28

86 17 2
                                    

"Cukup! Gue sudah lelah dengan semua kegilaan ini! Ini tugas dari semester satu sampai sekarang masih banyak yang belum dikerjakan, sekarang tugas-tugas itu malah beranak-pinak hingga membuat makin numpuk. Gue pengen healing!"

Akira menghela nafas frustasi mendengar curhatan dari si Mantan preman sekolah Alif yang di mana hari masih pagi dia sudah membuat keributan dengan tugas-tugas sekolahnya yang terus bertambah. Lagian siswa mana yang tak suka misuh-misuh jika sedang dirundung bejibun tugas yang menyiksa? Pasti hampir semua siswa akan mengeluarkan umpatan manis sebagai pelampiasan kekesalan mereka percis seperti yang sedang dilakukan oleh Alif saat ini.

Sekolah di semester akhir merupakan saat-saat paling sibuk bagi para siswa entah itu karena tugas dari sekolah yang menggunung maupun beban hidup yang makin bertambah seiring label dewasa mulai melekat pada para siswa yang menyebabkan tak punya waktu untuk mengerjakan tugas-tugas itu.

"Makannya kerjain dari sekarang. Minggu depan kita sudah masuk ke pekan persiapan festival sekolah, jadi nanti gak bakalan ada pembelajaran lagi!" Hanya itu yang bisa disarankan oleh Akira pada Alif. Tugas sekolah tidak akan selesai dengan hanya mengoceh, kecuali jika sekolahnya pindah ke Hogwarts.

Alif mengangguk menuruti saran Akira sehabis itu dia berhenti bermisuh ria mulai membuka bukunya mengerjakan tugas-tugas tadi.

"Gue bangga pada lo Ra-chan! Selain si Rin sama Satya, ternyata lo juga bisa jadi pawang buat si Alif!" ucap Arisa dengan mata takjub melihat ke arah Akira. Memang, selain ketiga orang tadi tak ada yang bisa menaklukkan Alif meskipun dia sudah berubah banyak anak kelas yang masih canggung dengannya.

"Lo ngadi-ngadi deh! Dahlah! Gue mau cari dulu si Bang Oktav. Doi ngilang sejak pagi, takut diculik orang!"

"Yang ngadi-ngadi lo Ra-chan! Mana ada orang yang berani nyulik Oktav, badannya itu loh preman-abel sekali. Sana pergi, mumpung belum ada guru!"

Akira pergi ke luar kelas untuk mencari Oktav yang tadi sudah mengirim pesan kepadanya. Kata Oktav, dia sekarang sedang ada di lapangan basket sedang bermain bola basket dengan Si Kembar dan Abas.

Saat sedang berjalan di lorong, tanpa sengaja dia berpapasan dengan Horizon.

Akira tersenyum kepada Horizon, namun diabaikan olehnya.

Akira tak terlalu mengambil pusing perlakuan Horizon kepadanya bahkan masih berfikiran positif jika dia tak melihat senyuman darinya, akhirnya Akira melanjutkan langkahnya berjalan ke lapangan basket yang sudah tak jauh lagi, tapi sebelum itu dia terlebih dahulu mampir ke mesin penjual minuman yang ada di pinggir lorong depan ruang kesehatan.

Dimasukkan beberapa koin lalu dia menekan tombol minuman ion sebanyak tiga buah membawa botol-botol itu di pangkuannya.

Setelah semua selesai Akira langsung berjalan dengan tergesa-gesa menuju tempat ke tiga temannya itu yang sudah dapat Akira lihat keberadaannya.

Akira duduk di pinggiran lapang melihat Arion, Orion, Abas, dan juga Oktav bermain bola basket dengan lihai. Sejujurnya ia tak terlalu mengerti permainan basket, bahkan permainan-permainan lain dalam olahraga. Jadinya setiap ada orang yang bermain dia hanya akan menjadi penonton.

Keempat orang itu sudah puas dengan permainan di pagi hari mereka.

"Kalian curang! Masa iya gue yang kerdil kaya gini ngelawan lo berdua yang pada titan semua!" Orion merasa tak terima dengan hasil permainan tadi. Dia setim dengan Abas, sedangkan Arion dan Oktav mereka berdua setim. Kedua lawannya itu bisa dengan mudah memasukkan bola ke dalam ring dan menguasai lapangan karena badan mereka yang besar dan tinggi, berbanding terbalik dengan dia dan Abas yang memiliki tinggi badan standar.

"Makannya tumbuh itu ke atas! Lo sih kerjaannya misuh-misuh terus, jadinya kan tenaga-tenaga yang bakalan ngebuat lo tinggi habis!"

"Shut up your lambe!"

Arion tertawa menertawakan Orion yang misuh-misuh.

"Ayo cepetan!" panggil Akira di sisi lapangan.

Mendengar suara Akira mereka langsung berjalan dengan cepat ke arah dia, setelah tiba di sana mereka langsung melempar tubuh mereka ke lantai dan bersandar di tembok yang Akira duduki.

"Kotor loh! Ngapain kalian malah duduk di situ? Sini duduk di atas!"

"Males! Enggak bisa bersandar!" jawab Abas seadanya.

Akira menggelengkan kepala.

"Nah, minum! Gue traktir!" Akira menyerahkan minuman Ion tadi yang dia bawa.

"Oh Akira! Lo penyelamatan kami! Gue haus banget!" Arion mengambil dua botol minum, setelah keduanya dibuka, dia memberikan satu botol kepada Orion diikuti Abas yang ikut mengambil minuman dari pangkuan Akira.

"Bang? Kamu gak ngambil?" Akira melihat Oktav yang tidak mengambil minuman yang tersisa hanya 1 buah lagi.

"Buat kamu!"

"Enggak! Ini emang belinya buat kalian aja! Aku enggak minum minuman dingin!"

"Bener?"

"Huuh"

Oktav mengambil minuman yang disodorkan oleh Akira.

"Thanks!"

Akira mengamati keempat temannya yang sedang asik menikmati minuman dingin itu, hingga kesenangan mereka berakhir setelah mendengar Firza berteriak dari ruangan guru.

"Hei bocah! Bu Rika guru matematika kalian sudah masuk ke kelas! Awas ya kalau saya nanti dipanggil ke ruang Bk gara-gara ini!"

Sejenak mata mereka saling bertatapan, lalu tanpa komando kelima anak itu langsung lari menuju kelas takut tak diizinkan masuk oleh Bu Rika.

"Heh! Jangan lari di lorong!" teriak Firza lagi kepada kelima anak itu, tapi percuma, mereka tak mendengar ucapan dari Firza.

***

Akira duduk manis di atas atap sekolah seperti seorang sad boy yang sedang meratapi nasib ditinggal sama main lead di drakor-drakor.

Di samping Akira ada Oktav yang sedang leha-leha seperti tak mempunyai beban hidup. Anak itu merebahkan badannya ke lantai atap sekolah dengan alas jaket agar seragam putihnya tetap bersih.

"Bang! Gak ada niatan buat turun? Hayu pulang udah sore!"

"Ngapain turun? Belum malam!"

"Oh? Jadi nunggu malam dulu baru bakalan pulang? Dikunci di sekolah nanti nangis!"

"Biarin!"

Oktav tak peduli dengan ucapan Akira. Dia memilih untuk melanjutkan sesi tidur sorenya yang damai di atas atap sekolah.

"Kalau mau masih di sekolah ke bawah aja yuk! Jangan di sini! Panas!" saran Akira yang merasa kepanasan karena sinar matahari langsung mengenai kulitnya tanpa penghalang apapun.

Oktav bangun. Dia mengambil jaket yang tadi dia gunakan sebagai alas lalu memakainya kembali.

"Bang! Kotor loh jaketnya. Masih mau dipake?"

"Biarin!"

Akira frustasi.

"Au ah! Aku pulang duluan. Mau naik angkot aja!"

Akira langsung turun dari atap dengan perasaan kesal. Dia memilih untuk pulang duluan naik angkot ketimbang menunggu Oktav yang sedang masuk mode leha-leha, tapi ketika dia sudah ada di lantai bawah tiba-tiba suara Oktav terdengar memanggil namanya.

"Akira! Tunggu!"

Akira menghentikan langkah kakinya.

"Mau ngapain?"

"Pulang! Ayo!"

Rasanya Akira ingin membedah isi kepala Oktav kemudian membukanya satu-satu biar dia paham apa yang menyebabkan tingkah anak itu begitu menyebalkan. Tadi pagi semua masih baik-baik saja, tapi semua berubah ketika Oktav mendapatkan telpon dari ayahnya.

***

Selasa 15 Maret 2022
19.45
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon