48. Poligami 🌾

4.8K 341 37
                                    

Happy Reading;))
•••

“Hmm, sepi juga sih kalau paksu belum pulang gini? Tau gitu, nginap aja dirumah bunda tadi,” monolog Aisyah sendirian.

Sekarang Aisyah sudah berada di rumahnya sendiri, setelah tadi beradu argumen dengan Hafshah akhirnya ia menang. Hafshah mengatakan kalau dia pulang nanti saja kalau Gus Hanan sudah pulang ngajar tapi anak itu tetap bersikukuh untuk pulang duluan. Akhirnya Hafshah mengalah, tidak akan ada yang bisa melawan ibu hamil jika sudah membawa anak yang ada di dalam perutnya.

Aisyah mengusap perutnya yang sudah sangat besar. “Sepi juga ya kalau Abah kamu belum pulang? Terus kita harus ngapain supaya rame, Nak?”

“Umma juga bingung apalagi kamu yang masih dalam perut, hehehe.” Aisyah merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah, itu biasa ia lakukan ketika sedang menunggu suaminya pulang ngajar.

Semenjak hamil besar, Aisyah sudah izin untuk tidak kuliah terlebih dulu. Itu adalah ulah suaminya, padahal dia masih bisa untuk kuliah online tapi tetap saja dilarang. Karena ingin menjadi istri yang baik, Aisyah nurut saja apa kata suaminya.

Sedang Asik rebahan santai, Aisyah justru dikagetkan oleh ketukan pintu rumahnya. Dengan sejuta rasa malas, Aisyah bangkit menuju pintu utama.

“Siapa sih? Ganggu orang lagi santai aja, heran deh sama tamu sekarang, nggak bisa apa bertamunya di cancel dulu. Kayaknya gue harus bikin spanduk besar depan pintu supaya nggak ada lagi tamu yang ganggu,” gerutunya.

Ceklek!!

“Waalaikumus salam!! Cari siapa ya?”

Didepan pintu, terlihat seorang wanita paruh baya bahkan terlihat lebih tua dari bundanya Aisyah. Karena takut tidak sopan, Aisyah melemparkan senyum terbaiknya.

“Apa boleh Ibu bertemu dengan yang namanya Aisyah?” tanya ibu-ibu itu.

“Kalau boleh tahu ada apa ya bu? Saya jadi penasaran?”

“Kamu yang namanya Aisyah?” tanya ibu-ibu itu lagi.

“Iya dengan saya sendiri, ada apa ya?” Aisyah mulai overthinking dengan ibu yang tiba-tiba datang dan ingin bertemu dengannya.

“Ada yang ingin Ibu bicarakan sama kamu,” ucap ibu tersebut. “Nama Ibu Asma nak,” imbuhnya.

‘Perasaan nggak nanya namanya?’

“Ah, iya. Ibu Asma, kalau gitu kita bicara aja di dalam. Mari Bu masuk,” ajak Aisyah.

Ibu yang bernama Asma itu masuk mengikuti Aisyah dari belakang. Sampai di ruang tengah, Aisyah memintanya untuk menunggu sejenak sedangkan ia ke dapur untuk mengambil minum untuk wanita itu.

“Maaf ya Bu, dirumah saya cuman adanya ini doang. Maklum saya belum belanja soalnya,” kata Aisyah yang baru muncul.

“Tidak papa Nak, ini juga udah terima kasih banget, maaf kalau ngerepotin kamu.” Aisyah mengangguk pelan.

“Oh iya Bu, saya jadi penasaran sama yang mau Ibu omongin tadi, emang apa ya Bu?” tanya Aisyah yang sudah sangat penasaran.

Asma terdiam sejenak, ia menatap wajah Aisyah lalu tersenyum tipis. Aisyah yang ditatap seperti itu merasa ada yang aneh, semoga saja tidak ada sesuatu yang buruk harap Aisyah dalam hatinya.

“Gini Nak, Ibu cuman mau ngomong sesuatu. Ini urusan perempuan dan Ibu harap kamu bisa mengerti sebagai sesama perempuan,” jelasnya yang membuat Aisyah semakin bertanya-tanya.

“Jadi maksud kedatangan anda menemui saya itu apa?”

“Izinkan suamimu untuk menikah lagi, Nak.”

Degh!!

“Maksudnya?”

“Izinkan Ana untuk menjadi madumu?” Aisyah tercengang.

“Jadi anda datang ke sini hanya untuk ini? Saya kaget loh Bu?” Aisyah berusaha tersenyum berbeda dengan kondisi hatinya yang sudah mulai khawatir dan takut.

“Ibu mohon Nak sama kamu, pikirkan ini baik-baik. Kamu itu perempuan dan Ana juga perempuan, kamu pasti ngerti apa yang Ana rasain sekarang,” bujuk Asma. Aisyah tersenyum sinis.

“Ibu minta saya buat ngertiin anak Ibu? Wow?! Bagaimana kalau saya balik, Bu? Sekarang saya minta sama Ibu buat ngertiin saya? Apa Ibu tega ketika anak Ibu yang diposisi saya lalu ada seorang Ibu lain datang meminta seperti Ibu ini? Pikirkan bagaimana perasaan saya juga Bu, jangan hanya perasaan anak Ibu yang Ibu pikirkan? Saya yang istri sahnya disuruh ngerti tapi anak Ibu tidak? Lucu sekali ya?”

Asma terdiam sebentar.

“Tapi Nak, Ana juga pernah jadi bagian dari masa lalu suami kamu bahkan mereka hampir menikah dulu,” sela Asma.

“Oh ya? Baru hampirkan belum nikah beneran?” balas Aisyah telak.

“Kenapa dulu mereka nggak nikah aja, bukannya anak Ibu yang menolak dengan alasan mau ngejar pendidikan dulu? Kenapa dulu anak Ibu tidak terima saja?” Asma kembali terdiam seribu bahasa.

“Apakah pantas seorang wanita terpelajar mengemis cinta laki-laki terlebih lagi laki-laki itu sudah menikah? Apa Ibu tidak memikirkan perasaan saya sebagai istrinya? Dengan gampangnya Ibu datang lalu meminta saya untuk mengikhlaskan suami saya untuk menikah dengan anak Ibu? Anak Ibu bercanda?”

“Saya pikir setelah saya sindir kemarin Mbak Ana akan mundur, eh taunya nggak ya? Saya harus kembali bertarung lagi nih kayaknya,” kekeh Aisyah.

“Saya pikir Mbak Ana itu pinter ternyata tidak? Dia bahkan meminta Ibunya untuk menemui saya karena dia sendiri gagal membujuk saya, lucu sekali ya?” Tawa Aisyah menggelegar.

“Ibu hanya ingin kamu mengerti nak? Lagipula poligami tidak dilarang oleh agama, bukan?” Asma seperti tak akan menyerah untuk membujuk Aisyah.

“Poligami memang tidak dilarang oleh agama tapi saya sebagai istri sahnya melarang adanya poligami terlebih lagi itu dipernikahan saya sendiri? Bagaimana perasaan Ibu jika suami Ibu sendiri diminta untuk poligami? Apakah Ibu senang?”

“Nak!!”

“Tolong pergi dari sini sebelum saya berkata kasar pada Ibu, saya meminta ibu untuk pergi karena masih menghargai Ibu sebagai orang yang lebih tua dari saya.”

“Dan ya, ingat satu hal ini. Saya tidak akan pernah mengijinkan suami saya untuk berpoligami, apapun alasannya?”

Asma meninggalkan Aisyah dengan perasaan kecewa. Sebenarnya ia juga tidak tega, tapi dirinya lebih tidak tega melihat Ana sedih karena ini.

“Ana?! Berani lo main-main sama gue, sial?! Lihat aja nanti, gue balas lo lebih elegan lagi,” decak Aisyah.

•••
Bersambung;))

Jangan lupa vote;))

Buat yang nanya kapan up? Muncul lo oii, gue udah up nih?

See you;))

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن