38. DISKUSI VICANKO (Vioner, Ecan, dan Fiko)

920 145 33
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•••

Handika menoleh pada Vioner sesaat ia hendak memasuki mobilnya. Vioner yang berdiri tepat di belakang, hanya menatap datar pada pria di hadapannya.

"Ingat ya, Vioner. Jauhi Andro beserta anak angkatnya. Papa nggak suka," ujar Handika setelahnya memasuki mobil.

Vioner menatap kepergian mobil Handika hingga tak terlihat lagi dari pandangannya. Dari arah belakang datang Fiko dan Ecan yang memang sedari tadi memantau dari kejauhan.

"Vio. Udah bisa ikut kami 'kan?" tanya Fiko.

"Emang saya nggak masuk kelas?"

"Kan lo baru daftar, Bro Vi. Nggak langsung belajar," sahut Ecan tiba-tiba merangkul pemuda yang baru ia kenal. Vioner hanya tersenyum tipis kendati merasa canggung.

Fiko hanya terkekeh pelan.

"Kenalin dia namanya Ecan. Gue pernah cerita tentang ke elo 'kan?"

Vioner mengangguk. "Oh ... iya pernah."

"Kita mau kumpul di mana nih, di kantin atau di mana?" tanya Ecan.

"Kata Papa ada satu dosen yang dia kenal. Katanya bakal mata-matain saya di sini biar nggak berdekatan sama anak angkat Ayah Andro," ujar Vioner menjelaskan.

"Lah kok gitu?" judes Ecan.

"Can, biasa aja," tegur Fiko.

"Ya kan gila betul kalau—"

"Ehsan," ucap Fiko lagi dengan tatapan melotot.

"Oke. Hehe. Om Handika kan bokap Vioner kan ya. Masa gue julid di hadapan anaknya. Gini deh kita kumpul di kafe seberang aja. Si dosen entah siapa itu kan lagi ngajar, nggak mungkin beliau main ke seberang. Jadi tempat itu aman buat kita. Gimana?" Ecan menatap kedua temannya secara bergantian.

"Boleh juga. Gimana, Vi?" tanya Fiko.

"Saya ngikut aja."

"Jangan pakai 'saya' dong ngomongnya. Kami nggak tua-tua banget," komentar Ecan.

"Biarin kali," jawab Fiko.

"Aku?" tanya Vioner.

"Ih, masa pakai 'aku' sih. Kek pacaran dong. Yaudah saya-saya aja biar aman," sahut Ecan berjalan lebih dulu menuju kafe seberang.

"Dia emang gitu, suka ribet. Tapi akhirnya pilih yang mudah," ujar Fiko berjalan pelan diikuti Vioner di sampingnya.

Ecan memesan tiga buah minuman dan camilan untuk mereka bertiga. Pemuda itu terlihat bersemangat mendapatkan teman baru. Memang sejak Fiko bercerita tentang Vioner, Ecan sudah menaruh rasa penasaran pada pemuda tersebut.

"Mulai dari mana nih?" tanya Ecan menatap keduanya.

"Gue kan udah cerita sama lo tentang perusahaan yang terbakar itu. Yang Vio ceritakan sama gue udah gue ceritakan juga 'kan? Jadi lo bisa tanya-tanya sama Vioner untuk keperluan penyelidikan lo sama antek-antek lo nanti," ujar Fiko.

BROTHER [COMPLETED]Where stories live. Discover now