47. Sweet Day 🌾

3.4K 320 22
                                    

Happy Reading;))
•••

Ciee yang kena prank dipart sebelumnya, maafkan author ya;))







Kita lanjut....

















Scroll lagi...
















“Aisyah, bangun. Ini udah pagi,” ucap Gus Hanan berusaha membangunkan Aisyah yang tengah tertidur dengan pangkuannya yang dijadikan bantal.

“Aisyah, bangun hey. Sayang....”

Aisyah tak merespon ucapan suaminya, dia justru bergerak kesana-kemari untuk kembali mencari posisi yang nyaman.

“Ayok bangun,” ucap Gus Hanan dengan suara lembutnya. Ia juga mengelus pipi Aisyah. Istrinya itu masih mengenakan mukena, setelah selesai sholat subuh, ia justru ingin tidur tapi dipangku oleh suaminya. Emang bumil, aneh-aneh aja.

Mata Aisyah terbuka, ia langsung mendongak ke arah suaminya. Laki-laki itu senantiasa dengan senyum manisnya menatap ke arah sang istri.

“Udah pagi belum a'?” tanyanya dengan wajah yang sangat polos.

Gus Hanan mengelus kepala istrinya yang tertutup mukena. “Udah dari tadi paginya, kamu aja yang tidur kayak kebo!!” sindir Gus Hanan.

“Hati-hati loh omongannya, Anak aku denger nih,” ucap Aisyah lalu bangun dari pangkuan suaminya.

“Anak aku juga loh, sayang. Bikinnya aja berdua, masa aku nggak diakuin sebagai ayahnya,” protes Gus Hanan.

Aisyah tersenyum tipis. “Iya-iya. Tapi jangan iri ya kalau nanti a'a cuman kebagian golongan darah doang.”

“Nggak papa, itu juga lebih dari cukup.” Wajah Gus Hanan dibuat dramatis.

Aisyah terkekeh melihat raut wajah sang suami seperti itu. “Udah nggak usah kayak gitu mukanya, nggak enak dilihat.”

“Kamu nggak mau kemana-mana hari ini? A'a ada jadwal ngajar, kamu a'a anter ke rumah Bunda ya,” tawar Gus Hanan.

Aisyah dan Gus Hanan sudah pindah ke rumah mereka sendiri sejak kepulangannya dari Malang waktu lalu.

“Pagi apa siang jadwalnya?”

“Dari pagi sampai siang sih? Kenapa emangnya?”

“Nggak papa, tanya doang,” jawab Aisyah.

“Kamu dirumah Bunda dulu ya, a'a takut ninggalin kamu sendirian di sini. Apalagi sekarang kandungan kamu sudah semakin membesar, a'a nggak mau kalian kenapa-napa, oke.”

Aisyah mengangguk. Usia kandungan Aisyah menginjak tujuh bulanan, itu yang sekarang membuatnya kesulitan bergerak ditambah lagi dengan suami dan keluarganya yang overprotective padanya. Maklum, mereka trauma saat Aisyah keguguran dulu.

“Yaudah kita siap-siap dulu baru berangkat. Lets go babe.

Keduanya kemudian bersiap-siap. Sebelum ke kampus, Gus Hanan akan mengantarkan istrinya dulu ke rumah mertuanya.

•••

“Assalamu'alaikum!!”

Dari luar rumah Aisyah sudah berseru dengan lantang tapi dari dalam tak ada jawaban sama sekali.

“A', kok kayak nggak ada orang di rumah ya? Pada kemana mereka semuanya?”

“Coba cek didalam, mungkin masih tidur,” ucap Gus Hanan.

Aisyah langsung berlari masuk ke dalam meninggalkan Gus Hanan yang masih berada di teras rumah. Melihat itu, Gus Hanan membulatkan matanya. Bisa-bisanya Aisyah berlari seperti itu padahal dirinya tengah hamil besar sekarang.

“AISYAH JANGAN LARI-LARI!!”

Aisyah tak mengindahkan ucapan suaminya, ia langsung terobos masuk ke dalam setelah pintu rumah terbuka. Ketika Aisyah sudah masuk ke dalam rumah, dengan cepat Gus Hanan menyusul karena takut terjadi sesuatu pada Aisyah.

“Astaghfirullah, Aisyah!!”

“Ayah Bunda,” panggil Aisyah dengan berteriak.

Sepasang suami-istri yang tengah bersantai diruang keluarga itu kompak menoleh ke arah pintu.

“Aisyah,” kaget Hafshah. Ia dengan segera berjalan ke arah putrinya itu lalu memeluknya dengan erat.

“Aisyah kangen sama Bunda tau,” adunya dalam pelukan Hafshah.

“Bunda juga kangen banget sama kamu, sayang. Gimana, kandungan kamu baik-baik aja ‘kan?” tanya Hafshah.

“Alhamdulillah baik Bunda,” jawab Aisyah. Kini pandangan Hafshah beralih pada menantunya.

“Tadi Bunda denger kayak ada yang teriak-teriak gitu, kenapa?”

“Tanya aja sama mantu Bunda tuh,” ucap Aisyah yang sudah melepaskan pelukan Hafshah, ia menunjuk kearah Gus Hanan dengan ekor matanya.

“Kenapa Nak?” Kini Hafshah bertanya pada Gus Hanan.

“Anak Bunda itu nakal, masa tadi masuk ke sini dia lari-lari, padahal dia itu lagi hamil besar. Hanan cuman takut kalau sampai mereka kenapa-napa,” ucap Gus Hanan mengadu pada mertuanya.

“Kebiasaan kamu ya.” Ucapan Hafshah hanya dibalas cengiran oleh Aisyah. Ia justru menatap tajam ke arah suaminya.

“Tadi larinya pelan kok,” sela Aisyah.

“Pelan atau nggak, tetap nggak boleh, sayang. Kamu itu lagi hamil, emang kamu mau kalau anak kamu sampai kenapa-napa?” Aisyah menggeleng lemah.

“Tapi yang larikan Aisyah, kenapa kalian yang repot?”

“Masalahnya anak a'a yang kamu bawa lari, Aisyah.” Aisyah mencebik.

“Udah sana, katanya mau ke kampus,” usir Aisyah pada suaminya.

“Astaghfirullah, lupa!! Kalau begitu a'a ke kampus dulu ya. Ayah, Bunda. Hanan titip Aisyah bentar ya, nanti pulang dari kampus Hanan jemput, assalamu'alaikum!!”

“Waalaikumus salaam!!”

•••

“Bosan juga kalau nggak masuk kuliah gini? Nak, kamu keluar cepet ya, biar uma bisa masuk kuliah lagi, okey sayang.” Aisyah berbicara sambil mengusap perutnya.

Aisyah kemudian merebahkan dirinya diatas tempat tidur, rasanya sangat lelah padahal dirinya tidak melakukan apapun. Akhir-akhir ini ia sering kelelahan, mungkin karena efek dari kehamilannya.

“Tidur bentar kali ya.”

Ia kemudian memejamkan matanya sejenak. Tak lama, terdengar dengkuran halus. Aisyah sudah masuk ke alam mimpinya.

•••
Bersambung!!!

Awali harimu dengan harapan bukan sarapan karena ini bulan puasa.😅😅

See you

Maafkan author guys, hehehe😅

Nusa Tenggara Barat, 18 April 2022

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora