33

67 18 5
                                    

Akira duduk di atas tempat tidur UKS SMA Daun Jatuh. Sekarang tangannya sudah dibalut dengan gips yang tadi dipasangkan oleh petugas UKS yang bertugas. Saat ini Akira dan Oktav hanya tinggal berdua berada di ruangan yang didominasi oleh warna putih dan memiliki aroma khas obat-obatan karena petugas meninggalkan mereka kembali ke ruangan guru.

Kejadian yang menimpa Akira baru  diketahui oleh Oktav karena pemuda jangkung itu langsung membawa Akira ke UKS tanpa mengabari siapapun. Oleh sebab itu tak ada orang lain lagi selain dirinya yang berada di samping Akira.

Akira masih nampak meringis menahan sakit. Siapapun yang pergelangan tangannya pernah terkilir pasti akan setuju jika rasanya sangat tak nyaman dan menyakitkan apalagi Akira yang mendapatkannya dari orang nyeleh meremepet ke psikopat gila yang tak mau kalah menciptakan sedikit rasa trauma bagi Akira.

"Dek, siapa yang melakukan ini? Gue tahu lo ceroboh, seceroboh-cerobohnya lo gak bakalan terkilir di kamar mandi pas detik-detik sebelum tampil." Oktav memakai gue-lo sebagai kata ganti untuk Akira. Jika dia berbicara seperti itu artinya sedang benar-benar marah. Bukan, bukan marah kepada Akira, tapi pada orang yang membuat Akira terluka.

Akira tak menjawab. Dia sadar jika sahabatnya itu tengah marah dan jika sampai Oktav tahu Horizon yang membuatnya seperti ini dipastikan akan tercipta kekacauan.

"Bang, A ... aku terkilir kok," jawab Akira dengan tergagap. Bodoh, hanya itu yang ada di kepala Akira. Dengan menjawab seperti ini sama saja dengan memberi tahu pada Oktav jika memang tangannya yang terkilir disebabkan oleh orang lain.

"Akira Yamato! Jangan harap lo bisa ngebohongi gue. Gue udah tahu jika ada orang gila yang membuat lo seperti ini! Buat apa bedebah sialan itu lo sembunyikan? Gak ada gunanya. Dia harus tanggungjawab karena ngebuat lo jadi kaya gini." Oktav mulai kehilangan kendali atas dirinya. "Gue lihat anak kelas A keluar dari kamar mandi pas gue mau ngejemput lo. Dia pelakunya kan?"

Hanya ada satu nama yang di kepala Akira. Horizon. Pasti mereka berdua tadi berpapasan karena tak ada siapa-siapa lagi yang memakai toilet ketika tragedi itu terjadi.

Akira sudah tak bisa menyembunyikannya lagi.

"Bang. Aku mohon jangan bikin keributan." Akira menggenggam tangan Oktav dengan tangannya yang tidak terluka berharap Oktav akan mendengarkannya, tapi itu sia-sia. Oktav menyingkirkan tangan Akira, lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Berengsek." Oktav keluar dari UKS dengan emosi yang meledak-ledak.

Pikiran Akira sekarang kacau takut jika Oktav melakukan hal bodoh.

Akira langsung bangkit dari kasurnya ikut keluar dari UKS mengejar langkah Oktav berharap bisa menghentikan amarah pria jangkung itu.

***

Di aula SMA Daun Jatuh pembukaan acara pentas sudah dibuka dengan menampilkan tari saman yang dibawakan oleh anak-anak perempuan kelas 10. Riuh tepuk tangan terdengar ketika tarian selesai ditarikan beserta para penari turun dari panggung.

Arion mulai merasa gusar ketika Oktav dan Akira belum kembali juga. Ia merasa jika ada sesuatu yang tak beres ditambah sehabis ini Akira harus tampil makin paniklah dia.

"Yon. Lo lihat Akira sama Oktav?" Arion mencolek adiknya yang sedang makan popcorn rasa keju yang dibeli sebelum masuk ke aula.

Orion mengangkat bahu pertanda tak tahu.

Zara yang mendengar percakapan Arion tentang sepasang sahabat itu menghilang refleks bertanya pada Arion. "Lah? Emang mereka ke mana? Habis ini kan Akira main?"

"Tadi Akira ke kamar mandi, terus gak balik-balik. Habis itu Oktav nyusul, tapi dia juga ikutan ngilang." Balas Arion.

Pembawa acara sudah naik ke atas panggung membuat Arion dan Zara panik karena baru mereka yang ngeh kalau orang yang bakalan tampil tidak ada di sini.

"Baik. Kita akan mendengarkan permainan piano dari Akira kelas XII D. Dipersilakan saudara Akira untuk naik ke atas panggung."

Hening sesaat.

"Akira? Silakan naik ke atas panggung." ulang pembawa Acara.

Aula langsung tercipta keributan karena Akira tak kunjung naik ke tas panggung. Mulai terdengar bisik-bisik dari orang-orang.

"Mungkin dia kabur gara-gara takut."

"Ngapain juga anak kelas XII D sok-sokan mau ikut main piano. Gak banget."

"Ih cupu banget ya!"

"Biasa kelas onoh gitu loh!"

Mendengar keributan itu Zara dan Arion saling berpandangan. Mereka yakin Akira tidak sepengecut itu hingga membuatnya lari sebelum bertarung.

"Baik. Karena saudara Akira tidak ada di tempat jadi kita akan melanjutkan pada acara selanjutnya. Silakan saudara Horizon untuk naik ke atas panggung."

Horizon dengan bangga naik ke atas panggung. Dia sudah menganti seragam yang dia pakai menjadi setelah tuxedo ala-ala pianis beken.

Riuh tepuk tangan kembali terdengar bergemuruh ketika Horizon mulai memainkan pianonya.

"Ngapain lu pada diem anjir! Ayo bantu gue cari si Akira." Zara langsung mengumpat karena teman-teman kelasnya yang malah diem ketika tahu Akira menghilang.

"Astaghfirullah. Nyebut ukhti." Lila terkejut mendengar seorang Zara mengumpat.

Hendak anak-anak kelas XII D keluar dari aula untuk mencari Akira, tiba-tiba Oktav masuk ke aula. Di belakangnya Akira mencoba untuk menenangkan dan menghentikan Oktav.

Zara yang melihat itu langsung pergi ke arah mereka berdua.

"Hentikan bang Oktav!" teriak Akira yang bercampur dengan suara piano.

Ale yang mendengarnya langsung mencoba menghentikan Oktav namun gagal.

Satya dan Alif langsung menghadang jalan Oktav, namun pria itu dengan mudah menghempaskan mereka berdua.

Keributan ini tak banyak diketahui oleh orang-orang karena ruangan dibuat gelap.

Oktav naik ke atas panggung. Sekarang anak-anak lain sudah tak ada yang menghalanginya.

Setibanya di atas dia langsung melayangkan sebuah tinju ke arah Horizon tepat di mukanya. Tubuh Horizon tersungkur, darah mengalir dari sudut bibirnya yang sobek Karena tonjokan Oktav.

Horizon terkejut dengan sebuah tinju tiba-tiba, begitu juga dengan penonton lain yang melihat adegan di depan mereka.

Oktav membuat Horizon berdiri lalu menarik kerahnya dengan kasar.

"Lo yang membuat Akira terluka!" Teriak Oktav dengan lantang hingga bisa di dengar oleh orang-orang yang ada di depan Aula.

Mendengar kata Akira terluka, Zara yang ada di samping Akira langsung merlirik ke arah Akira. Tangan anak itu terluka. Karena tadi terkejut dengan Oktav dia tak sadar jika tangan Akira memakai gips.

"Jawab gue anjing!" Bukannya menjawab, Horizon malah tersenyum miring.

Melihat itu Oktav makin emosi dibuat manusia jelmaan Lucifer yang ada di hadapannya. Oktav kembali melayangkan tinju di wajah Horizon. Setelah orang yang ditinju tersungkur, tanpa ragu Oktav menginjak-injak tubuh Horizon. Hingga Akhirnya Akira naik ke atas panggung lalu menampar pipi Oktav. Baru dia diam.

"Bang ... aku mohon berhenti." lirih Akira.

Ale dan Mark naik ke atas panggung. Mereka berdua membawa Horizon yang sudah babak belur ke ruang UKS atas perintah Zara karena gadis itu merasa tak tega.

"Gue janji buat ngelindungi lo. Tapi gue gagal, maaf."

Guru-guru mulai berdatangan karena tadi sama sekali tak ada guru di aula.

"Ikut saya ke ruang BK." Oktav menuruti ucapan guru kesiswaan mengikutinya ke ruang BK.

Akira tak akan membiarkan Oktav sendirian. Dia langsung mengikuti Oktav yang berjalan ke ruang BK.

Hingga Akhirnya pentas seni dibubarkan beserta anak-anaknya disuruh untuk pulang.

***

Senin 18 April 2022
21.37
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum