34

59 19 2
                                    

Mata kepala sekolah dan Bu Lia sang guru kesiswaan melihat Oktav dari ujung kaki hingga ujung rambut ketika pria itu masuk dibawa oleh guru lain ke ruang BK.

Akira yang dari tadi mengekori langkah Oktav dari awal keluar dari aula sampai sekarang ada di ruang BK ikut masuk ke dalam ruangan ber-cat abu-abu yang membuat ruangan itu nampak sangat suram. Terlebih dua orang manusia julid yang sudah menanti mereka dari tadi menambah kesan mistis makin terasa. Tak heran banyak siswa SMA Daun Jatuh yang enggan berurusan dengan ruang BK, apalagi sama penghuninya.

Guru yang mengantarkan Oktav keluar dari ruangan karena malas mendengar prahara yang akan terjadi, meskipun banyak para siswa yang sekarang harusnya sudah bubar malah mengintip di jendela seakan-akan mereka adalah orang mesum yang sedang mengintip orang mandi, tinggal nunggu aja kapan bintitannya muncul.

Orang-orang yang sedang terlalu kepo itu membubarkan diri secara terpaksa setelah mendapat teguran dari Bu Lia yang menyuruh untuk pergi. Dibandingkan harus memakan makian Bu Lia, mereka dengan tertib membubarkan diri meskipun penasaran apa yang akan terjadi pada Oktav.

Bu Lia menyuruh Oktav dan Akira untuk duduk.

Tak lama muncul Firza sendirian tak seperti biasanya yang suka datang dengan Azam. Firza memasang wajah bingung lalu memilih untuk duduk di samping Akira dan Oktav.

Sidang akan segera dimulai. Kepala sekolah sudah menunjukkan wajah sangat kesal ketika matanya melihat ke arah Oktav seakan-akan ia ingin menelan Oktav bulat-bulat buat dijadikan santapan makan siang.

"Anda lihat sendiri kan kelakuan anak didik anda?" Firza membulatkan mata tak mengerti kemana arah pembicaraan ini berjalan.

Saat ini Firza masih belum tahu apa yang terjadi kepada kedua anak itu karena sejak tadi dia ada di mushola tidur di sana karena merasa kepalanya pusing karena maag-nya kunat. Dia baru bangun ketika salah satu guru membangunkannya memerintahkan Firza untuk datang ke ruang BK tanpa menjelaskan apa yang terjadi.

"Maaf?" tanya Firza kepada Bu Lia.

"Anak berandalan ini memukul Horizon anak kepala sekolah hingga babak belur." tunjuk Bu Lia pada Oktav yang sontak membuat Firza membulatkan matanya. Dia melirik ke arah Oktav dengan tatapan tak percaya.

"Beneran?" Firza menatap lekat-lekat manik mata hitam milik Oktav berharap anak itu mengatakan kalimat tidak, tapi yang Firza dapat hanya keheningan panjang.

"Oktav jawab saya!" bentak Firza karena tak kunjung mendapat balasan dari Oktav.

"Iya." jawab Oktav tanpa ada keraguan. Jawaban itu membuat Firza menghembuskan nafas pasrah.

"Enggak Pak. Bang Oktav melakukan itu bukan tanpa alasan. Horizon yang memulainya terlebih dahulu. Bapak tidak lihat tangan saya terkilir?" Bukannya Oktav yang mencoba membela dirinya sediri, justru yang membelanya malah Akira. Akira mengangkat tangannya yang dibalut dengan gips memperlihatkannya kepada orang-orang yang ada di ruangan.

Firza baru sadar jika tangan Akira terluka. Sontak ia bertanya kepada Akira. "Kenapa tanganmu?"

"Horizon dengan sengaja mencoba untuk mematahkannya."

Mendengar jawaban dari Akira sontak Bu Lia dan Firza terkejut. Terutama kepala sekolah yang tak percaya dengan penuturan dari Akira.

"Kamu? Kamu bohongkan? Anak saya mana mungkin melakukan hal gila seperti itu. Kalau salah ya terima aja, jangan jadikan orang lain sebagai tameng bego!"

Akira tak ingin menyerah begitu saja dengan kepala sekolah.

"Maaf. Itu benar-benar yang terjadi. Anda bisa tanya sendiri kepada orang yang bersangkutan tentunya jika orang itu tidak playing vitcim seperti kasus sebelumnya." Firza sudah tahu kasus mana yang Akira maksud.

"Jaga mulut anda."

"Mulai sekarang kalian berdua saya skor!"

Akira tersenyum kecut.

"Pak anda tak bisa memutuskan hal itu secepat ini. Saya mohon pertimbangankan lagi." Firza mencoba membujuk kepala sekolah agar tak menskors kedua anak itu dari sekolah.

"Keputusan saya sudah bulat kalian semua keluar dari ruangan ini!"

"Dan anda Pak Firza, mulai hari ini saya pecat anda karena sudah gagal mendidik anak-anak itu."

Firza langsung membulatkan mata ketika mendengar kepala sekolah memecat dirinya. Namun dengan cepat raut itu hilang.

"Maaf ini urusan di antara kami. Anda tak bisa memecat Pak Firza begitu saja. Anda bisa mengeluarkan saya dari sini, tapi mohon pertimbangankan kembali pemecatan Pak Firza." Oktav memohon kepada kepala sekolah agar dia tak melibatkan Firza ke dalam masalah mereka. Namun gagal, keputusan kepala sekolah sudah bulat.

Akhirnya mereka bertiga keluar dari ruang BK setelah diusir oleh Bu Lia.

Sekeluarnya dari ruang BK, Akira, Oktav, dan Firza alih-alih mereka berpisah, ketiganya malah memilih untuk berkumpul di taman belakang sekolah karena Oktav dan Akira belum memberitahu kejadian lengkap yang terjadi.

Ketiganya duduk di bangku di bawah pohon berjejer dengan posisi Akira berada di tengah-tengah mereka. Sebenarnya itu bangku yang sedang diduduki cuma muat buat dua orang, tapi berhubung badan Akira mungil jadinya bangku itu bisa dipake tiga orang.

"Sakit?" tanya Firza melihat tangan Akira yang terbalut oleh gips.

"Sakit banget. Huhu, jadi pengen nangis."

Firza tertawa melihat Akira yang kelihatan banget pura-puranya. "Drama teroos. Entar direktur sama Chanel sapu terbang buat jadi peran anak tersakiti mampus!"

"Biarin biar kaya!"

"Diem aja mas? Lagi sariawan ya?"

"Maaf, karena saya Bapak jadi kena masalah." Alih-alih menjawab Oktav malah minta maaf.

Firza menarik nafas panjang. Saat ini ia sudah masuk ke dalam mode serius.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Habis Firza bertanya, Akira menjelaskan semua yang terjadi secara rinci kepada Firza.

"Baik saya mengerti. Kalian pulang saja, ada yang harus saya urus dulu. Akira, kamu istirahat yang cukup ya.
Oktav, kamu antar Akira ke rumahnya dengan selamat, pastikan kalau dia enggak bakalan ngereog lagi."

Oktav melirik ke arah Akira. "Reog tuh!"

Habis itu geplakan nyaring mendarat di punggung Oktav hingga sang pemilik punggung meringis kesakitan.

"Sakit kan Mas, jagan sok jadi jagoan lu!"

Cukup. Penampakan kedua siswa di depannya entah kenapa membawa nostalgia saat dia SMA. Tingkah Akira yang mirip dengannya, dan tingkat Oktav yang mirip dengan Azam.

Membayangkannya membuat Firza merinding sendiri sekaligus mengapresiasi Azam yang sabar berteman dengannya sampai saat ini.

***

Sabtu 23 April 2022
12.40
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Where stories live. Discover now