5. Kenyataan 🌾

8.2K 692 3
                                    

Happy Reading;))
•••

Tidak ada kegiatan lain yang bisa Aisyah lakukan selain rebahan saja, bahkan sedari pulang sekolah ia hanya rebahan dan rebahan.

Sekarang sudah pukul 08:04 menit, setelah sholat isya ia kembali rebahan, jika biasanya jam segini ia mengerjakan tugas sekolah tapi beda dengan sekarang karena dia sudah lulus SMA. Soal permintaannya yang ingin ke Tarim, Aisyah tak serius ingin ke sana, ia hanya ingin mengetes respon Ayah dan Bundanya saja.

Tak lama terdengar ketukan pintu kamar Aisyah, dengan langkah malas Aisyah bangkit dari kasur nya lalu berjalan ke arah pintu.

Setelah pintu kamar terbuka lebar, tampaklah Hafsah berdiri diambang pintu kamar Aisyah.

"Kenapa, Bun?" tanya Aisyah penasaran.

"Pake kerudung kamu lalu turun ke bawah, di bawah ada yang nyariin kamu," ucap Hafsah.

Aisyah menautkan alis bingung, siapa yang mencari dirinya malam-malam seperti ini?

"Iya Bunda," sahut Aisyah. Hafsah berlalu dari sana, Aisyah pun kembali ke dalam kamar lalu membuka lemari dan meraih jilbab instan menutupi sampai punggung dan dadanya.

Ia kemudian bergegas ke lantai bawah, alangkah terkejutnya Aisyah ternyata yang berada di sana adalah Adam, ternyata laki-laki benar datang ke rumahnya, jangan sampai dia benar-benar melamar dirinya sekarang.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Aisyah ketus pada Adam. Sedangkan Adam, ia langsung berdiri ketika melihat Aisyah muncul dihadapannya.

"Waktu di sekolahkan udah gue kasih tahu, masa udah lupa sih atau pura-pura lupa aja?" Adam tersenyum aneh menatap Aisyah.

"Waktu di sekolah juga kan udah gue kasih tahu jawaban gue itu apa, terus ngapain lagi lo ke sini?" Aisyah serius tak menyukai Adam, baginya Adam adalah teman terbaiknya yang hanya akan menjadi teman tak akan pernah lebih. Apalagi sahabatnya juga suka dengan Adam, bagaimana mungkin ia mengkhianati sahabatnya sendiri.

"Syah, biarkan Ayah bicara dulu dengan Adam," sela Yusuf. Mendengar suara Yusuf, Adam jadi tiba-tiba gugup seketika. Meskipun aura Yusuf begitu tenang, tetap saja membuat Adam ketar-ketir sendiri.

Aisyah membiarkan Ayahnya untuk berbicara dulu dengan Adam, Aisyah memutuskan untuk ke dapur karena merasa haus dan ia berharap semoga saja Ayahnya tak menerima Adam.

Setelah Aisyah tak ada lagi di sana, Yusuf meminta Adam yang sempat berdiri tadi untuk kembali duduk.

"Kamu benar serius ingin melamar Aisyah?" tanya Yusuf. Adam sempat kaget, apakah Aisyah sudah memberitahu Ayahnya kalau ia ingin datang melamar.

"Iya Om," jawab Adam mantap, tak ada keraguan dalam jawabannya maupun dalam siratan matanya dapat Yusuf lihat di sana.

Yusuf menghela nafas pelan, ia tak enak menjelaskan pada Adam tapi jika tak ia jelaskan pasti Adam akan berharap lebih pada Aisyah.

"Sebelumnya Om minta maaf sama kamu atas ucapan Aisyah tadi mungkin kurang sopan buat kamu, om tau niat kamu baik untuk melamar Aisyah untuk kamu jadikan kekasih halal bukan seperti laki-laki kebanyakan yang hanya mampu mengikat perempuan lewat hubungan haram, saya sangat menghargai itu tapi saya tidak bisa menerima niat baik kamu," jelas Yusuf. Adam jadi terdiam, ia sedang mencerna ucapan Yusuf.

"Maksud Om? Om nolak saya? Apa karena saya tidak seperti Om? Bukan laki-laki lulusan pesantren, bukan hafidz Al-Quran, bukan Ustadz seperti Om?" tanya Adam yang terdengar kecewa bahkan membuat Yusuf tak tega.

"Kamu jangan salah paham dulu, saya tidak bermaksud seperti itu walaupun pendidikan agama memang syarat utama tapi bukan itu yang menjadi alasan saya nolak kamu," jelas Yusuf, semoga Adam mengerti.

"Apakah saya boleh tahu alasan Om nolak saya?" tanya Adam lirih.

"Saya sudah menikahkan Aisyah dengan laki-laki lain sebelum kamu datang melamarnya," ungkap Yusuf. Adam diam membisu, apa katanya sudah dinikahkan dengan laki-laki lain? Tapi kenapa Aisyah tak memberitahu dirinya supaya ia tak terlalu berharap pada Aisyah.

"Tapi kenapa Aisyah tidak memberitahu saya Om, tahu gitu saya tidak akan berharap pada Aisyah saya juga tidak akan datang ke sini," lirih Adam. Hatinya sudah hancur sekarang, sakit sekali untuk pertama kalinya Adam merasakan patah hati terberat seperti ini.

"Aisyah sendiri belum saya kasih tahu kalau dia sudah saya nikahkan," sahut Yusuf. Adam lagi-lagi kaget. Bagaimana mungkin Aisyah tidak tahu dengan pernikahannya sendiri?

"Maksud Om?"

"Saya menikahkan Aisyah secara rahasia, ia tidak tahu kalau sekarang dia sudah menikah dan tidak tahu siapa yang menjadi suaminya," jelas Yusuf.

"Maksud Ayah?" tanya Aisyah yang tiba-tiba muncul di balik tembok dapur dengan wajah kaget dan tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar.

"Nanti Ayah jelaskan," sanggah Yusuf. Air mata Aisyah tak bisa terbendung lagi, ia bukan perempuan bodoh yang tak mengerti ucapan Ayahnya tadi.

"Ayah tega lakuin itu ke Aisyah, Aisyah benci sama Ayah?!" teriak Aisyah lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sampai depan kamar, ia membanting pintu kamar dengan keras sehingga terdengar keras suaranya sampai lantai bawah.

Untuk pertama kalinya Aisyah seperti ini, ia tak bisa menjelaskan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Ayahnya menikahkan dia secara diam-diam bahkan suaminya pun tak ia ketahui sama sekali bagaimana rupanya.

"Syah, buka pintunya sayang. Bunda sama Ayah bisa jelasin, buka dulu pintunya." Hafsah berucap sambil mengetok pintu kamar Aisyah tapi tak mendapatkan respon dari dalam. Hafsah jadi semakin khawatir. Yusuf sudah menjelaskan pada Hafsah kalau Aisyah sudah tahu tentang pernikahan rahasia tersebut.

Yusuf menyusul Hafsah ke kamar Aisyah setelah Adam pamit pulang, tak ada gunanya lagi dia berada di sini, perempuan yang ingin ia nikahi ternyata sudah menjadi istri orang lain.

"Aisyah, buka dulu pintunya sayang, Ayah bisa jelasin semuanya," teriak Yusuf dari luar kamar Aisyah.

Sama seperti yang dilakukan oleh Hafsah tadi, tak ada respon sama sekali dari dalam kamar Aisyah. Gadis itu mungkin syok dan marah dengan kedua orang tuanya karena itu.

"Bagaimana ini Mas?" tanya Hafsah khawatir dengan Aisyah. Air mata Hafsah tak hentinya mengalir sedari tadi.

"Kita harus hubungi Gus Hanan sekarang dan nyuruh dia ke sini," ucap Yusuf. Ia kemudian kembali ke bawah untuk menghubungi Gus Hanan.

Sedangkan di dalam kamarnya, Aisyah tak lagi menangis, walaupun masih remaja, ia cukup mengerti tapi yang masih meragukan hatinya adalah apa yang menjadi alasan orang tuanya itu.

"Apakah ini yang menjadi takdirmu ya Rabb? Apakah aku harus menerima semua ini? Ini sangat tiba-tiba?" Aisyah masih belum mengerti sepenuhnya.

"Maaf ya Rabb, aku sempat ingin meragukan takdirmu. Aku berjanji sekarang, apapun yang engkau takdirkan untukku aku tak akan mengingkarinya," gumam Aisyah mantap.

Aisyah bangkit dari duduknya lalu keluar dari kamar menghampiri orang tuanya di bawah sana.

Sampainya di bawah, ternyata tak hanya ada Yusuf dan Hafsah. Di sana sudah ada Gus Hanan juga, entah kapan orang itu datangnya.

"Syah, biarkan Ayah jelaskan terlebih dahulu supaya kamu tahu alasan Ayah menikahkan kamu secara rahasia," ucap Yusuf cepat setelah melihat Aisyah turun dari tangga.

"Jelasinnya nanti aja, sekarang Ayah kasih tahu dulu siapa yang menjadi suami Aisyah?" tanya Aisyah. Yusuf sedikit menyinggung senyum, ia bisa mengerti dari cara bicara Aisyah bahwa dia bisa menerima pernikahan tersebut.

"Gus Hanan," jawab Hafsah cepat. Spontan Aisyah melirik ke arah Gus Hanan yang juga menatap ke arah dirinya.

"Hah?!" cengo Aisyah.

Ini tak mungkin, pasti hanya mimpi?

•••

Jangan lupa buat vote, follow dan komen juga ya;)

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu