"Masuk!"

Pintu itu terbuka, menampilkan wajah sekretaris barunya yang baru saja di tetapkan untuk pegawai tetap.

"Siang tuan."

"Sudah?" tanya Raka tanpa basa-basi. Tubuhnya kembali tegap, dan tangannya sibuk membenarkan dasinya kembali.

Pria berkaca mata itu menganggukkan kepalanya perlahan. "Sudah, mereka sedang menunggu tuan untuk datang."

"Oke, kamu ajak departemen keuangan lagi. Periksa seluruh data masuknya hari ini dengan cepat. Matikan ponsel saya sementara, saya tidak ingin ada yang menganggu selagi meeting."

"Baik tuan."

***

DOR!

Siswa-siswi gedung A, tempat yang paling dekat dengan gerbang sontak berteriak heboh, mendengar suara tembakan tersebut. Mereka di kumpulkan oleh satpam yang tiba-tiba juga datang dengan panik.

"Pintu depan di blocked, sama orang-orang berbaju hitam bu! Kita harus ke belakang!"

Guru yang mengajar sontak mengangguk patuh, walaupun panik, dia harus tetap menjaga muridnya dengan baik dengan mengajaknya keluar untuk ke tempat paling aman di sekolah.

"Beri tahu ke ruang guru dulu pak, disana kedap suara," ucap guru itu setelah menyuruh para muridnya keluar.

"Nggak bisa sekarang bu, saya harus membubarkan semua kelas disini dulu," jawab satpam itu.

Guru itu akhirnya menyerah, dan satpam itu memberi arah untuk segera pergi ke ruang serba guna yang terjaga dengan tembok-tembok besar di sekitarnya. Setelah itu, satpamnya kembali berlari ke arah kelas yang tertutup. Di setiap kelas memang memiliki dinding yang kedap suara, mereka memakainya untuk menjaga kefokusan dalam belajar. Karena itu, satpam tersebut lebih mendahului keamanan yang terdekatnya dulu, baru ruang guru yang letaknya di tengah gedung A dan B.

Cklek.

"Maaf bu! Ada penembakan di area sekolah kita, semua siswa dan guru harus mengamankan diri ke aula besar! Sekarang! Saya pergi dulu!"

Satpam itu kembali memasuki ruangan-ruangannya, sebenarnya bukan hanya dia saja yang seperti ini. Ada lima satpam yang juga tengah masuk dan menginfokan pada setiap kelas di gedung A.

Setelah semua beres, salah satu satpam itu menginfokan ke ruang guru. Hanya pesan singkat karena mereka sudah tak ada waktu lagi untuk bertanya. Salah satu di antara satpam itu berlari.

"GERBANG DEPAN TERBAKAR!"

Guru-guru yang mendengar itu sontak sangat takut dan berlari ke tempat yang di perintahkan. Sedangkan satpam-satpam itu kembali memasuki kelas di gedung B dengan cepat. Gedung B kali ini di isi oleh anak kelas sebelas. Lagi-lagi teriakan ketakutan kembali terdengar saat banyak asap di lapangan outdoor mereka.

"CEPET! SUDAH GAK ADA WAKTU!"

"Bapak sudah panggil pemadam dan polisi?" tanya salah satu siswa disana.

"Mungkin teman bapak sudah. Saya gak sempat tadi. Tapi kalo bisa, saat kamu sampai di aula besar, suruh guru disana untuk lapor," perintah Satpam itu lalu kembali berlari ke arah tangga darurat untuk ke kelas atas. Sedangkan siswa tadi hanya mengangguk patuh dan berlari menuju aula bersama yang lain.

Suasana di luar sudah sangat runyam, banyak asap yang bertebaran di udara. Ada suara penembakan juga yang membuat takut orang-orang. Namun, sangat berbeda suasana yang terjadi di UKS sekolah. Ada Manda dan perawat sekolah yang tengah tertawa karena sudah menghabiskan setengah jam untuk bermain UNO bersama.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang