26

76 18 2
                                    

"Jelaskan apa yang sudah kamu lakukan nak?" tanya Firza kepada Alif yang sekarang ada di depannya. Anak itu menundukkan kepala tidak berani menatap Firza.

Semua kalimat pembelaan yang sudah dirangkai di kepala meluap begitu saja ketika melihat Firza berdiri di depannya dengan wajah serius.

Alif memainkan jari-jemarinya untuk menghilangkan rasa grogi yang menyerang.

Tangan Firza mendarat di pundak Alif yang membuat tubuhnya tersontak kaget.

"Ceritain kenapa kamu ngambil uang kas sama uang Mark. Saya enggak akan laporin kamu ke guru BK atau polisi jika kamu mau jawab pertanyaan saya dengan jujur! Bukannya kemarin sudah janji bakalan berubah?" Saat ini mata Firza menatap Alif yang masih menunduk namun seketika menggadahkan kepala menatap Firza dengan wajah kaget ketika mendengar kata polisi.

"Jangan laporin saya ke polisi Pak. Uangnya mau saya pakai buat Adik ." Jauh dari perkiraan Firza, jawaban Alif membuat dia terkejut.

"Adik kamu kenapa?"

"Sakit!"

"Orang tua kamu?"

"Kami orang susah Pak. Buat makan aja enggak punya, gimana mau bayar pengobatan adik!"

Firza melirik pada Azam. Mereka berfikir sejenak memikirkan tindakan apa yang akan dilakukan untuk Alif.

"Baik. Bisa kamu bawa kita ke rumah kamu? Saya ingin lihat bagaimana keadaan adik kamu!" 

"Serius pak?"

"Iya masa bobong!"

Alif mengangguk. Mereka berdua pergi ke Rumah Alif tanpa Azam karena dia masih sibuk. 

***

"Berhenti di sini aja pak!" Firza menghentikan mobilnya di depan rumah yang dinding dan lantainya masih terbuat dari kayu yang sudah lusuh. Di depan ada kandang ayam dan juga beberapa tanaman yang sudah mati karena tak disiram.

Alif dan Firza yang keluar dari mobil langsung menjadi perhatian para warga sekitar karena jarang-jarang ada mobil masuk ke lingkungan mereka. Firza menyempatkan tersenyum dan menyapa yang dibalas oleh para warga.

Alif membukakan pintu untuk Firza. Firza masuk ke dalam setelah dipersilahkan dan melepas sepatunya di luar dumah.

Isi rumah tak jauh beda dari penampakan luarnya. Rumah berukuran kecil dengan satu kamar dan dapur. Firza merasa kesal sendiri ketika melihat tumpukan baju yang belum dilipat ada di atas kasur lantai lusuh tempat adik perempuan Alif yang berusia sekitar lima tahun tertidur.

"Maaf berantak!" ucap Alif sambil menyodorkan air pada Firza.

Firza duduk di dekat tumpukan pakaian. Tangannya mengambil pakaian-pakaian itu dan melipatnya.

Alif yang melihat Firza melipat terkejut, dengan cepat dia merebut pakaian dari tangan Firza tapi ditolak. Hingga akhirnya kedua orang itu melipat baju tanpa bicara hingga semua baju terlipat semua.

"Nah kan sekarang sudah rapih!" ucap Firza merasa puas atas hasil kerja mereka.

Firza bangkit dari duduknya. Ia menyentuh kening adik Alif yang sedang tidur.

"Kayanya demam deh! Saya bawa ke dokter ya!" Alif mengangguki ucapan Firza. "Bangunin adiknya gih!" lanjut Firza.

Alif membangunkan adiknya dengan lembut. Setelah sang adik bangun dia mengganti baju adiknya dengan baju yang bagus karena akan dibawa diperiksa agar kelihatan cantik.

"Udah siap? Ayo!" Alif menggendong adiknya membawa masuk ke mobil Firza.

Merekapun berangkat ke rumah sakit terdekat.

Setelah diperiksa oleh dokter, Adik Alif hanya terkena demam. Setelah diberi obat, mereka kembali ke rumah Alif.

Sesampainya di rumah Alif, Firza mengeluarkan 5 lembar pecahan uang seratus ribu lalu memberikannya pada Alif.

"Nah, pake aja uang ini, tapi besok harus minta maaf pada Mark oke!"

Alif mengangguk. Ia mengambil uang dari Firza.

"Baik, saya pulang dulu ya. Jaga adiknya, sama cepat sembuh," pamit Firza sambil mengusap puncuk kepala adik Alif.

"Terima kasih."

***

Di malam hari yang damai, orang tua Alif sudah pulang dari pekerjaan mereka. Ibu yang masuk ke rumah terkejut ketika melihat ada obat di samping tempat tidur putrinya.

"Bang? Obat dari siapa itu?"

Alif yang sedang memasak di dapur menjawab, "tadi guru abang datang ke rumah, dia bawa ade ke dokter. Katanya demam, itu obatnya."

Ibu Alif mengangguk. Dia masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Sesudah pakaian terganti dengan daster rumahan, dia mengecek suhu putrinya.

"Udah enggak demam, cepat sembuh sayang." ucap Ibu.

Alif datang ke ruang tengah membawa makan malam mereka yang terdiri dari nasi dan telur dadar. Setelah membangunkan adik mereka bertiga makan dengan tenang hingga makanan di piring habis. Ibu membereskan bekas makanan, sedangkan Alif memberi obat adiknya kemudian menidurkannya kembali.

Adiknya telah tidur.

Pintu rumah diketuk oleh seseorang.

"Alif." Suara Rin terdengar dari luar. Dengan cepat Alif bangkit dari duduknya berjalan ke luar untuk membukakan pintu.

"Rin, Satya?" tanya Alif ketika melihat dua temannya.

"Ini buat adek lo." Rin menyerahkan sekresek makanan untuk Adik Alif karena tahu jika sedang sakit.

"Gue mau ngomong sama lo. Keluar!" perintah Satya. Rin memilih untuk masuk ke dalam rumah membiarkan kedua orang itu berbicara.

Alif dan Satya duduk di teras rumah melihat ke jalan yang tak ada orang lewat. Suara jangkrik menjadi backsound keheningan mereka. Hingga akhirnya Satya memecah keheningan itu.

"Kenapa lo ngambil duit itu? Bukannya gue udah pernah bilang kalau butuh uang bilang aja sama gue, bakalan gue usahain buat duit itu ada."

Alif melirik ke arah Satya.

"Gue gak enak sama lo. Maaf buat lo kecewa."

"Bukannya kita udah janji kalau kita bertiga : Lo, Rin, dan gue bakalan berubah?"

"Maaf!"

"Lain kali jangan lo ulangi lagi

"Ya. Yaudah, ayo masuk. Lo mau jenguk adek gue kan?"

Mereka berduapun masuk ke dalam rumah Alif.

***

Pagi sudah menjelang. Ada lobi 15 menit sebelum guru pelajaran masuk. Alif menggunakan waktu itu untuk minta maaf sekaligus berbicara jujur.

Dia bangkit dari bangkunya pergi ke depan kelas.

"Ekhem." Deheman Alif membuat kelas yang tadinya berisik langsung diam lalu melirik ke depan.

Alif menatap para anggota kelas sebelum dia bicara.

"Gue mau minta maaf. Sebenarnya gue yang ambil uang kas dan juga uang Mark."

Mark membulatkan matanya. Ia terkejut dengan ucapan Alif. Tapi selanjutnya ia malahan tersenyum.

"Slow bro. Gue emang terkejut sih dengernya, tapi kan uangnya udah dikembaliin sama lo udah jujur. Jadi, enggak masalah!"

"Seriusan!"

"Ya iyalah masa gue ngeprank."

Firza yang melihat kegiatan itu di luar kelas tersenyum melihat mereka sebelum melanjutkan langkahnya pergi ke kelas lain untuk mengajar.

***

Jumat 4 Februari 2022
23.55
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Where stories live. Discover now