Karena sudah lelah, Syasha memutuskan berhenti berjalan dan memerhatikan sekitarnya, untung saja suasana di setiap lorong di penuhi bunga hias, membuat Syasha lebih fokus ke bunganya dari pada kesunyian yang membuat sedikit menyeramkan.


Bruk!

Syasha berjengkit kaget, berbalik saat mendengar sesuatu dari lorong yang belum di lewatinya. Karena penasaran dia berjalan cepat ke sumber suara, namun saat melihat lorong tersebut, dia melihat banyak ruangan-ruangan unik dengan papan nama di atas.

"Laboratorium," gumamnya saat melihat salah satu ruangan terdekat, saat melihat ke sekitar, ada pot hias yang jatuh dan ada bola orenge yang membuat Syasha yakin bahwa pot itu tak sengaja jatuh karena bola tersebut.

Syasha memutuskan untuk mengambil bolanya, lalu melihat ke sekitar yang lagi-lagi terlihat tak ada orang. "Punya siapa?" gumamnya heran, sebelum suara berat dan dingin mengagetkannya.

"Bola gue."

Syasha segera menoleh, lalu matanya membulat saat melihat laki-laki yang sangat berantakan namun... Tampan, berjalan dengan tatapan elangnya membuat Syasha merasa terintimidasi.

"Punya kakak?" tanya Syasha pelan, namun kali ini laki-laki itu tak menjawab hanya mendekati Syasha lalu mengambil bolanya.

Setelah bisa melihat wajah cowok itu dari dekat, mata Syasha lagi-lagi membesar karena melihat ada luka di ujung mata.

"Mata kakak bengkak! Kakak kenapa?!"

Alis cowok itu naik, seakan merasa aneh saat ada orang yang bertanya tentang luka di wajahnya yang memang sering ada di setiap harinya.

"Lo anak sepuluh harusnya lebih tau gue siapa."

Bulu kuduk Syasha merinding seketika membuat nya reflek memegang tangan cowok itu. "Syasha takut, kayak ada angin lewat," jujur Syasha panik, membuat Cowok itu lagi-lagi menatap Syasha lekat.

"Lo siapa?" tanya Dewa, akhirnya.

"Syasha," jawab Syasha seadanya. Mereka saling tatap beberapa detik, hingga Dewa baru sadar kalo gadis di depannya masih memegang tangannya.

"Lepasin tangan lo, " sinis Dewa.

Mendengar ucapan menusuk itu, Syasha segera melepaskan tangannya dan menahan takut dengan meremas roknya sendiri.

"Kakak tau jalan? Syasha kesasar dari tadi, sekarang Syasha gak tau lagi dimana," cerocos Syasha, membuat Dewa tak sadar memerhatikan tingkahnya.

"Jangan panggil gua kakak."

"Terus apa? Abang?"

Dewa berdecak. "Gua bukan kakak lo."

Syasha mengangguk setuju. "Terus kalo manggil kakak kelas disini apa?"

"Lo anak baru?"

Syasha mengangguk dengan wajah polos.

"Kelas apa?" Dewa tak menyangka bisa masih berdiri dan menetap dari pada ke lapangan outdoor yang pasti teman-temannya tengah menunggu.

"Gak tau, tapi di kelas ada cowoknya," jawab Syasha yang lagi-lagi membuat Dewa sedikit gemas.

"Semua kelas ada cowoknya."

Syasha ber'oh ria lalu tercengir. "Syasha gak tau."

Mata Dewa masih diam menatap lekat Syasha, seakan gadis di depannya ini adalah magnet yang membuat seorang Dewa pun bisa menatap lama seperti ini.

'Cantik,'

"DEWA!"

Syasha tersentak kaget, melihat itu Dewa menggeram seperti menemukan mangsa yang siap di terkam. Matanya melirik tajam kepada teman-temannya yang tiba-tiba datang hingga mengagetkan gadis di depannya. Sedangkan Syasha baru tahu, cowok di depannya bernama Dewa.

Syasha (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now