65. Bayang Menakutkan

867 81 2
                                    

"Ryan? Ry-Ryan? Rizki Adryan Wicaksana?"

Adalah hal yang aneh bila Nathan tidak syok. Maka tentu respon spontan yang ia berikan tatkala mendengar perkataan Vanessa adalah halyang manusiawi. Lumrah sekali untuk terjadi. Terutama pada dirinya. Yang ... astaga! Sudah jelas, Nathan tidak mengira.

Ekspresi wajah Nathan tampak tidak percaya. Kembali bertanya setelah Vanessa memberikan anggukan kepalanya sebagai jawaban untuk ketidakpercayaannya tadi. Menanyakan hal dengan inti yang sama.

"Ma-maksud Ibu, Ibu akan menikah dengan Ryan?"

Vanessa mengembuskan napasnya sekilas. Di dalam benak, ia tentu saja menampik pertanyaan itu. Ironis, tapi memang begitulah kenyataannya.

Bukan akan.

Melainkan sudah.

Hanya saja Vanessa mewanti-wanti dirinya sendiri agar tidak sampai terlepas mengatakan kejujuran yang satu itu. Bukannya apa. Sedangkan ia jujur mengenai rencana acara pernikahannya bersama Ryan saja sudah lebih dari sukses membuat Nathan tidak percaya. Apalagi kalau dirinya sampai mengatakan fakta yang sebenarnya. Itu pasti akan lebih mengejutkan lagi untuk Nathan.

"Iya, Pak," angguk Vanessa. "Maka dari itu juga mengapa saya terkesan menutupi hubungan saya selama ini. Gimanapun juga, rasanya sedikit tidak etis untuk mempubliskannya sementara ia belum tamat."

Mulut Nathan menganga. Berusaha untuk mencari tanda-tanda kebohongan di wajah Vanessa pun rasanya percuma. Karena setelah detik demi detik berlalu, tak ada sedikit pun gurat gurau di wajah cantik itu. Ya Tuhan! Vanessa benar-benar serius. Hingga tentu saja mendorong Nathan ke tepi jurang rasa tak percayanya.

"Gimana bisa?"

Itu adalah pertanyaan refleks yang sama sekali tidak Nathan kira akan ia layangkan pada Vanessa. Karena itu adalah pertanyaan yang memalukan. Astaga. Bahkan sedetik setelah pertanyaan itu meluncur dari lidahnya, Nathan langsung mengatupkan mulutnya. Seperti ia yang khawatir akan terlepas mengatakan hal memalukan lainnya.

Mendapati pertanyaan itu, Vanessa pun maklum. Ia mendehem sejenak dan memilih untuk benar-benar menjawab pertanyaan itu.

"Kami dijodohkan," jawab Vanessa jujur. "Dan mungkin karena itulah kenapa tanpa sadar kami tampak seperti dekat di kampus."

Sambil mengatakan itu, Vanessa membawa tatapannya untuk lepas sejenak dari mata Nathan. Bagaimanapun juga, ia sedikit merasa tidak nyaman membicarakan hal pribadi seperti itu pada lawan jenis. Namun, ia sadar. Sekarang ia tidak memiliki pilihan lain.

"Juga," lanjut Vanessa kemudian seraya menarik napas dalam-dalam. "Mungkin karena itu juga kenapa Ryan jadi seolah-olah selalu berada di sekitar saya." Perlahan vanessa mengangkat wajahnya. "Kami hanya berusaha untuk saling mengenal satu sama lain."

Mendengar penuturan itu, tak ada yang mampu Nathan lakukan. Kecuali satu. Yaitu, memejamkan matanya dengan dramatis.

*

Ryan syok. Terkesiap dengan suara yang nadanya tidak pernah Vanessa dengar sebelumnya. Dengan mata membesar dan mulut menganga, cowok itu tampak membeku tepat setelah mendengar penuturan Vanessa.

"A-a-apa kamu bilang, Sa?" tanya Ryan gagap. "Ka-kamu ngomong apa ke Pak Nathan?" Ia tampak kebingungan. "Kamu ngomong ke Pak Nathan?"

Kala itu, jarang-jarang sekali Ryan dan Vanessa tiba di gedung apartemen secara bersamaan. Ketika Ryan selesai memarkirkan motornya dan masuk, berjalan menuju ke lift, ia mendapati cewek itu sedang berdiri menunggu lift. Kebetulan yang tidak disia-siakan oleh Vanessa.

Karena ketika menyadari sepanjang perjalanan menuju ke lantai mereka tidak ada penghuni lain yang turut menggunakan lift itu, maka Vanessa pun menceritakan tentang apa yang terjadi tadi di kampus. Tentang dirinya yang menemui Nathan di pagi hari di ruang kerja cowok itu. Lalu ia pun menceritakan mengenai hubungan mereka dalam perkataan yang samar. Dan tak lupa, membeberkan fakta bahwa ia meminta Nathan untuk hadir di pernikahan mereka sebagai saksi.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Donde viven las historias. Descúbrelo ahora