33. Permintaan maaf Devina 🌾

3.3K 294 0
                                    

Happy Reading;))
•••

“Bunda, Ayah,” panggil Aisyah.

Ia sekarang baru berani keluar dari kamarnya dan menemui kedua orang tuanya. Ia berdiri tak jauh dari kedua orang tuanya yang berada di sofa. Aisyah menundukkan kepalanya karena takut.

“Aisyah minta maaf,” kata Aisyah.

“Bunda akan maafin kamu kalau kamu membatalkan perceraian kamu dengan Hanan, perceraian bukan satu-satunya jalan keluar, Aisyah. Bunda nggak habis pikir sama kamu, apa sih yang membuat kamu yakin untuk bercerai dari Hanan?”

Aisyah diam.

“Jangan melakukan sesuatu yang akan membuat kamu menyesal di kemudian hari, bukannya hanya kamu yang akan terluka dan hancur jika perpisahan itu terjadi tapi juga suami kamu, Syah. Dia adalah orang yang paling hancur, dia begitu mencintai kamu. Apa kamu tega melihat dia menderita?”

“Tapi bagaimana dengan pernikahan Gus Hanan dengan wanita itu, Bunda?” tanya Aisyah sendu.

“Pernikahan itu tak akan terjadi, Aisyah. Kamu tidak perlu berkorban karena Hanan tidak akan menikah dengan siapapun juga, hanya kamu satu-satunya istri Hanan,” tegas Yusuf.

Aisyah tak mengerti, beberapa hari yang lalu Abi yang mengatakan hal seperti itu lalu sekarang orang tuanya, apa mereka merahasiakan sesuatu darinya.

“Tapi—”

“Jangan bepikir macem-macem Aisyah,” potong Hafshah.

“Bunda,” rengek Aisyah. Ia mendekati Hafshah lalu memeluknya erat. “Aisyah nggak mau Gus Hanan nikah lagi, bunda. Aisyah pengen jadi istri satu-satunya bukan salah satunya,” imbuh Aisyah sesegukan.

Hafshah mengusap punggung Aisyah yang sesegukan, dia sebenarnya juga sangat mencintai suaminya, ia saja yang ingin berkorban padahal dirinya tak sanggup untuk itu.

“Jangan ngelakuin sesuatu yang nggak bisa kamu lakuin, Syah. Ayah sangat menentang keputusan kamu untuk bercerai itu, Allah memang memperbolehkan tapi juga membencinya. Jangan nyiksa diri kamu sendiri,” ujar Yusuf.

“Iya Ayah,” sahutnya. “Tapi Gus Hanan kemana? Dia perginya waktu Aisyah di rumah sakit itu dan nggak pernah Aisyah lihat lagi sampai sekarang, Aisyah mau minta maaf sama dia,” imbuh Aisyah mengusap air matanya kasar.

“Dia pulang bersama Umi dan Abinya ke Malang, mungkin dia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Kamu mending telfon dia dan minta maaf supaya dia balik ke sini.” Aisyah mengangguk dalam pelukan Hafshah.

“Aisyah mau ke kamar, mau nelfon Gus Hanan dulu,” pamit Aisyah.

Ia melangkah kembali ke kamarnya.

“Semoga semuanya segera membaik, aku nggak sanggup jika melihat Aisyah terus seperti itu, Mas.” Hafshah menatap sendu Aisyah yang sudah menjauh.

“Do'akan saja yang terbaik, dibalik semua ini, Allah sudah menyiapkan rencana terbaiknya untuk mereka,” sahut Yusuf.

•••

Devina menghembuskan nafas gugup, ia sudah lebih dari 10 menit berdiri di depan rumahnya Yusuf dan Hafshah. Ia memberanikan diri untuk datang dan meminta maaf langsung pada mereka semua, semoga saja dia masih mendapatkan maaf dari orang yang sudah ia sakiti hatinya.

“Tenang Devina, semuanya akan baik-baik saja. Seandainya mereka tak bisa memaafkanmu, setidaknya kamu sudah minta maaf, biarkan waktu yang menyelesaikan semuanya,” gumam Devina pada dirinya sendiri.

Tok!! Tok!! Tok!!

Devina memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah yang bercat coklat tersebut. Kakinya hampir kesemutan berdiri di sini, ia harus berani menghadapi semua kemungkinan yang terjadi akibat ulahnya sendiri.

“Iya sebentar,” sahut orang dari dalam. Beberapa detik kemudian pintu rumah terbuka, Hafshah yang membukanya.

Devina semakin gugup melihat tatapan yang berbeda yang ditunjukan oleh Hafshah padanya. Itu tak salah, dirinya yang salah.

“Boleh bicara sama kamu dan Aisyah sebentar,” ucap Devina.

“Masuk dulu, Dev. Aku akan memanggil Aisyah di kamarnya.”

Devina masuk mengikuti Hafshah, ia duduk di sofa ruang keluarga. Melihat kedatangan Devina, Yusuf kembali ke ruang kerjanya. Ia risih ketika ada tamu yang tidak berpakaian sopan seperti Devina, lebih baik ia pergi saja dari sana dan membiarkan para wanita itu berbicara sesama wanitanya.

Tak lama kemudian, Hafshah datang bersama Aisyah. Hafshah duduk dan diikuti oleh Aisyah di belakangnya.

Devina melirik ke arah menantunya itu, tatapan matanya terlihat sendu. Banyak luka yang terlihat dari sorotan mata Aisyah, Devina jadi merasa sangat bersalah pada Aisyah.

“Mamah minta maaf sama kamu, Syah,” celetuk Devina tiba-tiba. Air matanya sudah mengalir tanpa aba-aba. Aisyah yang melihat itu jadi bingung.

“Maaf buat apa, Mah?”

“Mamah minta maaf karena sudah menyakiti kamu dan Hanan, Mamah memang egois dan hanya memikirkan diri mamah sendiri. Mamah jahat karena nggak mikirin perasaan kamu sama Hanan. Mamah hampir memisahkan kalian karena ego Mamah, Mamah menyesal. Tolong maafkan Mamah, Syah.”

Devina sudah menangis, Aisyah yang melihat itu jadi tak tega. Ia mendekati Devina lalu memeluknya, tangannya mengusap punggung wanita itu agar bisa tenang.

“Mamah nggak perlu minta maaf, ini bukan salah Mamah. Aisyah yang harus minta maaf karena udah bikin Gus Hanan nggak nurut sama Mamah, ini salah Aisyah. Aisyah yang harus minta maaf, maafin Aisyah Mah. Aisyah jahat karena udah buat Mamah sakit hati karena permintaan Mamah tidak bisa Gus Hanan penuhi.”

Kedua wanita yang saling berpelukan itu sama sesegukan. Hafshah yang melihat itu bernafas lega, akhirnya Devina menyadari kalau keputusan dia itu salah. Dia tak seharusnya memaksakan kehendaknya kepada Gus Hanan terlebih lagi putranya itu sudah menikah.

“Ini bukan salah kamu, Syah. Jika ada yang harus disalahkan di sini itu ya Mamah, Nak. Datang dan perginya Mamah cuman bisa menorehkan luka dihati Hanan, dia pasti sangat terluka dengan semua ini, Mamah minta sama kamu buat batalin rencana perceraian kalian itu, Mamah menyesal, Nak,” lirih Devina.

“Kamu nggak perlu salahin diri kamus sendiri terus, Dev. Aku tahu posisi kamu, niat kamu hanya ingin yang terbaik untuk putra kamu tapi terkadang yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut takdir, kita di sini tidak perlu larut dalam masalah ini, justru dengan adanya masalah ini membuat hubungan kita semakin erat. Belajarlah dari kesalahan kamu yang dulu untuk kehidupan di masa yang akan datang,” timpal Hafshah.

“Terima kasih karena tidak membenciku meskipun aku telah menyakiti hati kalian semua,” ucap Devina haru.

“Kita semua keluarga, untuk apa harus saling membenci. Tidak ada salahnya untuk memberikan seseorang kesempatan kedua, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan tanpa terkecuali. Kita harus belajar untuk bisa saling memaafkan satu sama lainnya,” terang Hafshah.

“Terima kasih,” lirih Devina.

“Sama-sama,” jawab Aisyah dan Hafshah. Ketiganya lalu berpelukan satu sama lain.

“Bagaimana dengan Hanan, Syah. Dia pasti kecewa sama keputusan kamu, dia pasti terluka dengan kejadian ini. Dia sudah kehilangan anaknya lalu aku datang dan menambah luka lagi untuknya,” sesal Devina.

“Mamah nggak usah merasa bersalah lagi, nanti Aisyah yang akan ngomong sama Gus Hanan. Semoga saja dia mau maafin kita,” kata Aisyah.

“Semoga nak,” harap Devina.

•••
Bersambung...

Nahkan masalahnya udah selesai terus apalagi sekarang atau mau endingnya saja atau bagaimana?

Jangan lupa buat follow, vote dan komennya ya;))

Jangan lupa buat follow akun author ya

Salam dari Bima;))

Nusa Tenggara Barat, 21 Februari 2022

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Where stories live. Discover now