42. Hari patah hati 🌾

3.7K 332 15
                                    

Happy Reading;))
•••

“Jadi semua itu benar, Aisyah?”

Yunus benar-benar tak menyangka jika ucapan Aisyah tadi pagi benar. Ia mengira wanita itu hanya berucap asal agar dirinya tak lagi mengganggu nya tapi ternyata benar, dan yang paling mengejutkan bagi Yunus ialah ternyata Aisyah adalah istri dari dosen baru mereka.

Tangan besar Yunus meremas sepasang cincin yang sudah ia siapkan untuk melamar Aisyah tadi. Bahagia yang ia dambakan kini berakhir kecewa, dan rasanya begitu sakit bagi Yunus.

“Seharusnya aku mencari tahu terlebih dahulu sebelum menjatuhkan hati, jika sudah seperti ini hanya bisa bersabar dalam diam menanggung rasa kecewa yang berlebihan.”

Tanpa Yunus sadari, ternyata ada seseorang yang tengah memperhatikan dia sedari tadi dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Tangan orang tersebut tanpa sadar mengepal seperti menahan emosinya.

•••

Byuuuur...

“Astaghfirullah Aisyah?!!”

Elina dan Alia kaget bukan main ketika seseorang tiba-tiba saja datang dan langsung menyiram segelas air ke arah Aisyah. Alhasil, baju bagian depan Aisyah basah kuyup.

“Kalian apa-apaan sih?!” sarkas Elina kasar. Ia sangat tak terima kalau Aisyah diperlakukan seperti itu apalagi dengan orang baru.

“Lo yang apa-apaan?!”

“Maksud lo nyiram Aisyah kayak gitu apaan, hah?!” Emosi Elina sudah tak terkontrol lagi. Alia yang melihat baju Aisyah sudah basah kuyup bahkan hampir menampakkan bentuk tubuhnya, dengan segera ia memeluk Aisyah dengan begitu erat agar menghalangi bajunya yang basah.

“Kalian masih anak baru, nggak usah tebar pesona sama cowok di sini?!”

“Oh, jadi karena cowok?! Cowok mana yang lo maksud?!” tanya Elina emosi.

“Kak Yunus.”

“Lo suka sama dia?” Elina tertawa sinis diakhirnya. Bibirnya terangkat sebelah disertai senyum mengejeknya.

“Dia calon suami gue jadi gue mau peringatin sama temen lo itu supaya jauh-jauh sama calon suami gue,” tekannya.

“Calon suami? Lo lagi nggak mimpikan, bagaimana bisa dia jadi calon suami lo sedangkan tadi pagi aja dia ngelamar Aisyah,” ejek Elina.

Mata perempuan itu membulat, tangannya sudah mengepal. Ia yang hendak mendekati Aisyah keburu ditahan oleh Elina.

“Nggak usah macem-macem, jangan hanya karena lo Kakak tingkat gue, terus gue diam aja lihat temen gue ditindas gitu, nggak akan?!”

“Berani lo sama gue?!” tanyanya.

“Ngapain takut? Lo siapa emangnya?”

“Gue anak donatur di sini,” jelasnya dengan nada sombongnya.

“Baru anak donaturkan bukan anak yang punya kampus ini, jadi nggak usah sok. Diatas langit masih ada langit, kalau gue mau. Gue bisa nendang lo keluar dari kampus ini bersama kesombongan lo itu, paham?!”

Anya membulatkan matanya mendengar ancaman Elina untuknya tadi pada awalnya dia yang mengancam, lalu kenapa sekarang malah berbalik ke dirinya.

“Beraninya lo sama gue—”

Elina mendekati Anya lalu berisik di telinga seniornya itu. “Lo tau Kak, gue itu tipe orang yang nggak suka ngomong banyak tapi sekali gue ngomong itu akan benar-benar terjadi, kalau lo nggak percaya kita coba aja.”

“Tunggu pembalasan gue ya?!” tekannya sebelum pergi dari sana dengan emosi yang sudah memuncak.

Selepas perginya Anya, Elina kembali fokus dengan Aisyah. Ia tak menyangka akan seperti ini, niat awal ingin makan dengan santai justru datang gangguan yang entah dari mananya.

“Lo nggak papa?” tanya Elina khawatir.

“Gue nggak papa, El. Makasih ya,” ucap Aisyah.

“Sama-sama, mending sekarang kita pulang,” ajak Elina.

“Tapi—”

“Nanti di jalan kita kabarin suami lo, ayok. Gue sama Alia anter sampai rumah, bila perlu kita tungguin sampai suami lo pulang. Okey.”

“Okey.”

•••

“Kenapa rasanya sakit sekali ya Tuhan,” lirih Elina sembari menatap langit malam yang begitu terang sehingga nampak semua bintang di atas sana.

Setelah mengantarkan Aisyah pulang kerumah bahkan menunggu sampai suami Aisyah pulang, barulah kedua gadis itu pulang. Sedari siang, Elina hanya berdiam diri di kamarnya saja tanpa berniat untuk keluar kamar.

Ia tiba-tiba kepikiran cerita Aisyah tadi, tentang Adam yang ia cintai dalam diam selama ini. Laki-laki itu melakukan sesuatu yang sangat merugikan untuk dirinya dan juga Aisyah, karena laki-laki itu calon anak dari temannya pergi kembali ke langit.

“Gimana kabar lo sekarang, Dam?”

Hembusan angin menembus masuk ke dalam kulit Elina, sekarang ia tengah berdiri di balkon kamarnya.
Rasanya untuk Adam tak bisa ia hilangkan begitu saja meskipun ia tahu kalau dia dan Adam adalah suatu ketidakmungkinan yang ia paksa menjadi nyata. Ditambah lagi, laki-laki yang ia cintai itu masih sangat mencintai sahabatnya bahkan nekat melakukan hal bodoh seperti menculik Aisyah.

“Kenapa sulit sekali buat lupain lo, Dam. Meskipun gue tahu kalau kita itu tidak mungkin, lo itu cintanya sama Aisyah dan juga keyakinan kita beda, sekalipun gue pindah. Gue belum yakin kalau bisa dapatin hati lo,” lirih Elina.

Elina menyeka air matanya yang tiba-tiba mengalir tanpa aba-aba. Entah sampai kapan ia akan terjebak oleh rasa cinta dalam diamnya itu.

Walaupun Aisyah dengan lantang menolak Adam yang artinya dia punya kesempatan tapi ia ingat akan perbedaan keduanya yang sangat jauh. Tembok penghalang mereka begitu tinggi walaupun tak kasat mata tapi rasanya tetap ada dan tak bisa diingkari.

•••

Bersambung!!

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow!!

Apakah disini aja yang terjebak cinta beda agama?!

Selamat menunaikan ibadah puasa;))

See you

Nusa Tenggara Barat, 7 April 2022

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Where stories live. Discover now