari kita buat kafe ini jadi kafe no satu di Jepang!”

Dan inilah kehidupan baru Tama yang akan menjadi Owner dari sebuah Kafe legendaris.

Date A Live X: The Male of Spirit - FanFictionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora