Chap14:( ╹▽╹ )

3.5K 215 17
                                    

~~Not Me~~
PING PONG by HyunA&DAWN

"Lo mau bawa gue ke mana?!" tanya Ria sedikit membentak, ia menatap sinis Indro yang pandangnya tetap fokus ke depan. "Turunin gue sekarang! Turunin gue!"

Mereka berdua menjadi pusat perhatian. Yang melihat adegan romantis bikin gerah hati itu langsung memfoto dan memvideonya sebagai bahan ghibah di sosial media nanti.

Ria bergerak risih, membuat Indro kesusahan. Ini adalah yang kedua kalinya Indro menggendongnya ala-ala seperti di drakor. Ria tidak suka dengan tindakan Indro yang satu ini, karena jantungnya tidak pernah tenang jika terlalu dekat dengan Indro. Ria tidak suka menjadi pusat perhatian, karena kejadian seperti ini bukanlah hal yang diinginkannya. Ria lebih suka jadi pusat perhatian disaat ia membuat kerusuhan dan keributan.

"Turunin gue, Indro! Brengsek lo! Turunin gue!" teriak Ria keras.

"Diem, Ria," peringat Indro.

Karena pergerakan Ria yang terlalu aktif, membuatnya hampir saja jatuh. Spontan Ria langsung memeluk leher Indro, 'kan tidak estetik kalau jatuh karena ulah sendiri. Sakit iya, malu juga iya.

"Makanya, jangan terlalu banyak gerak. Dikiranya ringan apa, lo kecil-kecil beratnya hampir sama kayak si Cantik," ujar Indro disertai sindiran.

Ria mencebik, memutar bola matanya. "Siapa suruh gendong gue? Nyebelin banget jadi cowok," bales Ria kesal.

"Gue gabut, jadi gendong lo," sahut Indro.

"Gabut lo nggak berbobot," kata Ria sinis.

"Berbobot kok, buktinya lo berat," jawab Indro disertai senyum jailnya.

Ria merenggut kesal dengan Indro yang jail. Ia melipat tangannya di atas dada dan membuang muka ke arah lain. Wajah Ria terlihat muram, terlihat tidak enak dipandang, tetapi di mata Indro Ria terlihat manis.

Indro memasuki ruang UKS dan mendudukkan Ria di atas brankar. Ria pasrah, ia hanya diam sambil melihat gerak-gerik Indro. Jika banyak bicara Indro akan menjawabnya dengan jawaban yang menjengkelkan.

Setelah menemukan kotak obat mini, Indro menghampiri Ria. Ia hendak menyentuh wajah Ria, namun cewek itu langsung menghindar sambil menatapnya penuh kewaspadaan, seolah-olah Indro adalah cowok bejat.

"Mau ngapain lo?!" tanya Ria ngegas.

"Ngobatin luka lo. Biasa aja kali, nggak usah natap gue kayak natap penjahat gitu," jawab Indro sedikit kesal. "Dagu lo kena cakaran Liliy. Walaupun nggak parah, tapi tetep harus diobati."

Ada goresan membentuk garis miring di dagu Ria, tidak terlalu panjang dan mengeluarkan sedikit darah. Ria mengerutkan dahinya, merasa aneh karena tidak merasakan sakit di dagunya. Indro mengambil kapas dan juga obat merah. Ia menetesi beberapa kali obat merah di kapas. "Siniin muka lo, biar gue bisa obatin luka lo," kata Indro.

Ria menurut, ia membiarkan Indro menyentuh wajahnya dan mengobati lukanya. Ria menatap Indro dengan mata yang mulai berkaca-kaca, bukan karena ingin menangis, tetapi takut dan khawatir.

"Lukanya ngeluarin darah nggak?" tanya Ria pelan, bahkan hampir terdengar seperti cicitan. Ria takut dan khawatir jika traumanya muncul di depan Indro, ia tidak mau siapapun tau tentang traumanya, kecuali beberapa orang yang memang sejak awal sudah tau.

Mata Indro yang tadinya fokus dengan luka Ria kini beralih menatap mata Ria. Indro meneguk liurnya susah payah, Ria berlipat-lipat ganda lebih menggemaskan dengan tatapan mata itu. Tatapannya yang sekarang mengingatnya dengan Ria yang dulu.

"Dikit," jawab Indro singkat. Ia buru-buru menyadarkan dirinya sendiri yang hanyut dalam mata Ria.

"Tolong ... tutup lukanya," ucap Ria memohon. Ia menutup matanya agar tidak melihat darahnya.

Not Me [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora