20. Kekasih halal 🌾

4.5K 384 11
                                    

Happy Reading;))
•••

Gus Hanan mengajak Aisyah berjalan keliling pesantren dan dengan sabarnya Gus Hanan menjelaskan seluruh isi pesantren kepada istrinya. Aisyah sesekali mengangguk tak jarang juga dia bertanya untuk lebih jelasnya lagi.

"Kalau Aisyah mondok di sini? A'a setuju nggak?" tanya Aisyah.

Gus Hanan menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Aisyah yang berada di samping kanannya. Ia tersenyum mendengar pertanyaan istrinya itu, suami mana yang tak setuju kalau istrinya ingin masuk pondok pesantren. Hanya suami fir'aun yang seperti itu.

"Kalau a'a sih setuju aja ya, Syah. Lalu bagaimana sama kuliah kamu, pindah juga?" Aisyah diam, ia nampak berpikir sejenak.

"Itu belum aku pikiran, a'. Aku nanya pendapat kamu dulu, bingung sih kalau mikirin kuliah juga, emang di sini ada kampus yang dekat banget sama pesantren ini, a'?"

"Ada di dekat sini, kalau kamu jadi pindahnya, nanti akan a'a daftarin di kampus yang sama kayak Haura, mau?"

"Mau sih tapi nanti bicarain dulu sama Ayah Bunda, kalau mereka setuju ya kita pindah ke sini, kalau nggak ya terpaksa tetap tinggal di Jakarta. Kamu nggak papa kalau kita tinggal di Jakarta?"

Gus Hanan menatap Aisyah dalam. "Nggak papa, kenapa emangnya? Aku ikut aja apa yang terbaik, kasian juga Ayah sama Bunda kita tinggalin, kalau di sinikan Umi sama Abi banyak orang jadi nggak terlalu kesepian, ada Haura juga kalau di rumah nggak ada orang, Abang kamu juga belum balik," terang Gus Hanan.

"Ngomongin Abang, aku jadi kangen sama dia tau nggak? Kemarin aku bohongin kalau aku mau kuliah di Amrik padahal kuliah di Jakarta dan parahnya dia percaya aja, hahahha."

Aisyah tertawa pelan jika mengingat dia yang membohongi Abi-kakak laki-lakinya. Laki-laki itu juga percaya begitu saja dengan ucapan Aisyah, padahal mah Aisyah hanya bercanda.

"Awas kualat nanti sama Abang kamu," tegur gus Hanan.

"Nanti kalau pulang aku telfon dia supaya nggak jadi kualatnya, sekalian mau ngasih tau, kalau Adiknya yang jelita ini sudah punya pawang, haha."
Istrinya Gus Hanan memang berbeda. Bisa tiba-tiba kalem, bar-bar, pintar dan bijak disaat bersamaan.

"Emang Abang kamu belum tahu kalau kamu udah nikah?"

"Belum sih kayaknya tapi nggak tahu juga," sahut Aisyah.

"Istrinya hamba memang berbeda ya Allah," gumam Gus Hanan.

"Assalamu'alaikum, Gus!!"

Aisyah menghentikan tawanya, wajah cantiknya berubah jadi biasa saja saat melihat ada laki-laki yang kini berdiri berhadapan dengan suaminya.

"Wa'alaikumus salaam!!"

"Siapa nih? Kayak asing gitu, santri baru?" tanya ustadz Fahri. Laki-laki yang ingin Umi Sarah nikahkan dengan Ning Haura.

Gus Hanan menoleh dulu ke arah Aisyah lalu kembali menatap ustadz Fahri yang berdiri di hadapannya.

"Kekasih halal," sahut Gus Hanan.

"H-hah?! Serius?!" tanya ustadz Fahri kaget bukan main. Pasalnya, Gus Hanan tak pernah memberitahu kalau dirinya akan segera menikah ataupun ta'aruf dengan seorang wanita. Dan apa sekarang, baru balik dari Jakarta dia sudah mengenalkan istrinya kepada para warga pesantren.

"Apa hal-hal seperti ini patut dijadikan ajang bercanda, lagipula mana berani saya menyentuh yang bukan mahram saya. Jangankan menyentuhnya, memberi respon saja saya tak sudi," akunya.

"Namanya siapa?" tanya ustadz Fahri.

"Aisyah Ahmad Hisyam, istrinya Hanan Ahmad Hisyam. Anaknya ustadz Yusuf Ibrahim, kenapa nanya-nanya?" Suara Gus Hanan terdengar ketus.

H A N A N  &  A I S Y A H  [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن