EPILOG

1.4K 183 74
                                    

Semua manusia hidup di dunia berjalan di atas garis takdirnya. Seberapa kuat ia ingin keluar dari garis itu, ia tak akan dapat tergelincir sedikitpun. Sang Pencipta telah menyusun takdir makhluk ciptaannya. Secantik apapun rencana yang manusia rancang, apabila tak sesuai dengan ketetapan-Nya, maka hal cantik itu tak akan terjadi.

Hikmah pasti ada di setiap kejadian yang dialami manusia. Terkadang rasa benci yang pernah tertanam di hati seorang insan, akan lenyap begitu melihat pengorbanan orang yang ia benci untuk hidupnya. Hati manusia itu sangat mudah dibolak-balikkan oleh keadaan, pun tergantung keteguhan hati manusia itu sendiri.

Pada akhirnya kebenaran akan berdiri tegak. Rahasia kelam dan kejahatan akan muncul kepermukaan dan mendapatkan balasannya. Seperti halnya Bunga dan Ninda. Mereka sama-sama mendekam dalam jeruji besi atas kesalahan yang mereka perbuat.

Vioner

Untuk pertama kalinya setelah setahun lebih Vero keluar dari sel tahanan. Ia melangkah keluar tempat itu menuju tempat yang indah, alam luar. Vero menghirup udara dalam-dalam dan mengembuskannya dengan lapang. Hari ini ia bebas, dengan suka cita berkeliling dunia jika ia mau. Netra Vero yang tadinya menatap langit, bergulir ke depan hingga menemukan sosok adiknya berjarak 3 meter dari hadapannya. Vero menatap datar sosok itu yang tersenyum segan ke arahnya. Vioner takut, kakaknya masih marah dan mengusirnya pergi.

Tanpa Vioner duga, Vero merentangkan tangannya. Netra Vioner membulat, seiring dengan mulutnya sedikit terbuka. Apa rentangan tangan Vero itu untuknya?

"Lo nggak kangen gue?"

Vioner tersenyum merekah sambil berlari menuju tubuh kakaknya. Ia dekap tubuh yang lebih tinggi darinya itu. Vioner menangis haru, akhrinya ia dapat menghirup aroma tubuh kakaknya lagi.

"Thanks, udah tepati janji lo. Gue bebas sekarang."

Vioner melepaskan pelukannya. Wajahnya terlibat murung tiba-tiba. Vero sedikit bingung melihat perubahan binar wajah Vioner.

"Kak Vero mungkin bakal marah. Tapi Kak ... aku sekarang udah nggak sama Papa. Aku tinggal sama keluarga baru. Aku jadi anak angkat Ayah Andro."

Vero mengangguk paham. "Gue tau. Lo lupa? Gue ketua geng motor yang diwakili oleh Jirham. Nggak sedikit gue tau tentang lo dari mereka. Papa juga udah cerita, tapi gue tau lo yang bener. Gapapa, lo tetap jadi adik gue walau kita beda rumah," tutur Vero tersenyum hangat.

Senyuman hangat itu, aku mendapatkannya. Senyuman yang selalu aku nantikan setiap kali bertemu tatap dengannya.

Kak Vero, akhirnya senyum padaku.

Aku tak pernah menduga, jikalau setelah badai datang yang hampir membuat duniaku runtuh, akan ada pelangi seindah ini. Pelangi terindahku, senyuman tulus dari Kak Vero.

Jikalau aku tahu hal bahagia apa yang aku dapatkan setelah badai terlewati, aku tidak akan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupku. Beruntungnya, Ayah menyelamatkanku. I Love U, Ayah. Hadirmu tak pernah kuduga sebelumnya, yang ternyata membawa harapan hidup yang indah untukku.

Jion

"Bunda, kira-kira hari ini kita masak apa?" tanya Jion pada Fitriana. Pagi-pagi sekali Jion dan Fitriana sudah ada di dapur. Mereka berbarengan menuju tempat yang sama.

"Sandwich?" tanya Fitriana.

"Ah, Bunda pasti kelamaan tinggal di luar negeri."

"Bukan gitu. Tapi emang makanan itu sehat untuk sarapan. Ada roti, sayur, telur, sama osis ayam. Sehat 'kan?"

"Masalahnya Jion gagal terus bikin sandwich ala resto," cemberut Jion.

Fitriana mendorong pelan tubuh kekar anaknya hingga Jion terpaksa duduk di kursi depan pantri.

BROTHER [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora