16. Jalan-jalan 🌾

5.1K 358 11
                                    

Happy Reading;))
•••

"Sabtu besok ada kelas nggak, Syah?" tanya Gus Hanan.

Sekarang keduanya tengah bersantai saja dikamar setelah sholat isya tadi. Aisyah yang sedang sibuk dengan ponselnya karena berbalas pesan dengan kedua sahabatnya itu lantas menoleh pada Gus Hanan yang sedang berbaring di atas tempat tidur mereka.

"Kalau sabtu besok sih nggak ada a', kenapa emangnya? Mau ngajak jalan-jalan ya? Wih kemana nih kita? Boleh request nggak a'?" Aisyah antusias bertanya kepada suaminya.

Gus Hanan tersenyum tipis melihat respon istrinya itu. "Kamu maunya kemana?" tanya balik Gus Hanan.

Aisyah lantas berdiri dan menghampiri suaminya yang tengah berbaring di atas tempat tidur mereka.

"Aisyah maunya ke Cappadocia a'," ucap Aisyah membuat Gus Hanan kaget.

"Cappadocia?" Aisyah mengangguk cepat.

"Kenapa Cappadocia, Syah?"

"Its my dream, not her. My dream a'." Gus Hanan tak habis pikir dengan istrinya, entah apa yang baru saja merasuki dia. Padahal jika diingat lagi, tadi siang masih baik-baik saja.

"Tapi a'a itu mau ngajak kamu ke Malang, Syah. Kemarin waktu ke sana, Umi nanyain kamu, katanya kenapa kamu ke sini sendiri mulu sih, menantu Umi kok nggak dibawa juga, Umi udah ngebet pengen ketemu sama menantu tersayangnya," jelas Gus Hanan.

"Serius kita ke Malang? Aku juga kangen tau sama Umi," ucap Aisyah sendu.

"Serius sayang, kamu mau ikut juga?"

"Maulah, Umi itu pengen ketemunya sama aku, bukan kamu. Jadi yang penting buat datang ke sana itu aku ya bukan kamu, kamu nggak boleh ke sana tanpa aku, okey sayangku." Aisyah kembali tersenyum manis menatap suaminya.

"Siap ya habibati," balas Gus Hanan tersenyum juga.

"Aaa, gemes tau nggak sih kamu a'." Aisyah memeluk erat tubuh suaminya bahkan hampir membuat laki-laki itu susah bernafas karena ulah Aisyah.

Gus Hanan dengan senang hati menerima pelukan istrinya walaupun hampir membuatnya kehilangan nafasnya. Ia mengelus punggung wanita yang ia cintai itu dengan sayangnya.

"Tidur yuk, udah malem. Besok harus pagi harus siap-siap, kita berangkat ke Malang agak siangan aja ya." Gus Hanan mengecup kepala Aisyah.

Gadis itu melonggarkan pelukannya, tangannya terangkat menangkup kedua pipi suaminya. Lalu ia tersenyum manis setelahnya.

"Tidur ya, buat dedeknya nggak jadi nih?" goda Aisyah.

"Terserah kamu, aku nunggu persetujuan dari kamu aja. Aku nggak akan maksa kok," sahut Gus Hanan santai.

"Yaudah kamu ambil wudhu dulu sana," titah Aisyah.

"Ngapain?!"

"Sholat sunah dulu dong a', Ustadz apaan yang gitu doang aja nggak tau, katanya mau praktek Fathul Izar, gimana sih? Jadi nggak nih? Kalau nggak aku tidur nih?"

"Jadi dong, masa nggak sih? Udah ditunggu dari selesai ijab qobul masa iya malah nggak jadi sih?"

"Yaudah sana," usir Aisyah.

"Kamu nggak ikut?"

"Nanti nyusul."

Gus Hanan kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum Aisyah. Sepeninggalnya Gus Hanan, Aisyah mati-matian menahan malu karena berbicara seperti itu pada Gus Hanan, kalau bukan ingat akan ucapan Bundanya dan juga sudah menjadi kewajiban dia sebagai istri, Aisyah tak akan mau, dirinya tak sanggup menahan malu.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Where stories live. Discover now