22. Adam kembali 🌾

4K 335 14
                                    

Happy Reading;))
•••

Setelah kelas selesai, Aisyah tadi menelpon abangnya untuk datang menjemputnya. Dan sekarang ia tengah menunggu di depan gerbang kampus sedangkan Alia dan Elina sudah pulang terlebih dahulu. Kedua temannya tadi sudah menawarkan untuk pulang bersama saja tapi Aisyah menolak karena ia dijemput oleh abangnya.

Saat sedang menunggu, ekor mata Aisyah tak sengaja melihat penjual es krim diujung jalan sana. Entah mengapa akhir-akhir ini dirinya banyak berubah tak seperti sebelumnya. Buktinya sekarang ia menginginkan es krim diujung sana padahal dirinya adalah tipikal orang yang tak terlalu suka dengan es krim.

Semakin lama diperhatikan, semakin menggoda, ingin rasanya Aisyah memakan es krim itu. Ia melirik ke arah jalan raya, belum nampak sedikitpun tanda-tanda kalau mobil abangnya akan muncul. Jadi, Aisyah memutuskan untuk membeli es krim dulu saja, dari pada kebawa mimpi nantinya.

Ia melangkah menuju penjual es krim diujung saja dengan perasaan gembira. Sudah seperti anak kecil saja. Andai saja ada yang melihatnya, terlebih lagi itu orang terdekatnya, sudah dipastikan dia akan menjadi bahan ejekan setelah ini. Syukurlah.

"Pak, saya tiga ya. Rasa vanila, matcha  sama coklat." Mata Aisyah menatap deretan es krim tersebut dengan penuh binar. Ingin rasanya ia cepat-cepat melahapnya.

Bapak yang jualan es krim mengangguk. "Baik neng, tunggu sebentar ya. Bapak ambilkan dulu."

Aisyah akhirnya tersenyum senang ketika tiga cup es krim itu berada di tangannya. Setelah membayar, ia hendak kembali ke depan gerbang kampus untuk kembali menunggu abangnya datang.

"Aisyah!!"

Langkah kaki Aisyah terhenti, sepertinya dia mengenali suara itu. Tubuhnya berbalik, ia sedikit terkejut setelah melihat siapa yang kini berada di depannya.

"A-adam," lirih Aisyah.

Iya, Adam. Laki-laki yang dulu pernah melamar Aisyah selesai kelulusan tapi ditolak oleh ustadz Yusuf karena Aisyah sudah ia nikahkan dengan Gus Hanan. Sekarang ia kembali setelah lama menghilang, bahkan Aisyah tak lagi mendengar kabar Adam setelah lamaran laki-laki ditolak.

"Hai, apa kabar?"

Aisyah tersenyum tipis, hatinya sedikit merasa lega setelah melihat bahwa Adam baik-baik saja. Ia juga masih diselimuti rasa bersalah karena menolak Adam tapi mau bagaimana lagi. Sudah takdir sih.

"Gue baik, Dam. Lo yang apa kabarnya? Udah lama ngilang tanpa ngomong apa-apa lagi sama gue?"

Adam terkekeh kecil.

"Masih ngomong lo-gue aja sih? Gue juga baik kok, kenapa kangen ya karena gue nggak ada kabar," godanya. Aisyah menggeleng pelan, Adam tak berubah, tetap menyebalkan seperti dulu awal ia mengenal laki-laki itu.

"Lo masih aja menyebalkan kayak waktu SMA, selalu bikin gue kesel tapi gue nggak bisa benci sama loh," kesal Aisyah.

"Bisanya apa? Sayang, iya?"

"Sorry, dah punya pawang bro!!"

Aisyah menunjukkan cincin yang melingkar dijari manisnya. Beberapa waktu lalu ia memakai cincinnya itu, itu atas kemauan dirinya sendiri dan Gus Hanan dengan senang hati jika istrinya mau seperti itu. Hanya saja, Elina dan Alia belum sadar akan cincin yang dipakai oleh Aisyah.

Raut wajah Adam menjadi suram, melihat itu Aisyah jadi merasa bersalah. Ia seharusnya tak membahas itu, pasti akan menimbulkan luka lagi untuk Adam.

"Sorry, gue nggak bermaksud seperti itu," sesalnya.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon