28. TITIK AWAL RASA SAKIT

1.1K 158 35
                                    

(Spesial Flashback)

(Spesial Flashback)

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Entah mendapat keberanian dari mana, Vioner mempertanyakan tindakan Handika pada Dinda. Vioner tahu Dinda menyuruh ia melupakan kejadian itu, tetapi Vioner tak bisa. Ia harus segera menyadarkan papanya sebelum menyakiti malaikatnya terlalu dalam.

Malam itu, Vioner masuk ke dalam ruangan kerja Handika tanpa mengetuk. Ia melupakan sejenak yang namanya sopan santun.

"Papa kenapa selingkuhin Mama? Emangnya Mama salah apa? Apa kurangnya Mama di mata Papa?"

"Kamu nggak ngerti hubungan orang dewasa. Jadi jangan campuri urusan kami," sahut Handika seraya mengalihkan pandangannya pada laptop lagi.

"Nggak ngerti? Siapa di dunia ini nggak ngerti yang namanya sakit hati? Walaupun Vio masih kecilpun, tau gimana rasanya sakit. Apalagi Vio sekarang udah dewasa. Vio tau! Dan Papa udah keterlaluan sama Mama!"

"Diam kamu, Vio! Keluar dari ruangan Papa sebelum kamu menyesal!" Handika marah, matanya melotot pada anak bungsunya. Namun tak membuat Vioner gentar sedikitpun.

"Siapa wanita itu? Biar Vio ingetin, kalau dia itu juga wanita. Pasti ngerti gimana rasanya dikhianati sama orang yang kita sayang. Lelaki bujangan masih banyak, nggak perlu ngambil milik orang lain."

Handika beranjak dari duduknya menghampiri Vioner, mencengkram kedua pundaknya dengan tatapan menusuk.

"Kamu lancang ya sama Papa. Mentang-mentang Papa nggak pernah kasar sama kamu, bukan berarti Papa nggak bisa, Vioner."

"Vioner nggak terkejut kalau Papa kasar sama Vio. Mama aja Papa sakitin."

Plak!

"Mas!"

Vioner menoleh ke arah pintu, tampak Dinda bergegas ke arahnya dan memeluknya.

"Kamu ini apa-apaan tampar anak aku! Tangan jangan pernah kasar sama anak! Nanti jadi kebiasaan dan hati nurani kamu hilang!" marah Dinda.

Handika menunjuk Vioner dalam pelukan Dinda.

"Tuh, anak bungsumu. Udah berani ngomong nggak sopan sama aku. Kamu pikir aku bakal biarin? Itu bukan ajaran aku!"

"Ajaran kamu!"

"Ajaran aku gimana?"

"Kamu pikir selingkuh itu perbuatan yang sopan? Kamu emang cuma khianati aku, tapi juga berdampak sama anak. Kamu mikir dong. Gimana mental dia tau kalau papanya berkelakuan di luar batas kayak kamu, Mas!"

Handika meremas rambutnya merasa sangat tertekan. Mungkin juga karena emosinya yang membumbung tinggi. Sedangkan Dinda melepaskan pelukannya, lalu mengusap pipi Vioner lembut.

BROTHER [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant