Chap1:◉‿◉

7.1K 354 9
                                    

~~Not Me~~

Puk!

"Rey! Pagi-pagi udah ngelamun. Ngelamunin apaan, sih? Wulan lagi?"

Cowok yang dipanggil Rey menoleh, ia menatap malas sahabatnya dan mengangguk lemah.

"Dia masih nggak inget sama gue, Ndro. Gue kasihan sama Wulan, dia buta dan amnesia. Gue sedih banget setiap ngeliat dia," ujar Rey dengan ekspresi wajah yang sangat sedih.

Indro, sahabat Rey yang menegurnya tadi mengusap bahu Rey untuk memberi semangat.

"Wulan kuat, dia pasti bisa ngelewatin semuanya," kata Indro.

"Ini semua karena cewek uler itu. Gue benci banget sama dia." Tangan Rey mengepal, tatapan matanya berubah menajam saat mengingat kejadian 2 tahun lalu.

Indro bungkam. Hatinya sedikit bergetar karena Rey kembali mengingat masa lalu. Kilasan kejadian 2 tahun yang lalu berputar seperti film lama di otak Indro. Wajah itu, tangisan itu, dan tatapan itu, Indro masih ingat dengan orang yang telah membuat Wulan buta dan amnesia. Indro tidak pernah bisa melupakannya walaupun sudah 2 tahun lamanya.

"Setelah bully Wulan, dia pergi. Padahal hukumannya belum cukup menutupi kesalahannya. Gue nggak puas liat dia menderita, gue ingin dia lebih menderita dari Wulan," ucap Rey dengan tatapan tajamnya. Ia benar-benar membenci orang yang membuat Wulan terluka.

"Udah Rey, udah, jangan inget dia lagi. Mending lo pikirin Wulan, kita harus cari cara agar Wulan bisa inget dan melihat lagi," ujar Indro.

"Gue udah ngelakuin semuanya, tapi nggak ada satupun yang berhasil. Gue bego banget."

Indro menghela nafasnya. Sahabatnya itu kalau udah galau tentang Wulan susah untuk diberi nasehat. Indro hanya bisa menemani Rey agar cowok itu tidak berbuat yang aneh-aneh seperti dulu. Rey pernah ngebenturin kepalanya di tembok sambil mengatai dirinya bodoh karena tidak bisa melindungi Wulan.

Tak berapa lama kemudian, Roni, Gino, Beben, dan Gema datang.

Beben dan Roni dengan segala kehebohan mereka berteriak mengucapkan salam. "ASSALAMUALAIKUM! WAHAI SAHABAT-SAHABATKU!"

"Ssstthhh!" Indro memberi kode agar mereka tidak berisik.

"Kenapa? Si Rey galau lagi?" tanya Gino sambil meletakkan dua kotak martabak di meja.

Indro hanya mengangguk sebagai jawaban. Ke-4 cowok itu menghela nafasnya sambil menatap punggung Rey.

"Heran gue, perasaan Rey nggak pernah absen galau. Nggak capek apa dia galauin masa lalu?" Beben duduk di lantai, tangannya meraih 1 kotak martabak dan membukanya. Beben memakan martabak manis dengan wajah cerianya.

"Lo tau sendiri 'kan, kalau kejadian 2 tahun lalu sulit untuk dilupakan. Bahkan gue aja masih inget," komentar Indro, lalu mencomot martabak.

"Wulan sampai koma seminggu gara-gara perbuatan Ria uler. Bahkan buta dan amnesia gara-gara tu cewek uler. Gimana bisa lupa coba sama kejadian itu?" tambah Roni menimpali.

"Jangan sebut namanya, jijik gue denger," ujar Rey sambil menatap sinis Roni.

Roni hanya nyengir, lalu memakam martabak bawaan Gino dalam diam.

"Terserah kalian aja! Gue mau pergi apel sama Liliy." Gino pergi meninggalkan ke-5 sahabatnya.

"Dasar bucin," cibir Gema.

"Soal cewek uler, orangtua lo masih nggak mau ngasi tau dia ada di mana?" tanya Gema pada Rey.

"Nggak, gue juga udah males nanya. Jelas-jelas gue anaknya, tapi mereka lebih sayang sama si cewek uler daripada gue. Benci banget gue sama dia," jawab Rey.

Not Me [TAMAT]Where stories live. Discover now