26. Penghianatan

266 109 120
                                    

"Raja Queasley—Astaga!—Anda tidak apa-apa, Raja Queasley?—Eh?"

Jake langsung tunduk dan mengecek kondisi dari Raja Queasley. Dia berlutut dan tangannya menggoyangkan tubuh Raja Queasley. Tetapi tangan Jake merasakan sesuatu yang basah. Saat dia ingin melihat kedua tangannya, sebuah petir menyambar tidak jauh darinya.

Merah darah menempel pada kedua tangannya. Jake takut sekaligus ngeri karena darah itu adalah darah Raja Queasley. Jake juga melihat darahnya mengalir di bawah perut raja tersebut. Ternyata Raja Queasley sudah mati dan sebuah tusukan pedang di bagian perut adalah penyebabnya.

Jake tidak mengerti. Bagaimana Raja Queasley bisa sendirian disini? Apa yang Raja Queasley lakukan disini? Kenapa tidak ada siapapun selain dirinya? Siapa yang tega menusukan pedang kepada seorang raja?

Jake menoleh ke kanan dan ke kiri lagi untuk memastikan dia sendiri di koridor yang ribut karena hujan. Sebuah petir memberikan cahaya dadakan lagi dan Jake melihat sebuah siluet seseorang di ujung koridor sebelah kiri. Seseorang yang berambut panjang dengan pakaian perang lengkap dan pedang besarnya.

"Axe?" Bingung Jake saat melihat siluet itu hilang saat berbelok di ujung koridor.

Memang benar siluet itu mendeskripsikan Axeriel, tetapi karena Jake sedang mabuk, bisa saja salah. Tapi apa yang ada di hadapannya tidak salah. Benar-benar tubuh Raja Queasley mati di lantai koridor itu. Darahnya sudah menempel pada karpet merah dan terlihat masih segar. Jake menaikan jubah biru Raja Queasley dan melihat tusukan pedang tersebut menembus sampai jubahnya.

"Astaga." Jake sedih dengan apa yang dilihatnya.

"Hei, Kakek, raja yang lain menunggu—eh?"

Jake berbalik saat mendengar suara itu datang dari belakangnya, dari pintu menara dia datang. Ternyata Kirrarri berdiri di sana, dari suara dan siluetnya saja Jake sudah tahu. Sungguh kondisi yang tidak pas karena tangan Jake basah karena darah. Sebuah petir memberikan cahaya kembali dan memberikan pandangan mengerikan untuk Kirrarri.

Jake melihat wajah kaget Kirrarri saat keluar dari menara. Wajah yang kaget dan syok saat melihat kakeknya tergeletak di lantai dalam keadaan sudah tidak bernyawa, dan Jake sedang mengangkat kedua tangannya yang merah karena darah. Jake langsung berdiri dan melangkah mundur.

"Aku tidak—aku bukan..."

Kata-katanya terhenti sampai disitu. Jake tidak tahu kenapa dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Ada sesuatu yang berat di lehernya untuk bilang secara terus terang. Jake merasa tidak sanggup untuk mengungkapkan kebenaran dibalik tragedi malam yang dingin itu.

Jake berbalik dan langsung meninggalkan Kirrarri. Dia berlari kencang, mencoba mengejar siluet seseorang berpedang tersebut untuk meminta kejelasan. Dia sudah di posisi yang sangat salah karena meninggalkan Kirrarri bersama mayat kakeknya. Karena tragedi yang tiba-tiba tersebut, entah kenapa Jake menjadi setengah sadar dari mabuknya dan bisa berlari lurus.

Jake berbelok di ujung koridor dan melihat jalannya adalah menuju pintu menara lain. Ada bagian koridor yang tidak beratap sebelum menuju ke pintu tersebut. Kenapa Jake sangat yakin kalau pintu itu adalah tujuannya, karena saat Jake berbelok tadi, dia melihat pintu tersebut sedang menutup. Seseorang baru saja melewati pintu itu.

Jake kembali berlari, tetapi pusingnya datang kembali. Jake hampir saja terhuyung ke arah salah satu pilar yang keras, untung saja tangannya yang berdarah menyentuh pilar tersebut. Dia sekarang berjalan cepat menuju lorong tersebut, meninggalkan bekas darah pada pilar yang dipegangnya. Kepala Jake terkena hujan saat sudah berada di lorong yang tidak beratap, lorong tersebut tidak beratap karena digunakan untuk tamu melihat keindahan Kerajaan Charles. Tinggal beberapa langkah lagi untuk bisa sampai ke pintu menara tersebut.

The Alpha Charles: Unhistorical Kingdom [END]Where stories live. Discover now