Chap36:༎ຶ‿༎ຶ

Start from the beginning
                                    

Sesampainya di rumahnya, Ria langsung terbaring sakit. Imel menggantikan Ria baju, mengompresnya agar demamnya turun. Beberapa kali Ria mengigau memanggil nama Zora dan kedua orangtuanya. Imel menemani Ria, takutnya hal-hal tak diinginkan bisa saja terjadi jika ia tidak ada saat Ria bangun.

Sementara Indro, ia menghubungi Liyan untuk memberitahu kalau Ria ada bersamanya. Ia juga melarang Liyan datang sebelum hujan reda. Akan sangat bahaya jika Liyan datang ke rumahnya hujan-hujan dengan keadaan khawatir.

Kreet ...!

"Ria masih belum sadar, Mi?"

Imel menggeleng pelan, lalu mengusap keringat dingin Ria. Hati Indro berdenyut sakit melihat keadaan Ria sekarang. Entah seberat apa penderitaan yang dialami Ria dulu, dan bodohnya ia meninggalkan Ria disaat-saat cewek itu butuh sandaran.

"Kamu temani Papi makan, gih. Kesian dia sendirian," suruh Imel.

"Nggak mau, Papi udah gede masih aja ditemani makan," tolak Indro. Ia ingin berada di sini.

"Ck, jadi anak susah banget diatur. Nanti Papimu ngomel! Sana pergi temani Papi, nanti Mami panggil kalo Ria udah sadar," ujar Imel kesal. Punya anak satu keras kepalanya minta ampun.

"Iya deh ... tapi panggil aku ka—"

"Iya-iya, bawel banget. Anak siapa sih?!"

"Anak Mami lah."

Imel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya itu. Sebelum Maminya semakin kesal, Indro pun pergi untuk menuruti perintah wanita tercintanya itu. Yeah ... walaupun sebenarnya Indro sangat enggan.

Beberapa detik setelah kepergian Indro, Ria sadar. Mungkin karena perdebatan antara Ibu dan anak tadi mengusiknya.

"Eh, Ria udah sadar, sayang? Jangan bangun dulu, kamu belum sehat."

"Aku pingsan, ya, Buna?" tanya Ria dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Iya, tadi Buna kaget liat Indro pulang gendong cewek. Eh, nggak taunya ternyata itu kamu. Kamu demam gara-gara kehujanan," jawab Imel.

"Indro ... mana?"

"Ada, lagi nemenin Papinya makan. Kamu istirahat aja dulu, Indro juga udah ngabarin teman kamu."

Ria mengangguk-angguk kecil. Imel mengambil handuk di dahi Ria dan kembali merendamnya dengan air hangat. Setelah diperas, ia kembali menaruh handuk itu di dahi Ria.

"Buna ...," panggil Ria. Ria meraih tangan halus milik Imel. Walaupun sudah tua, Imel masih terlihat muda dan cantik.

"Kenapa, sayang?"

"Maafin Ria karena udah buat Indro terluka. Buna marah, ya? Mangkanya nggak ngizinin Indro sekolah. Ria bener-bener minta maaf," ucap Ria tulus.

"Nggak kok sayang, Buna nggak marah sama Ria. Buna malah seneng banget karena Indro bisa ngelindungi mantu masa depan Buna. Buna larang Indro sekolah buat penyembuhan dia, Indro anaknya keras kepala, banyak tingkah. Waktu itu dia ngebet banget mau ketemu sama kamu malem-malem, tapi Buna larang karena belum sembuh total. Tapi, dianya nekat, kabur lewat jendela terus manjat pagar. Tau-taunya dia jatuh, terus jahitan operasinya terbuka. Buna bawa dia ke Rumah Sakit lagi, setelah itu Buna kurung dia lagi," jelas Imel panjang lebar.

Not Me [TAMAT]Where stories live. Discover now