44

58 18 0
                                    

Kebiasaan Firza sekarang berubah. Biasanya ketika pulang sekolah dia bakalan langsung pulang ke rumah mengubur diri di bawah selimut tebal nan hangat dan lembut dengan bantal - bantal dari kapuk empuk menyandar kepalanya sambil menonton anime dari laptop.

Makanan ringan selalu tidak jauh dari jangkauan tangan Firza agar ketika dia lapar tinggal ngambil lalu makan. Selesai, tak perlu repot - repot bangkit dari sesi rebahan.

Sungguh kegiatan yang sangat useless.

Sekarang kegiatan Firza ketika pulang sekolah enggak nge-wibu layaknya pensiunan yang meskipun rebahan bakalan tetap digaji, tapi datang ke rumah sakit mengunjungi Azam yang sekarang sudah pindah ke ruangan rawat biasa karena kondisinya sudah jauh lebih baik meskipun masih dalam keadaan koma.

Firza selalu mengulang hal yang sama ketika mengunjungi sahabatnya itu : menceritakan hal random berharap Azam akan bangun lalu menimpali celotehannya karena merasa Azam sudah terlalu lama tertidur. Tiga pekan telah berlalu, bukannya sekarang dia harus bangun?

Seperti sore ini, Firza sedang berbicara pada Azam.

"Bang parah lo tidurnya kelamaan. Cepetan bangun gih, kita masih harus hunting kafe - kafe baru yang belum pernah kita kunjungi. Inget ya, gue belum puas ngurasin harta anak tunggal kaya raya seperti lo." Firza tertawa di akhir kalimatnya. Jika Azam sekarang dalam kondisi biasanya, sudah dipastikan sebuah citakan bakalan mendarat di kening Firza.

Firza melanjutkan sesi curhatnya.

"Anak - anak udah mau pada lulus loh. Besok anak - anak gue dan tentunya gue sebagai bapak mereka bakalan pergi ke pantai buat healing. Besok gue ke sininya bakalan malam, tunggu gue ya. Baik - baik di sini. Pulang dulu ya, bye." Firza mengusap pipi Azam pelan lalu keluar dari ruangannya.

***

Pagi-pagi ketika biasanya sehabis melakukan ibadah solat subuh Firza kembali terlelap, hari ini dia sibuk siap-siap memasukan banyak barang ke dalam tas punggung dengan ukuran cukup besar berawana biru tua untuk dibawa nanti ke pantai.

Urusan dengan tas dan barang yang akan dibawa selesai.

Firza membuka lemari pakaian mencari baju apa yang akan dia pakai hari ini.

Pilihannya jatuh ke kemeja berwarna putih bergaris biru muda verikal berlengan panjang, kemeja yang akan cocok dengan suasana pantai dijadikan outer untuk kaos pendek yang sama berawana putih, sedangkan untuk bawahan dia mengambil celana bahan berawana cream panjang. Kombinasi pakaian yang pas.

Segera dibawanya pakaian-pakaian itu ke meja setrika untuk disetrika.

Urusan baju juga sudah selesai.

Dilirik jam yang tergantung di dinding menunjukkan pukul lima pagi. Firza langsung bergegas masuk ke kamar mandi untuk membasuh badannya biar gak dimaki sama orang-orang yang ada di kereta berhubung mau ke pantainya naik kereta api.

Biasa, memanfaatkan kendaraan publik karena gak mungkin masukin anak-anak kelas XII D ke dalam mobilnya yang gak besar-besar banget.

Naik bus? Oh tidak. Mahal banget.

***

"Yah, kita kepagian kayanya." Akira melihat ke sekeliling stasiun yang masih sepi, tak ada banyak orang di sini.

Langit masih gelap. Matahari belum menampakkan sinarnya secara utuh, masih malu-malu sembunyi di langit timur.

Diam-diam Oktav dan Abas menikmati harum parfum Akira yang entah kenapa sangat cocok dengan suasana pagi ini. Harum melati lembut semerbak terbawa angin yang dinginnya menusuk.

Mereka bertiga sudah terlebih dahulu membeli tiket. Jadinya sekarang lagi nyari tempak buat duduk menunggu anak-anak kelas datang sekaligus jadwal kereta betangkat.

Masih tersisa satu jam. Waktu yang cukup lama jika harus dihabiskan buat berdiri tegak tak ngapa-ngapain. Yang ada kaki mereka bakalan terasa akan copot ketika nanti malam mau tidur.

"Ke kantin aja yuk. Kita nunggu di sana sambil beli kopi." Saran Abas. Di dalam stasiun ada kantin yang buka 24 jam menyediakan aneka makanan dan minuman dengan harga yang cukup terjangkau. Tidak seperti pedangan di tempat seperti ini yang biasanya harga tiba-tiba naik dua kali lipat.

"Ayo." Akira menerima ajakan Abas. Ke-tiganya langsung pergi ke kantin.

Tiga puluh menit menunggu hp Akira berbunyi. Ada notifikasi pesan dari Firza di grup kelas jika dia sudah ada di tempat tunggu kereta.

Membaca itu Akira langsung mengajak Oktav dan Abas yang sedang fokus dengan ponsel mereka kembali ke ruang tunggu kereta.

Mereka bertiga kembali ke sana.

Sesampainya di ruang tunggu, suasana stasiun sudah ramai oleh orang-orang yang akan bepergian.

Akira mencari di mana Firza menunggu.

Mata Oktav menangkap tangan Firza yang melambai-lambai di antara orang-orang.

"Di sana." Oktav berkata singkat menunjuk ke arah Firza.

Merasa misinya sukses dan anak-anak melihatnya, Firza tersenyum cerah.

Ketiga orang itu langsung menghampiri Firza yang ternyata sudah ada Arisa, Zara, Faza, dan Zoya yang sedang duduk di kursi tunggu.

15 menit sebelum kereta berangkat akhirnya anak-anak kelas XII D sudah lengkap.

Jam 6 tepat, kereta datang.

Semua orang di stasiun masuk ke dalam kereta secara tertib.

Perjalan ke pantaipun dimulai.

***

Langit biru kontras dengan warna lautan. Pasir putih membentang sepanjang mata memandang. Pohon kelapa tumbuh dengan subur. Anak-anak kecil berlarian meninggalkan jejak kaki mereka yang mungil di atas pasir dengan orang tua yang memotret seraya mengawasi mereka dari jarak yang cukup dekat.

Pantai yang indah. Berbading terbalik dengan para siswa beserta satu orang guru laki-laki yang tiba di pantai dengan muka yang lusuh akibat harus jalan jauh di stasiun menuju pantai.

"Tahu gini bapak bakalan sewa bus. Gak papa mahal, yang penting gak jalan kaya tadi."

"Tahu gitu kenapa enggak dari kemarin aja Pak." Arisa menjawab dengan nada letih.

"Ayo cari tempat duduk dulu."

Mereka berjalan mencari tempat yang kosong, setelah ketemu tempat yang sesuai dengan kriteria mereka, dua karpet digelar dijadikan satu.

Anak-anak dan guru itu serempak ambruk ke atas karpet.

No healing - healing. Yang ada malahan pusing.

Karena tanggung sudah ada di sini, anak-anak memaksa bangun untuk menikmati pantai.

Di mulai dari tim laki-laki yang bangkit kemudian main kejar-kejaran kaya bocah SD, sedangkan tim perempuan mencari kumbang, cangkang kerang, dan foto-foto.

Firza memilih duduk di pinggir pantai menikmati suasananya.

"Bang, coba lo ke sini. Pasti bakalan seru."

Firza menepuk tempat duduk yang ada di sampingnya.

Firza lalu bangkit memanggil anak-anak untuk berkumpul, lalu bermain lempar-lemparan bola menggunakan bola yang dia bawa dari rumah.

***

Rabu 15 Juni 2022
14.15
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang