9

126 35 12
                                    

"What? Dia ngejauh dari gue cuma karena omongan orang? Gue gak percaya bocah itu bakalan sebego itu! Hell!" Arion menggerutu sambil berjalan dengan cepat-cepat menuju tempat persembunyian. Ia sedang tak ingin berhadapan dengan Orion. Terdengar kekanak-kanakan, namun entah kenapa ia menjadi kesal ketika mendengar alasan Orion menjauh darinya.

Bukit kecil yang tak jauh dari sekolah menjadi tempat yang dituju Arion. Butuh 15 menit untuk sampai di sana. Ia tiba dengan nafas sedikit ngos-ngosan, langsung saja dicari bangku untuk duduk menenangkan hatinya yang terasa kacau.

Ia menatap lurus ke arah kota. Cahaya lampu nampak indah dari kejauhan. Kilatan lampu kendaraan seperti benang yang membelah jalanan yang sibuk karena orang-orang mulai pulang ke rumah mereka. Hembusan angin malam yang dingin terasa nyaman. Suara riuh kota yang terdengar samar-samar membuat Arion perlahan melupakan emosinya.

Arion duduk di salah satu bangku menikmati pemandangan yang tersaji. Bangku yang diletakkan menghadap ke arah kota agar-agar orang yang datang ke sini bisa menikmati pemandangan tanpa merasakan kaki pegal-pegal karena berdiri.

Dari kejauhan tiba-tiba terdengar langkah yang mendekat ke arah Arion. Arion sudah tahu siapa orang itu.

Orang itu tiba-tiba duduk di samping Arion. Siapa lagi jika Orion.

"Maaf!" Kalimat itu terucap di bibir Orion.

Arion tak menghiraukannya.

"Maaf, lu budeg ya?" Orion mulai ngegas.

"Panggil gue Onii-chan, gue bakalan maafin lo!"

"Lu gila hah? Sejak kapan lo jadi sesesat si Abas? Gue gak percaya sama lo!"

"Mau gue maafin atau enggak itu urusan lo, gue udah sebutin syaratnya!" Arion mengalihkan pandangannya dari pemandangan kota di malam hari, lalu menatap Arion sambil menunjukan senyuman mengejek.

Orion menarik nafas, lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia mulai memainkan jari.

"O ... Onii-chan?" kalimat keluar malu-malu. Orion merasa jika wajahnya terasa terbakar. Ia berharap seseorang datang kemudian membunuhnya agar ia bisa terhindar dari rasa malu ini.

"What? Lo panggil gue Onii-chan?" Arion tertawa puas merasa jika dia telah menang.

"Puas lo! Maafin gue oke!"

Arion tersenyum lalu mengangguk.

"Turun yuk! Ini udah malam. Lagian ngapain lo nyusul gue ke sini?"

"Itu karena lo bangke! Untung tebakan gue benar kalau lo bakalan ke sini, kalau enggak bisa mampus gue gak tahu harus nyari lo kemana. Lagian ngapain ngedrama segala? Mau ikutan ajang Trinee agensi mana?"

Arion tersenyum. Ia telah kembali menemukan adiknya yang cerewet. Setelah urusan mereka selesai, keduanya turun dari bukit untuk pulang ke rumah mereka.

Dan, sepasang manusia mesum yang sedari tadi mengintip kini keluar dari persembunyian mereka sambil berteriak riang.

"Yay! Gue berhasil buat mereka akur! Gue berhasil! Gue berhasil woiii!" Firza melompat-lompat girang karena rencananya berhasil, meskipun sedikit di luar perkiraan.

"Selamat!" Azam menepuk kepala Firza pelan. Firza membalasnya dengan senyuman yang menampakan deretan gigi rapinya pada Azam.

Guru muda itu berhasil menyatukan kedua anak didiknya yang sempat terbelah.

***

Pagi ini ada suasana baru di kelas XII D. Kedua orang yang terkenal tak pernah akur hari ini datang bersama sambil menampakan senyum secerah bohlam 20 watt ke seisi kelas.

"Omo, gue ketinggalan drama apa? Ini gak salah lihat kan? Seseorang, tampar aku, aku percaya ini pasti mimpi!" Arisa mulai heboh sendiri melihat Arion dan Orion datang bersamaan, seakan baru saja melihat pasangan yang baru resmi memiliki status datang ke sekolah bareng.

Zoya langsung melempar novel yang ia baca agar Arisa diam tanpa ada rasa penyesalan sama sekali. Arisa langsung diam, namun hanya bertahan sesaat. Detik berikutnya ia langsung ngedumel pada wanita berhijab itu habis-habisan.

Arion dan Orion meninggalkan mereka berdua dengan segala keributannya. Keduanya menuju bangku belakang di mana Oktav dan Akira tengah selonjoran menikmati tidur pagi singkat mereka.

Akira yang menyadari kehadirannya langsung bangun, dengan suara khas orang baru bangun ia menyapa keduanya. Arion membalas sapaan itu lalu duduk di samping Akira.

"Tumben barengan?" tanya Akira ketika melihat Orion duduk di samping Arion.

"Emang gak boleh?" Orion balik nanya Akira dengan wajah usil.

"Gak gitu konsepnya. Gue bahagia aja lihat kalian akur!" balas Akira sambil menampilkan senyuman terbaiknya untuk Orion. Ketika melihat Senyuman Akira, entah kenapa Muka Orion menjadi memerah. Orion mengambil nafas dalam-dalam, lalu menampar pipinya sendiri.

"Sadar, si Akira laki-laki bangke!" Ucapan itu keluar dari Orion, dan bodohnya ia mengatakannya dengan lantang hingga semua orang bisa mendengarnya dengan jelas.

Kelas hening sesaat. Semua mata kini menuju ke sang tersangka.

"Cieee ... Ada kapal baru nih," ucap Arisa yang entah sejak kapan ada di samping Oktav.

"Gak seperti yang kalian pikirkan!!!" Teriak Orion dengan keras membuat seisi kelas tertawa karena baru pertama kali melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan.

"Gue ganteng. Lo jangan terpesona sama gue," ucap Akira dengan bangga.

"Lo bukan ganteng tapi imut." Oktav angkat suara. Dan ajaibnya ia bisa mengatakan itu dengan wajahnya yang tetap datar.

Arisa mengacungkan dua jari tanda setuju.

"Jangan panggil aku imut!!!" Kini giliran Akira yang teriak.

Firza yang ada di depan tanpa sepengetahuan anak-anak kelas merasa sangat puas. Pagi harinya kini dipenuhi oleh tawa bahagia dari anak-anak didiknya. Secuil harapan kini tumbuh di hati Firza, dengan cara apapun ia tak akan membiarkan tawa mereka menjadi gugur, setidaknya sampai mereka lulus.

***

Jumat 19 November 2021
23.38
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Where stories live. Discover now