24. DI PASAR

1.1K 177 30
                                    

Bi Ami meletakkan sepiring nasi goreng telur mata sapi di hadapan Vioner

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bi Ami meletakkan sepiring nasi goreng telur mata sapi di hadapan Vioner. Tampak wanita paruh baya itu tersenyum senang kini kembali menyajikan makanan untuk majikan yang ia rindukan.

"Dimakan Den Vio. Bibi semangat banget masaknya buat Aden."

Vioner tersenyum.

"Makasih, Bi."

Vioner meraih sendok dan garpu untuk makan. Belum lagi ia selesai menyendok suapan pertama, sepiring nasi goreng itu sudah basah diguyur oleh air oleh seseorang yang baru datang. Bi Ami menutup mulutnya terkejut. Vioner menatap penuh arti wanita di sampingnya yang baru saja merusak sarapan paginya.

"Udah berasa jadi majikan kamu? Pasti seneng banget 'kan diperbolehkan lagi oleh suami saya tinggal di sini? Dengan iming-iming perusahaan di Prancis. Cih," olok Bunga bersedekap. Ia terlihat rapi dengan baju seksi berwarna merah sebatas lutut.

"A-duh, Nyonya. Kok disiram sarapan Den Vio? Den Vio aja belum sempat makan—"

"Bi, sekarang majikan Bi Ami itu saya dan suami saya. Selain dari kami berdua, bukan siapa-siapa. Jadi jangan berani memasak buat dia!"

"Ini rumah Papa dan Mama. Bukan rumah Tante," sahut Vioner berdiri.

Bunga terkekeh sinis.

"Kayaknya kamu beneran ditampung sama preman beberapa hari ini. Makanya udah punya nyali melawan saya, ya!" geram Bunga.

Vioner meraih piring yang berisi nasi goreng bercampur air itu. Lalu menumpahkannya ke dada Bunga. Membuat Bunga memekik keras.

"Aaaaaa! K-kamu—KAMU APAKAN BAJU SAYA!"

Bunga hendak menampar wajah Vioner, tetapi Vioner lekas menahan tangan wanita itu dengan cengkraman yang kuat. Sorot matanya menatap tajam wanita di hadapannya.

"Saya tau kamu yang buat Mama saya nggak ada. Mati kamu!"

"MAS! MAS—MAS HANDIKA ANAK KAMU GILA!"

Bunga meronta ingin melepaskan cengkraman tangan Vioner di tangannya. Namun Vioner tak sedikitpun melonggarkan cengkramannya. Bi Ami hanya bisa menyaksikan dengan perasaan amat gugup. Ada apa dengan Tuan Mudanya?

Tiba-tiba Handika datang dan segera menarik Bunga. Vioner sontak melepas cengkramannya begitu saja. Bunga meringis menatap pergelangan tangannya yang memerah. Ia mengadu pada Handika, membuat suaminya itu menatap nyalang Vioner.

"Apa maksudnya ini, Vioner!"

"Kamu kasar sama Mama Bunga? Mau jadi jagoan kamu?"

Vioner masih diam.

"Jangan kamu kira Papa udah terima kamu dengan tidak mengusir kamu dari rumah. Jadi kamu harus hormat sama Mama Bunga. Ngerti kamu!"

"Vio nggak ngerti, Pa. Vio juga nggak mua ngertiin dia," sahut Vioner menunjuk ke arah Bunga.

BROTHER [COMPLETED]Where stories live. Discover now