40

62 21 1
                                    

Di pagi hari yang cerah matahari bersinar terang yang di mana sinarnya berhasil masuk ke dalam kamar bercat bitu navy lewat jendela yang tirainya sengaja dibiarkan tidak ditutup sejak malam membuat seorang Firza terusik dari tidur gantengnya setelah semalaman puas membuat soal US Bahasa Indonesia anak-anak.

Firza baru terlelap setelah menunaikan shalat subuh dan sekarang tidurnya terusik gara-gara sinar matahari ditambah bunyi jam weker yang berisik sejak tadi. Hancur sudah niatnya untuk tidur seharian full.

"Morning my fucking friend!" Tak ada angin tak ada hujan apalagi badai puting beliung, Azam membuka pintu kamar Firza dengan semangat seakan-akan sisi cool-nya hilang digondol kucing.

Wajah Azam menampilkan rona-rona kebahagiaan layaknya orang yang habis menang lotre senilai 1 triliun.

Melihat sang sahabat masih tidur di kasur dengan tangan di atas meja menyentuh jam weker membuat ide jahil melintas di kepala Azam.

"Ada tikus!!!" teriak Azam sambil melompat ke atas kasur Firza pura-pura terkejut membuat sang empu kasur langsung bagun dengan mata melotot sambil melompat-lompat di atasnya. Jangan lupakan teriakan melengking menghiasi kamar ini. "tikus-tikus mana tikus?"

Mata Firza melihat ke sekiling kamarnya tapi nihil, tak ada tikus yang ditangkap oleh matanya.

Seketika Firza melirik ke arah Azam dengan tatapan ganas.

Membangunkan Firza dari tidurnya sama dengan membangunkan seekor kucing yang baru lahiran. Garang.

"Peace," ucap Azam sambil melompat dari kasur Firza sambil tertawa karena niatnya menakut-nakuti Firza sukses besar.

Firza mendengus. Dia mengambil salah satu bantal lalu melemparkannya dengan brutal ke arah Azam namun tak kena.

"Wlee, tak kena. Rasian." Azam menjukurkan lidahnya layaknya bocil yang ngajak ribut namun ngajak ributnya di depan emaknya.

"Awas aja lo Azaaaaam!" Firza melompat dari kasur.

Hendak Azam lari ke luar, tiba-tiba Riana masuk ke dalam kamar Firza sambil menggendong bayinya.

Azam mengerem mendadak.

Melihat Riana Azam langsung salah tingkah. Azam mengggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk mentralisir rasa malunya.

Telinga Azam sudah memerah menahan malu.

Riana menyipitkan mata melihat kamar Firza yang sudah acak-acakan dengan bantal dan selimut yang pindah ke lantai.

Riana menatap adiknya yang nampak kacau. Muka bantal. Kemeja ngablak dengan empat kancing terbuka hingga bahunya terekspos. Celana kerja yang belum diganti.

"Kalian main lempar-lemparan bantal?" tanya Riana polos.

"Gak tau tuh si Abang pagi-pagi udah ngajak ribut!"

Sedangkan sang pelaku utama cengengesan gak jelas.

"Turun yuk, kita makan. Teteh udah bikin nasi goreng buat sarapan."

Kedua lelaki itu mengangguk mengikuti Riana turun ke lantai bawah untuk sarapan.

***

Perut Firza dan Azam sudah kenyang karena diisi nasi goreng buatan Riana.

Kedua orang itu duduk di balkon kamar Firza melihat ke arah jalanan melihat kendaraan atau orang-orang yang lewat karena gabut.

"Ke kafe yuk." tiba-tiba suara Azam terdengar memecah keheningan mereka.

"Ayo!" tanpa pikir Panjang Firza langsung mengiyakan ajakan Azam

"Tapi mau emang kafe mana yang udah buka jam 6 pagi?"

Kelas Siluman Where stories live. Discover now