51. Makna Tersirat

709 76 3
                                    

Berkat kejadian tempo hari, di mana Vanessa yang mengajak Ryan menikmati makan malam di luar, alhasil balkon unit apartemen mereka sekarang menjadi salah satu tempat favorit mereka bercengkerama. Selain kamar, tentunya. Hihihihi.

Seperti kala itu, ketika keduanya sudah menuntaskan makan malam dan merapikan keadaan dapur, Vanessa dan Ryan pun memutuskan untuk menikmati suasana malam yang cerah itu. Duduk di sana. Dengan masing-masing dokumen di tangan mereka. Yang berjenis sama, namun berbeda.

Adalah draf skripsi miliknya sendiri yang sedang menemani Ryan kala itu. Dengan satu pena di tangannya, cowok itu memutuskan untuk menghabiskan Minggu malamnya dengan kembali mengecek drafnya. Sesuai dengan arahan para pembimbingnya.

Sementara Vanessa juga ditemani oleh draf skripsi. Walau tentu saja itu bukan miliknya. Melainkan milik Surya. Mahasiswa tingkat akhir yang sudah terancam dikeluarkan dari kampus bila tidak bisa menyelesaikan skripsinya hingga semester genap ini berakhir. Pun dengan satu pena bertinta merah di tangan kanannya.

"Aku nggak tau loh kalau sebelum sidang ternyata dosen juga baca draf skripsi."

Selang beberapa saat kemudian, ketika mereka dengan kompak menarik napas sejenak. Sekadar untuk mengistirahatkan mata dari deretan huruf dan angka yang berbaris di tiap helai kertas.

Menaruh draf skripsi di pangkuannya, Vanessa meraih secangkir coklat panas yang sudah ia siapkan tadi. Sebelum mereka berdua larut dalam bacaan masing-masing. Menyesap isinya yang sudah sedikit mendingin sejenak, kemudian barulah ia merespon perkataan Ryan.

"Kalau dosen nggak baca juga draf skripsi, gimana kami bisa nguji coba?"

Ryan mengerucutkan bibirnya. "Aku pikir ya ... asal nanya aja sih."

Kekehan Vanessa meluncur. Sedikit mengubah duduknya, ia lalu mencibir. "Nggak ada dosen yang asal nanya. Apalagi untuk skripsi."

"Oh ...."

Ryan manggut-manggut. Lantas pandangannya tertuju pada draf skripsi Surya. Menarik napas ketika melihat banyaknya tulisan bewarna merah di sana. Membuat ia bergidik.

"Itu," tunjuk Ryan. "Sebanyak itu yang mau kamu tanyakan ke Kak Surya besok?"

Senyum kecil terbit di wajah Vanessa. Melirik sekilas pada draf di pangkuannya itu, ia justru balik bertanya pada Ryan.

"Menurut kamu?"

Ryan syok. "Wah! Kalau satu dosen aja udah nyiapin sebanyak itu pertanyaan, kayaknya rasa penasaran aku selama ini langsung terjawab deh."

Diam dengan ekspresi geli, Vanessa bertanya. "Rasa penasaran apa?"

Horor, tapi bayangan itu langsung melintas di benak Ryan. Tepat ketika ia menjawab. "Kenapa sidang skripsi itu bisa sampe empat jam."

Sungguh. Bukan hanya nada suara Ryan yang membuat Vanessa lantas tergelak. Alih-alih juga mimik ngeri di wajah cowok itu yang turut membuat ia terbahak-bahak.

"Kamu tau kan, Sa," sambung Ryan kemudian. "Nyaris setiap mahasiswa yang keluar dari ruang sidang, itu pada lemes. Persis kayak manusia yang baru abis donor darah ke vampir coba."

Nyaris saja draf skripsi jatuh dari pangkuan Vanessa ketika tawanya semakin meledak. Bentuk pengakuan tanpa kata-kata. Bahwa Ryan memang tidak pernah gagal dalam memberikan pengandaian dalam bentuk yang dramatis. Hihihihi.

"Tapi, sebenarnya semua coretan ini nggak bener-bener bakal ditanyain sih."

Setelah terjeda oleh tawa beberapa saat, pada akhirnya Vanessa kembali bicara. Menarik napas dalam-dalam dan berpaling. Melihat pada Ryan dan mendapati ada sorot tak percaya di matanya.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now