34. Anak Raja Turin

144 58 123
                                    

Puncak Menara Impian ternyata cukup megah. Terdapat beberapa pilar ala yunani yang dipasang berdiri pada ruang terbuka di puncak menara. Pilar-pilar itu tidak terletak tepat di pinggiran menara, masih bisa orang bersembunyi di antara pilar dengan tepi Menara Impian. Di tengah menara terdapat sebuah pilar yang panjangnya hanya setengah dibandingkan dengan pilar yang lain.

Di atas pilar kecil itu, ada sebuah bola kristal yang indah dan tembus pandang. Tidak ada apa-apa di dalam bola bening keras itu, tetapi ada peran penting kenapa bola kristal itu ada di sana. Sudah lama sekali sejak bangkitnya Menara Impian, sejak muncul hingga pagi harinya, tidak ada yang sampai dan melihat keindahan bola kristal tersebut di bawah sinar matahari. Tetapi tidak lama kemudian, dua individu sampai pada puncak tangga dan berada di puncak menara.

"Akhirnya." Kata seseorang, dia memakai pakaian serba kain hitam dan hanya matanya saja yang terlihat. Dia memandang sekitar dan menyadari kalau dia yang pertama kali sampai di puncak menara. "Sepertinya kita yang paling pertama sampai di atas sini."

Benar, dia adalah Raja Turin. Matanya yang tajam memandang pilar-pilar yang membentuk melingkar dan pilar pendek yang ada di tengah. Matanya terhenti saat dia melihat bola kristal yang ada di tengah puncak menara. Dia tidak memperdulikan temannya yang ada dibelakang, kelelahan karena memanjat tangga yang sangat banyak.

"Bagaimana kamu—ngok—tidak kelelahan—ngok—setelah mendaki semua tangga tadi?"

Raja Piggy menyandarkan badannya yang gemuk pada salah satu pilar dan mengatur napasnya. Wajahnya memandang ke lantai yang sedikit berpasir dan meneteskan beberapa keringat dan saliva pada mulutnya. Sesekali dia mengeluarkan suara ngorok seperti suara babi asli. Kupingnya yang pendek bergerak kecil saat tangannya yang gemuk melap keringat yang terus menetes di matanya yang bulat kecil. Ditambah lagi, Raja Piggy juga memakai baju perang dari besi untuk melindungi tubuhnya, menambah beban yang berat dari dan untuk tubuhnya.

"Aku kuat. Tidak sepertimu, Piggy." Jawab Raja Turin, nada dia berbicara terdengar tenang. Padahal baru saja dia mendaki tangga yang sangat banyak. "Aku muak dengan kamu yang selalu mengeluh dan berhenti di setiap langkah pendekmu."

"Kamu boleh bilang begitu sekarang—ngok." Raja Piggy sekarang meluruskan badannya dengan cara berdiri tegak, tetapi napasnya masih belum stabil. Dia menoleh kepada Raja Turin. "Sebentar lagi aku akan kuat seperti—ngok—batu yang keras dan besar."

"Batu keras dan besar bisa dikalahkan oleh air. Semakin banyak tetesan air di atas batu itu, lama-kelamaan akan terbelah tepat di tengahnya." Kata Raja Turin sambil berbalik dan berjalan mendekati Raja Piggy. Dia berhenti saat sudah dekat dengan Raja Piggy, ternyata Raja Turin lebih tinggi sejengkal. Raja Turin menyodorkan salah satu tangannya dan berkata, "Dragonlock. Jangan buang-buang waktu untuk mengeluh lagi."

"Santailah." Raja Piggy memasukan tangannya pada kantong yang ada di sebelah sarung pedangnya dan mencari sesuatu disana. "Lagipula—ngok ngok—kita berdua yang sampai pertama kali pada puncak menara ini..."

Sring!

Tindakan curang yang telah dilakukan oleh Raja Piggy. Alih-alih mengambil sesuatu dari kantongnya, dia malah memegang pegangan pedang dan menariknya. Hal selanjutnya yang dia lakukan adalah menempelkan bagian tajam pada pedang kecil tersebut di bagian leher Raja Turin. Raja Turin hanya menajamkan matanya dan memandang wajah Raja Piggy yang tersenyum lebar.

"...kemenangan ini hanya milikku—ngok—milikku seorang!" Kata Raja Piggy dengan senang, wajahnya tidak berhenti tersenyum dan berbicara dengan bangga. "Kamu tidak lebih dari penurutku saja, Turin! Aku memanfaatkanmu hanya agar—ngok—aku bisa sampai di atas sini dengan aman. Sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Keinginanku untuk abadi dan berjaya—ngok—akan terkabulkan!"

The Alpha Charles: Unhistorical Kingdom [END]Where stories live. Discover now