44. Ngambekan 🌾

3.6K 333 8
                                    

Happy Reading;))
•••

“A'...”

Gus Hanan tak merespon sama sekali, ia sibuk dengan kitabnya dan laptop yang berada di meja depan Gus Hanan. Sedari tadi ia tak menyahuti panggilan Aisyah untuknya.

“A'...”

“Suaminya Aisyah yang paling ganteng, nengok sini dong.” Masih tak ada jawaban. Aisyah memutar otaknya lebih keras lagi.

“Aish, kembarannya Jisoo blackpink dikacangin, tau gini balik ke Korea aja, di sana banyak bujangnya,” keluh Aisyah. Ia melirik kecil ke arah suaminya.

“Kenapa nak? Mau es krim? Nanti ya kita beli, sekarang uma lagi bujukin abah kamu yang lagi ngambek, nanti ya, oke.” Aisyah mengusap perutnya yang masih rata. Ia tidak serius ingin makan es krim, itu hanya alibinya saja agar Gus Hanan menoleh ke arah dirinya.

Merasa rencananya belum berhasil, Aisyah memutar lagi otaknya. Kali ini harus berhasil, ini juga gara-gara iparnya. Dia yang berbuat masalah justru Aisyah yang kena imbasnya.

Aisyah bangkit dari duduknya, ia berjalan keluar kamar. Ini adalah saat yang tepat untuk dia menjalankan rencana selanjutnya.

Selepas Aisyah keluar dari kamar, Gus Hanan sama sekali tak sadar jika Aisyah sudah tak lagi berada disampingnya. Entah apa yang ia lihat di dalam laptopnya, mungkin tugas mahasiswanya.

Braaaak!!!

“Umi!!”

“Aisyah!!”

Fokus Gus Hanan baru teralihkan setelah mendengar ada suara sesuatu yang jatuh diluar. Ia kemudian baru melihat sekitarnya, ternyata Aisyah sudah tak ada di sampingnya.

Ia lantas berdiri, dengan segera ia keluar dari kamarnya untuk mencari Aisyah. Dan, ia juga ingin tahu apa yang terjatuh tadi diluar kamarnya.

“Aisyah, kamu nggak papa, nak?” tanya umi Sarah khawatir ketika melihat Aisyah terduduk dilantai.

“Aisyah, astaghfirullah!! Kamu kenapa bisa gini sih?” panik ni6ng Haura.

Gus Hanan yang baru keluar dari kamarnya juga kaget melihat itu, segera ia mendekati Aisyah dan langsung memeriksa seluruh tubuhnya.

“Kamu nggak papa? Kok bisa gini sih? Kalau mau kemana-mana itu bilang dulu, kalau kamu kenapa-napa, gimana? Kamu itu lagi hamil, Syah?” Gus Hanan sangat panik ketika melihat Aisyah yang terjatuh dilantai.

“Aku nggak papa, a'.”

“Nggak papa, apanya? Kamu itu jatuh, Aisyah. Kalau sampai anak kita kenapa-napa gimana? Aku nggak siap jika harus kehilangan dia lagi, ngerti nggak sih yang aku bilangin?”

Aisyah hanya bisa menahan tawanya ketika melihat ekspresi Gus Hanan yang sangat khawatir padanya.

“Yaudah, Aisyah minta maaf. Abisnya kamu cuekin aku sih? Kamu tahu kalau aku itu paling nggak suka dicuekin?” Gus Hanan mengelus jilbab istrinya.

“Maaf, aku ngga bermaksud buat cuekin kamu, tugas anak-anak itu banyak sayang. Aku harus periksa dulu, maaf ya.”

“Tadi itu bukan aku yang itu—”

“Tau kok. Itu kerjaannya Haura, kamu nggak usah khawatir. Dia emang suka bikin aku kesal,” ucap Gus Hanan memotong ucapan Aisyah.

“Terus kenapa tadi pergi gitu aja, aku takut tahu kalau kamu marah. Kamu kalau marah itu serem banget,” sela Aisyah bergedik ngeri.

“Mana ada aku marah serem?”

“Waktu itu,” ucap Aisyah.

“Kapan?”

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang