8

137 33 7
                                    

Ini hari kedua Orion menjalankan hukumannya. Tak seperti kemarin, hari ini Ia disuruh Firza untuk merapikan barang di gudang yang ada di atap sekolah.

"Yak! Bagaimana bisa aku membersihkan gudang di atas sendirian? Anda psikopat Pak!" Tentu saja mendengar perintah Firza Orion menolaknya mentah-mentah.

Gudang di atap terkenal angker. Orion tidak berani membersihkannya sendirian.

"Heh anak muda! Berani-beraninya kamu menolak perintah guru? Kena sial baru tahu rasa!"

Firza dan Orion berakhir dengan adu mulut. Sampai akhirnya Orion capek sendiri menghadapi ocehan Firza.

Orion mengalah.

"Baik. Aku akan melakukannya. Puas?"

Firza tersenyum menang. Dia mengacak-acak rambut Orion.

Remaja itu meninggalkan Firza naik ke atap sekolah meskipun asik menggerutu dalam hati.

Tanpa sepengetahuan Orion, Azam juga meminta Arion untuk membersihkan gudang juga. Azam dan Firza sengaja membuat mereka berdua bertemu agar rencana yang telah Firza buat kemarin berhasil.

Arion telah tiba lebih dulu di gudang. Ia sudah membereskan barang-barang yang tadi berserakan di lantai sehingga di tengah-tengah ruangan tidak ada barang-barang yang berserakan.

Orion yang baru masuk ke dalam  langsung berniat untuk meninggalkan gudang ketika melihat kakaknya ada di sana. Namun, sebelum kakinya melangkah keluar pintu tiba-tiba tertutup dari luar.

Sadar pintu tertutup, Arion menoleh ke arah pintu. Ia mengerutkan kening ketika melihat Orion ada di sana.

Melihat tatapan mata Arion, Orion langsung membuang muka menjauh dari Arion. Ia mencari tempat dimana ia tak bisa melihat kakaknya itu.

Orion berbalik menghadap pintu mencoba untuk membuka pintu gudang. Tapi, pintu tak bisa dibuka karena Firza menguncinya dari luar tanpa sepengetahuan mereka. Ia mulai panik, tangannya menggedor-gedor pintu dengan kencang.

"Buka, siapapun tolong buka pintunya!" teriak Orion.

Sadar ada yang tak beres, Arion menghampirinya.

"Kenapa?" tanya Arion.

Orion tak menggubrisnya. Ia terus menggedor dan berteriak berharap ada orang yang membuka pintu.

"Kenapa woi!" Arion mulai kehilangan kesabaran. Dia menarik tangan Orion dengan kasar sehingga tubuh Orion kini berbalik ke arahnya.

Sadar jika wajah Orion terlihat kesakitan, Arion langsung melepas tangan sang Adik.

"Maaf," ucap Arion pelan.

"Lu buta ya? Gak lihat pintu dikunci, masih nanya! Makannya mata itu dipake buat ngelihat, bukan baca doujin!" teriak Orion membuat Arion kicep mendengarnya.

Nafas Orion tak beraturan. Ini adalah kalimat pertamanya setelah beberapa tahun tak berbicara pada Arion. Matanya menatap Arion berapi-api hingga membuat dia ingin melahap Kakaknya bulat-bulat karena saking kesalnya.

Arion tertawa kaget sekaligus senang karena akhirnya sang Adik kembali lagi berbicara dengannya. Ia menepuk bahu Orion beberapa kali, namun Orion langsung menepisnya dengan kasar.

Wajah Orion menjadi merah padam.

Dia menjauh dari Orion memilih untuk duduk di kursi yang ada di ujung gudang berharap ada orang yang membukakan pintu untuknya.

Arion mengikuti Orion. Dia duduk di samping Orion. Tidak ada penolakan dari si Adik.

Hal yang dibenci Orion terjadi. Orion sangat benci dengan kegelapan.

Firza mematikan saklar listrik hingga gudang menjadi gelap gulita karena satu-satunya jendela ada di tempat tinggi, pun itupun sudah tak kena cahaya matahari karena hari sudah  menjadi malam.

Refleks Orion memegang erat tangan Kakaknya karena takut. Ia menghilangkan sementara ego-nya demi keberlangsungan hidup. Ia takut jika tiba-tiba ada hantu mbak Skripsi dari perpus nyasar ke gudang. Kan gawat. Belum lagi banyak desas-desus tantang hantu-hantu jelek yang bersemayam di gudang ini.

Membayangkan itu membuat Orion merinding sendiri.

Arion membiarkan Orion memegang tangannya. Ia bersyukur ada seseorang yang iseng mengunci mereka di gudang. Arion tahu jika ini bukan kebetulan, pasti ada seseorang yang merencanakan ini.

Suasana kembali hening seperti tadi, namun bedanya tangan Orion mencengkeram kuat-kuat tangan Arion hingga membuat sang empu sedikit kesakitan, tapi anehnya ia tak terasa terganggu karenanya malahan merasa senang.

Di tengah keheningan tiba-tiba memori masa kecil berdatangan.

Waktu itu keduanya bagaikan prangko dan surat yang tak pernah terpisah. Orion yang rewel akan mengikuti kakaknya kemanapun sambil menggenggam tangannya. 

Namun, semua itu hancur ketika tiba-tiba Orion menjauh dari Arion tanpa kejelasan.

"Dek, kenapa lu menjauh dari gue?" tiba-tiba kalimat itu terlontar dari bibir Arion.

Sebuah perasaan aneh muncul di hati Orion hingga membuatnya terasa sesak. Ia tak berani menatap Arion. Jika melakukan itu, rasanya air mata akan pecah kapanpun.

Ia diam tak menjawab.

"Jika lu mau menjauh dari gue, ya itu urusan lo. Tapi, setidaknya lo kasih alasan, jangan tiba-tiba ngejauh tanpa alasan. Digituin sakit loh!"

Orion masih bergeming. Tangannya makin erat mencengkeram tangan Arion. Ia baru tahu jika kakaknya yang dulu serba bisa diandalkan bisa menunjukkan sisi rapuhnya padanya.

"Gue ngejauh dari lo karena gak bisa bersanding dengan lo. Lo sebongkah berlian, beda dengan gue yang cuma remahan kulit kentang!" akhirnya Orion bersuara.

Sungguh alasan yang out of the box.

"Jadi lo ngejauh dari gue cuma karena alasan sepele itu? Dikira gue gak bakalan terluka karena sikap lo ke gue? Please, otaknya dipake!"

"Itu sepele buat lo! Karena lo gak pernah ngerasain ada di posisi gue! Lo dipuji-puji sama orang, Ibu dan Ayah care banget sama lo, beda sama kelakuan mereka ke gue! Lo gak sadar hah?"

Arion diam sebentar, lalu berbisik, "iya gue sadar! Oleh karena itu sebisa mungkin gue ngasih segala yang gue terima buat lo! Lo gak sadar gue ngasih perhatian ke lo jauh dari perhatian orang yang dikasih ke gue. Kenapa lo bisa sebego itu?"

Orion langsung diam. Kenapa ia baru sadar perkataan Arion tadi. Kenapa ia baru sadar sekarang jika sang kakak sangat peduli dengannya sejak dulu. Sekarang ia benar-benar merasa bodoh.

Entah kenapa Arion mejadi kesal ketika sadar adiknya menjauhinya karena alasan sepele. Ia bangkit kemudian menendang pintu dengan seluruh kekuatan yang ia miliki hingga pintu terbuka. Ia meninggalkan Orion sendirian.

Firza dan Azam yang sedari tadi mengintip mereka lewat jendela bermodalkan menaiki bangku terkejut karena Arion berhasil membuka pintu gudang.

"Kok gue rasa masalahnya jadi runyam? Apa gue berhasil?" tanya Firza polos.

"Entah, lihat saja nanti," jawab Azam tak yakin.

Orion bangkit dari duduknya. Kemudian berlari mengejar sang kakak.

"Eh? Kok ngilang?" kata Firza. Ia sadar jika Orion telah meninggalkan gudang juga.

"Dia lari! Buruan kejar!" perintah Azam. Firza tanpa pikir panjang langsung menurutinya.

Mereka berlari ke lantai bawah. Namun sayangnya keduanya kehilangan jejak Si Kembar.

"Gimana bang?" tanya Firza sambil ngos-ngosan.

"Entahlah, ayo buruan! Percaya sama gue keduanya gak jauh dari sini!"

Firza pasrah. Ia dan Azam kembali berlari mencari Arion dan Orion tanpa tujuan yang jelas

***

Senin 15 November 2021
22.06
Have a nice day
See you

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang