12. Cerita Kelam Tiga Saudara

1.3K 208 31
                                    

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


•••

Andro menyampirkan baju-baju yang ia beli di tubuh Vioner. Andro terlihat puas karena apa yang ia beli sangat pas dengan ukuran badan Vioner. Vioner hanya diam menuruti apa yang Andro suruh dan ucapkan padanya.

"Nah, pas 'kan. Warnanya tadi ada dua macam, Vi. Ada warna cokelat sama abu-abu tua. Tapi saya pikir, kamu cocok pakai warna cokelat ini," ujar Andro memakaikan jaket tebal berwarna cokelat itu pada Vioner.

"Saya juga beli perlengkapan kuliah kamu. Kayak baju kasual buat kuliah, sepatu, aksisoris keren juga ada. Oh, Saya juga beliin buku, tas, sama buku-buku bacaan buat kamu. Kamu bersedia 'kan kalau saya kuliahkan?" tanya Andro lagi untuk memperjelas. Matanya dengan jelas menatap Vioner yang diam sedari tadi.

"Kalau nggak mau?" tanya Vioner pelan.

"Maka harus mau karena ini demi kebaikan kamu. Jadi kamu nggak selalu berdiam di kamar terus. Saya nggak suka sama orang yang buang-buang masa muda sama hal yang sia-sia kayak gini. Rebahan, nonton, makan, tidur, dan males-malesan lainnya. Kamu harus punya kegiatan yang menyongsong masa depan kamu. Kamu ngertikan apa maksud saya?"

Vioner mengangguk lagi. Andro menuntun Vioner agar duduk di pinggiran kasur, lalu ia duduk di sampingnya. Andro hanya berdiam diri beberapa detik. Sampai akhirnya tangan kekarnya mengenggam jari- jemari Vioner. Sangat erat.

"Vioner. Nama kamu cuma itu?" tanya Andro dengan suara khasnya. Berat dan dalam.

"Ada."

"Apa?"

"Aku nggak mau pakai lagi."

"Kenapa? Jelek, ya?"

"Nggak suka."

"Oke. Sekarang saya mau ngobrol lebih dalam sama kamu. Kamu mau 'kan jujur sama saya?"

Vioner hanya mengangguk.

"Sebelumnya ... panggil saya Ayah boleh?"

"Ya."

"Bagus. Tapi seandainya belum terbiasa, kamu bisa panggil saya Om kayak si Jirham. Saya nggak masalah. Oke, saya mau memperkenalkan masa lalu saya terlebih dahulu sebelum saya menanyakan tentang kamu. Mungkin bakal cerita singkat tentang saudara-saudaramu di sini. Ayah harap, kamu juga dapat terbuka sama Ayah."

"Iya."

"Jadi ... nama lengkap saya itu Andro Pratama. Umur saya 45 tahun. Seharusnya cocok udah kepala 4, cuma sayang sekali saya dan istri saya sudah bercerai. Saya itu orangnya pekerja keras. Dari masa sekolah udah mikirin pekerjaan. Karena kerja keras, saya bisa sukses. Punya istri cantik dan hidup saya cukup bahagia. Tapi ... saya nggak nyangka kalau bakal ditinggalin sama istri saya. Katanya kalau sama saya, nggak bisa punya anak. Saya terlalu sibuk sama kerjaan. Ya walaupun ada alasan lain yang buat dia ninggalin saya. Dia kepergok selingkuh. Hasrat saya ingin mempunyai penerus enyah begitu saja. Mau nikah lagi, tapi saya masih belum bisa. Mungkin punya trauma menjalin hubungan lagi. Saya sempat galau harus gimana menjalani hidup saya. Rasanya hampa, nggak tau apa yang harus saya lakukan. Sampai akhirnya saya mendapat kabar kalau adik saya bercerai sama suaminya. Adik saya yang dulu sempat kabur dari rumah karena tak direstui keluarga, kembali pada saya membawa anak kecil laki-laki berusia 10 tahun. Adik saya takut kembali ke rumah, takut kalau dihukum sama ayah saya. Maka dari itu, dia tinggal bersama saya bersama anaknya itu. Adik saya itu kemungkinan depresi, entah karena apa. Saya pikir itu karena mantan suaminya. Saya nggak pernah menyangka, dia menulis sebuah surat untuk menjaga anaknya dan meminta membesarkan anaknya hingga dewasa. Adik perempuan saya itu kabur lagi, katanya ke luar negeri. Saya nggak ambil pusing, itu tujuan hidupnya. Biar dia mencari kebahagiaan lain di luar sana. Dan anak yang ia titipkan itu adalah Jion. Saya tahunya namanya cuma Jion, jadi saya tambahkan dengan nama belakang saya. Jion Pratama. Dia yang awal mula menjadi penghuni rumah singgah ini," tutur Andro menceritakan sambil mengenang masalalu yang terlampau jauh. Vioner mendengarkan itu dengan saksama. Kemungkinan pikiran anak itu cukup teralih sekarang.

BROTHER [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat