Chap3:(◠‿◕)

4.7K 241 1
                                    

~~Not Me~~

Rey memarkirkan motornya di depan rumah besar tetapi sederhana. Pak Satpam cepat-cepat membuka pintu saat menyadari keberadaan Rey.

"Makasih, Pak," ucap Rey.

"Sama-sama, Den. Non Wulan udah nungguin di dalam."

Rey mengangguk kecil, dengan perasaan penuh semangat karena akan bertemu Wulan ia melangkah memasuki rumah Wulan.

"Assalamu'alaikum ...!"

"Wa'alaikumsalam ...!"

Cowok dengan rambut ikal dan berwajah malas menghampiri Rey. "Nongol juga lo. Sana samperin adek gue, kesian nungguin dari tadi."

"Siap laksanakan, Cumi-cumi!" balas Rey tegas disertai ejekan.

"Kampret lo," ketus Cumi, kakak Wulan. "Awas aja lo kalo macem-macem sama adek gue, abis lo ditangan gue."

"Kayak nggak kenal gue aja lo, Cumi," ucap Rey malas.

Rey pun pergi menuju kamar Wulan. Saat ingin masuk, ia berpas-pasan dengan Ibu Wulan.

"Eh, Rey. Kirain belum dateng. Wulan udah nungguin tuh di dalam," ujar Ibu Wulan dengan ramah.

"Iya, Tan. Aku izin masuk, ya?"

"Masuk aja, asal jangan kebablasan," canda Ibu Wulan.

Rey hanya tersenyum kecil menanggapinya. Setelah Ibu Wulan pergi, barulah Rey masuk ke dalam kamar Wulan. Pintu kamar sengaja di buka agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Rey tersenyum hangat melihat Wulan sedang duduk selonjoran sambil meraba-raba buku khusus untuk ia baca.

"Ekhm, assalamu'alaikum ... bidadari cantik," ucap Rey.

Wulan tersenyum lebar mendengar suara yang sangat ia kenali masuk ke indera pendengarannya. "Rey!" seru Wulan bersemangat. "Waalaikumsalam ... ayo masuk!"

Rey menahan tubuh Wulan yang hampir saja nyungsep karena kakinya nyangkut di selimut saat mau turun. Wulan terlalu bersemangat, wajar saja karena Rey baru nongol setelah 2 hari hilang tanpa kabar.

"Hati-hati, dong. Hampir aja kamu nyungsep," ceramah Rey. Wulan hanya terkekeh, tangannya meraba-rabanya mencari tongkat kesayangannya.

"Udah, nggak usah keluar. Kamu istirahat aja dulu," ujar Rey.

Wulan mengangguk kecil, tangannya yang nganggur di raih Rey dan digenggamnya dengan hangat.

"Kamu kok baru dateng? Ke mana aja selama 2 hari ini?" tanya Wulan dengan bibir sedikit mengerucut.

"Aku sibuk ngerjain tugas. Maaf ya," jawab Rey.

"Nggak papa kok, 'kan Rey ngerjain tugas, jadi aku nggak marah. Kata Mama, sahabat nggak boleh bertengkar," balas Wulan kembali tersenyum.

Sahabat? Ingin rasanya Rey menangis dan berteriak mengatakan kalau ia bukanlah sahabat Wulan, melainkan tunangannya.

Rey mengelus rambut Wulan dengan penuh kasih sayang. Mata Rey menatap kalung berbandul cincin perak yang dipakai Wulan. Ia jadi teringat akan masa lalu saat melihat kalung itu. Kalung itu adalah bukti pertunangan mereka, pertunangan dini yang mereka lakukan saat masih SMP dulu. Tapi sekarang, kalung itu mungkin hanya dianggap kalung biasa oleh Wulan.

Not Me [TAMAT]Where stories live. Discover now