36. HANDIKA : TURUTI APA MAU PAPA

956 155 30
                                    

***

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

***

Sebuah amplop Handika taruh di atas meja belajar Vioner ketika pemuda itu sedang mempersiapkan beberapa berkas pendaftaran kuliah. Vioner menoleh ke belakang, Handika menatapnya datar.

"Itu total kerugian yang harus kamu ganti. Semuanya dirincikan di sana dan kamu harus membayarnya."

Vioner meraih amplop itu, lalu menaruhnya di dalam laci. Sesaat Handika ingin pergi, Vioner memanggilnya.

"Papa."

Handika mengernyit heran sambil berbalik. Memasang raut wajah bertanya apa mau Vioner.

"Vio mau kuliah."

Handika berdecih mendengarnya.

"Mau kuliah? Kakak kamu merana dalam penjara dan kamu mau kuliah? Mau sukses sendiri kamu?"

"Bukan gitu."

"Jangan banyak menuntut, Vioner. Lakukan saja tugas kamu. Cari jalan agar Vero keluar dari tempat itu."

"Vio bakal tetap cari jalan keluar untuk itu. Tapi Vio juga perlu kuliah. Vio juga butuh pendidikan dan teman—"

"Ck, nggak usah mikirin yang nggak penting. Kamu kan kaya, tanpa kuliah pun kamu sudah sukses."

"Vio izin sama Papa cuma buat ngehargain Papa aja. Gapapa kalau Papa nggak setuju, ada Ayah Andro yang bakal bantu Vio," sahut Vioner kembali berbalik menyusun berkasnya.

"Jangan berhubungan dengan pria itu, Vioner!" sarkas Handika.

Vioner menatap tak percaya.

"Kenapa? Apa salahnya?"

"Kamu nggak tau apa-apa tentang pria asing itu. Bagaimana kalau dia penipu yang bakal kuras harta kamu? Nggak ada yang tau bahwa dia menyusun rencana untuk membodohi anak polos kayak kamu!"

Giliran Vioner yang berdecih, ia tertawa pelan.

"Penipu? Kayaknya itu nggak pantas buat Ayah Andro. Mana ada penipu yang memberikan semangat hidup buat orang lain. Yang menghargai setiap nyawa dan selalu ingin membahagiakan orang. Mana ada penipu yang menginginkan orang asing seperti Vio itu sukses. Mana ada?"

Handika geram, lalu mencengkram pipi Vioner. Vioner mau tak mau menatapnya.

"Dengar Papa baik-baik. Kalau kamu mau semuanya baik-baik aja, jauhin Andro. Papa bakal kuliahkan kamu di manapun kamu mau. Andro emang bisa mengurus kuliah kamu, tapi siapa yang tahu apa yang bisa Papa lakukan buat kalian? Papa yakin kamu ngerti, Vioner. Jangan membantah dan ikuti apa kata Papa. Papa bakal daftarin kamu kuliah besok," ucap Handika sebelum keluar dari kamar anaknya. Vioner terdiam, merenungi apa yang dikatakan Handika barusan.

***

Jirham menghentikan motornya tepat di hadapan teman-teman gang motornya yang entah sudah berapa hari tak ia jumpai. Beberapa dari mereka bersorak melihat kedatangan Jirham. Namun tidak dengan Rony dan pemuda di sampingnya, Dimas.

BROTHER [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum