37. DAFTAR KULIAH

925 148 34
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Hening tercipta. Tatapan mereka masing-masing tertuju pada jendela mobil untuk melihat ke arah luar. Bukan pandangan yang melihat sekitar, tetapi kosong. Sejenak seperti itu, baik Andro maupun Jirham masing saling menenangkan diri. Tak ada niatan berbicara atau saling mengobati. Kendati perih yang mereka rasakan di area wajah dan badan yang terasa ngilu. Hingga ketika lampu merah, mobil dihentikan oleh Bima.

Andro mengerjab beberapa kali. Lalu menoleh pada Jirham di sampingnya yang masih asyik larut dalam lamunannya. Andro tersenyum, setelah itu menaruh telapak tangannya di atas punggung tangan Jirham. Mau tak mau, empunya menoleh ke arah pemilik sentuhan itu.

"Terima kasih sudah memilih."

Sempat terdiam beberapa detik, Jirham akhirnya menyahut juga.

"Jangan terlalu senang. Ini bukan real keputusan. Aku masih nggak tau dan bingung. Tolong jangan terlalu berharap dulu."

Namun, Andro malah tersenyum lagi.

"Gapapa. Nggak ada paksaan untuk memihak. Semuanya tergantung hati kamu. Dan kalau Ayah boleh saran, kamu jangan berasumsi duluan atas suatu hal tanpa membuktikannya terlebih dahulu. Apalagi cuma katanya atau kata orang saja. Setidaknya tunggu Ayah, Fiko, ataupun Vioner sendiri yang mengungkap kebenarannya. Jikalau kamu nggak bisa menahan emosi kamu tentang itu, sebaiknya kamu diam. Menghindar juga gapapa. Biar damai semuanya. Nanti kalau terbukti, Ayah akan ikut andil bagaimana adilnya," ujar Andro.

"Ya," sahut Jirham hampir tak terdengar.

"Iya apa?"

"Apa?"

"Iya ... ?"

"Apaan sih nggak jelas."

"Tadi waktu di sana kamu nyebut keras banget loh. Masa lupa sih," goda Andro.

"Aneh emang," sahut Jirham sewot.

"Jangan ditahan."

"Prik banget."

"Ahahaha. Jangan diganti lagi panggilannya. Udah pas itu."

***

Fiko dengan setelan kasual serba hitam berjalan santai dengan pundak kanan tersampir ransel. Matanya fokus membaca materi kuis yang akan diujikan hari ini. Tiba-tiba ada seseorang menubruk badannya dari belakang. Orang itu juga langsung merangkul pundak Fiko.

"Fikofikofik! Gue datang," ucap Ecan tersenyum lebar.

"Seneng lo?"

"Yoi. Ayang balas pesan gue tadi malam. Thanks ya lo udah ngasih gue nomor Cintia. Hehe."

"Asal lo nggak malu-maluin gue aja," sahut Fiko.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang