61. Terdesak Keadaan

792 72 3
                                    

Memang ini bukanlah yang pertama bagi Ryan menghadapi responsi Botani. Ujian yang dilakukan setiap praktikum telah selesai. Dan berbeda dengan ujian yang biasanya diselenggarakan di kelas, biasanya ujian praktikum dilakukan di laboratorium dengan sistem yang berbeda pula. Bila ujian kelas diselenggarakan dengan sistem di mana mahasiswa duduk tertib di kursi masing-masing, maka ujian praktikum dilakukan tanpa duduk sama sekali. Dengan cara setiap mahasiswa membawa lembar jawabannya dan berdiri di tiap nomor soal yang berbeda dengan jarak yang telah diatur. Mereka akan diberikan waktu enam puluh detik untuk membaca dan menjawab soal. Dan ketika waktu telah selesai, maka mahasiswa harus pindah ke nomor selanjutnya. Begitulah hingga semua mahasiswa sudah berotasi di tiap soal.

Membantu Vanessa dan beberapa orang dosen lainnya, adalah semua asisten dosen praktikum. Terkhusus untuk Vanessa sendiri, tentu saja adalah Farrel. Cowok itu tampak bersiap di depan kelas. Dengan satu stopwatch dan batu sebesar kepalan di masing-masing tangannya.

Memulai responsi pagi itu, Vanessa memberikan pengarahan kepada setiap mahasiswa. Memastikan bahwa semua mahasiswa paham dengan aturan yang berlaku. Mengingat mayoritas yang menjalani ujian kali ini adalah mahasiswa baru. Yang sepertinya belum mengenal sistem ujian seperti itu sebelumnya. Hal itu terlihat jelas dari mereka yang tampak bingung melihat lembaran-lembaran soal yang tertempel di atas meja dengan keadaan tertutup.

"Jadi, kalian perhatikan soal di depan kalian nanti. Lihat nomor berapa yang tertulis di sana dan jawabannya kalian tulis di nomor yang sama dengan yang ada di lembar jawaban kalian," ujar Vanessa seraya mengitari ruang ujian. "Kalau soal kalian dimulai dari nomor delapan, maka tulis jawabannya di nomor delapan. Kalau kalian menulis jawaban di nomor yang salah, maka bisa dipastikan semua jawaban kalian nanti akan salah." Satu persatu, Vanessa melihat pada mahasiswa. "Mengerti?"

"Mengerti, Bu."

Jawaban itu membuat Vanessa mengangguk. "Selanjutnya, kalian hanya diberikan waktu selama satu menit untuk membaca soal, berpikir, dan menulis jawaban. Kalau nanti kalian mendengar suara ...."

Vanessa melihat pada Farrel dan cowok itu memukul meja dengan batu. Hingga menimbulkan bunyi yang membuat beberapa orang mahasiswa terlonjak kaget karenanya. Sontak, ada tawa yang pecah di udara. Walau tidak lama.

"Itu artinya kalian harus pindah ke nomor selanjutnya," lanjut Vanessa kemudian. "Jadi, kalian harus benar-benar teliti dan hati-hati dalam menjawab pertanyaan. Karena kalian nggak akan bertemu dengan soal yang sama dua kali. Dan perlu kalian ingat, bahwa setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan konsekuensinya. Apabila ada hal yang mencurigakan, maka waktu akan dikurangi sepuluh detik."

"Wah!"

"Astaga."

Tidak berlebihan, tapi tentu saja mahasiswa menjadi kecut mendengar peringatan itu. Hingga mereka saling lirik dan menampakkan ekspresi ngeri. Membayangkan bagaimana mereka harus menjawab pertanyaan bila waktu yang diberikan hanya sepuluh detik? Hihihihi.

"Jadi, sebelum responsi kita mulai, apa ada yang masih kurang jelas? Ada yang mau ditanyakan?"

"Tidak, Bu."

Maka setelah mendapat jawaban itu, Vanessa pun memberikan isyarat pada Farrel sementara dirinya beranjak. Menyingkir ke sudut ruangan dalam rangka untuk mengamati jalannya responsi.

Farrel tampak memberikan aba-aba, seraya melihat pada stopwatch di tangannya. Ia berkata.

"Silakan lembar soalnya dibuka. Waktu dimulai dari sekarang."

Dug!

Suara batu yang dipukul oleh Farrel ke meja terdengar. Menjadi tanda bahwa responsi Botani sudah dimulai dan para mahasiswa langsung membuka lembar soal yang ada di hadapannya. Membaca soal yang tertera dan langsung menjawab sesuai dengan pilihan yang telah disajikan di sana.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang