46. See you 🌾

3K 310 15
                                    

Happy Reading;))
•••

"Aisyah," panggil Elina. Ia tersenyum tipis ketika melihat Aisyah kini berada dihadapannya. Dengan susah payah ia meraih tangan Aisyah untuk ia genggam.

"Iya, ini gue, El. Lo harus sembuh ya, gue yakin lo pasti sembuh. Gue nggak mau lo kenapa-napa," ucap Aisyah.

Elina hanya bisa tersenyum hangat, bibirnya terlihat begitu pucat. Raut wajahnya nampak terlihat sedang menahan sakit. Ia sekuat mungkin untuk menyembunyikannya dari Aisyah dan yang lainnya.

"Kalau gue yang pergi duluan, lo jangan lupain gue ya. Lo harus selalu do'ain gue, apapun yang terjadi nanti, gue harap lo jangan terlalu larut. Ingat, jaga ponakan gue baik-baik."

Mata Aisyah berkaca-kaca. "Lo harus sembuh, El."

"Gue udah nggak kuat, Syah. Sakit semuanya, raga gue sakit, hati gue juga sakit. Semuanya sakit, dunia sepertinya tidak mengizinkan gue untuk bahagia. Lo tahu, bulan lalu orang tua gue cerai, mereka ninggalin gue sendirian, Syah. Sekarang gue udah nggak punya siapa-siapa lagi, semuanya ninggalin gue, Syah."

Elina sesegukan, luka dan air mata yang ia pendam kini telah ia keluarkan semuanya. Rasanya dunia tengah bermain dengannya sekarang, kenapa hidupnya penuh dengan luka.

"Lo nggak sendiri, El. Ada gue sama Alia, ada Bunda sama Ayah gue. Kita akan selalu ada buat lo, pokoknya lo harus fokus untuk sembuh. Jangan mikir yang aneh-aneh, kita disini buat lo," lirih Aisyah.

Elina menggeleng lemah, itu adalah harapannya yang tak akan pernah jadi nyata. Kondisinya sekarang sangat tidak memungkinkan untuk sembuh.

"Sebelum gue pergi, gue mau minta tolong sesuatu sama lo, boleh?"

"Apa?"

"Bantu gue syahadat, mau?"

Aisyah terdiam, pernyataan Elina membuatnya bungkam. Apakah benar gadis itu ingin masuk islam. Mata Aisyah kembali berkaca-kaca, perasaan haru menyelimuti hatinya. Ia sangat bahagia jika Elina ingin masuk islam.

"Lo mau kan bantuin gue syahadat?"

"Lo beneran mau masuk islam?"

Elina mengangguk lemah, bibir pucat itu tak hentinya mengulas senyum seolah semunya akan baik-baik saja.

"Tapi--"

"Gue nggak punya banyak waktu, Syah. Semakin lama, malaikat maut semakin dekat sama gue."

"Okey, ikutin gue."

Elina sekali lagi hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya.

"Asyhadu an laa."

"Asyhadu an laa." Elina mengikutinya.

"Ilaaha illallah."

"Ilaaha illallah."

"Wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah."

"Wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah."

"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah."

Elina menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum mengikuti ucapan Aisyah. "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah."

Setelah mengucapkan itu, pandangan Elina tiba-tiba gelap. Bahkan suara Aisyah yang terus memanggilnya hanya bisa ia dengar samar-samar nya saja. Tidak begitu jelas.

"Elina bangun!! Bangun El. Please, jangan tinggal gue, gue belum sanggup kalau harus kehilangan lo, Elina." Tangis Aisyah pecah saat itu juga. Ia meraba tangan Elina, nadinya sudah tak berdenyut lagi.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Where stories live. Discover now