52. DIA ORANGNYA

871 154 36
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Langkah kaki seorang wanita dengan highheel hitam itu melangkah konsisten menapakki teras rumah Singgah. Jemari lentiknya menekan bell rumah hanya sekali, lalu bersedekap santai sambil menunggu pintu terbuka.

"Good morning!"

Serunya nyaring. Tak lama terdengar langkah kaki seseorang dan pintu pun terbuka. Juna sontak melebarkan senyumnya dan memeluk wanita itu.

"DekNin! Alhamdulillah akhirnya kamu pulang juga."

Wanita itu membalas pelukan Juna dengan senyuman pula. Ninda namanya, wanita yang mengisi figura di kamar Juna. Kekasih Juna yang telah lama pergi ke Swedia untuk urusan pekerjaan.

"Apa kabar kamu, Beb? You look very handsome."

Juna tersenyum malu sambil membenarkan tatanan rambutnya.

"Biasa aja. Aku mah dari dulu nggak berubah. Biasa aja aku," sahut Juna senang.

"Aku bawa oleh-oleh buat kamu dan lima saudaramu. Ambil di mobil, ya."

"Widih, makasih ya, Beb. Harusnya kamu nggak usah repot beli oleh-oleh. Tapi gapapa, mereka pasti seneng. Ntar satpam aja yang keluarin dari mobil kamu. Eh tapi sekarang kami bertujuh. Ada satu tambahan anak lagi."

"Oh, ya. Siapa?"

"Nanti aku kenalin. Dek, masuk dulu." Juna meraih lengan Ninda dan membawa masuk.

Di dapur, Sugi dan Jion sedang mengajari Vioner dan Jirham membuat kue. Fiko hanya duduk di depan pantry sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Obian duduk menonton TV di ruang tengah.

"Intinya adonannya harus sesuai resep. Jangan sampai terlalu encer, ntar kalian nggak bisa bentuk," ujar Sugi.

"Kalau bentuknya?" tanya Vioner.

"Bentuknya terserah lo aja. Lagian bentuk nggak ngerubah rasa juga," sahut Sugi lagi.

Jirham menghela napas lelah menatap tangannya yang penuh dengan tepung.

"Ini faedahnya kita bikin kue apa? Kan bisa beli, Bang."

"Ini resep kue baru untuk kafe kita. Otomatis kalian semua harus belajar. Ntar kalau resep udah ada di bagian dapur, lo bisa pantau gimana hasil kerjaan mereka. Kalau lo sendiri nggak paham dan nggak bisa, gimana mau menilai," sahut Sugi mulai kesal.

"Iye-iye bawel."

"EPRIBADEH! DEKNIN UDAH DATANG!"

Juna berteriak dari ruang tengah. Juna dan Ninda menghampiri Obian yang kini mematikan televisinya. Obian tersenyum sambil menerima uluran tangan Ninda.

"Ketemu lagi, Obi."

"Selamat datang, Nind. Wah, nggak nyangka kamu bakal datang pagi."

"Iya. Biar surprise aja. Eh, yang lain mana?" Ninda duduk di sofa sambil menelisik.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang