52. Tanda-Tanda

725 80 9
                                    

Sidang skripsi Surya tadi menghabiskan waktu sekitar dua jam empat puluh lima menit. Tergolong cepat untuk sidang skripsi yang dilakoni oleh mahasiswa yang terancam dikeluarkan dari kampus. Terutama dengan fakta bahwa dosen pun sempat meragukan bahwa Surya bisa langsung lulus di sidang yang pertama.

"Lihat kan? Nggak ada mahasiswa yang bodoh. Karena kalau dia bodoh, harusnya dia nggak bakal bisa jadi mahasiswa."

Bahkan Surya pun yang tampak sudah cukup berumur untuk kategori mahasiswa strata 1, tak mampu menahan kaca-kaca di matanya ketika hasil penilaian empat orang dosen memutuskan bahwa dirinya layak untuk lulus.

"Terima kasih banyak, Pak."

Surya berjabat tangan dengan Suwanto. Sang pembimbing utama yang sudah menghabiskan waktu nyaris dua tahun lamanya demi membimbing cowok itu. Ia tampak tersenyum lebar. Seperti menyiratkan perasaan bahwa pada saat itu bukan hanya Surya yang senang, alih-alih dirinya pula.

"Selamat menempuh hidup baru," gurau Suwanto. "Selangkah kamu keluar dari ruangan ini, maka kamu udah resmi jadi pengangguran."

Menggelikan. Dan Surya tertawa dengan matanya memerah. Kali ini merasakan kelegaan ketika semua dosen memberikan dirinya ucapan selamat. Ditambah pula, di saat ia keluar dari ruangan itu, sudah ada teman-temannya yang menunggu.

*

Selesai dari menghadiri sidang skripsi, Vanessa mendapati setidaknya ada empat orang mahasiswa yang sudah menunggu kehadirannya. Duduk di lorong ruangannya. Dan dengan kompak berdiri ketika mereka melihat kedatangan Vanessa dari kejauhan.

"Siang," sapa Vanessa. "Nungguin saya?"

Mereka kompak mengangguk. Serta menjawab.

"Iya, Bu."

Vanessa mengeluarkan kunci ruangannya. Membuka pintu dan segera menyalakan lampu. Karena memang dari pagi tadi dirinya langsung menuju ke ruang sidang. Alih-alih mampir sejenak ke ruangannya terlebih dahulu.

Diikuti oleh para mahasiswa, Vanessa duduk di kursinya. Sementara para mahasiswa itu duduk di sofa yang tersedia. Menunggu sejenak di kala dosen cantik itu menarik napas dan beristirahat sejenak. Membasuh kerongkongannya dengan segelas air yang sejuk. Barulah ia melanjutkan pekerjaannya.

Ada yang bimbingan dan ada pula yang sekadar menanyakan jadwal Vanessa untuk seminar hasil yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Hingga tanpa terasa, Vanessa pun tidak benar-benar bisa beristirahat ketika pada akhirnya tiba jam siang. Di saat ada jam praktikum yang akan menyambut dirinya.

Bangkit dari duduknya setelah mahasiswa terakhir meninggalkan ruangannya, Vanessa langsung bersiap. Keluar dari ruangannya setelah Farrel datang terlebih dahulu, demi membawakan buku laporan praktikum pada mahasiswa. Bersama-sama mereka pun menuju ke ruangan praktikum. Di mana praktikan sudah berkumpul.

"Selamat siang semuanya."

"Selamat siang, Bu."

Tersenyum menanggapi balasan yang langsung ia dapatkan ketika menyapa di kelas praktikum Botani siang itu, Vanessa menarik napas sekilas. Sempat sesaat matanya beradu dengan mata Ryan yang duduk di belakang sana. Ia tersenyum dan memberikan satu lambaian kecil yang membuat Vanessa buru-buru memindahkan fokus matanya. Seraya beranjak meninggalkan mejanya, cewek itu memilih melihat satu persatu praktikannya. Lalu berkata.

"Oke. Jadi hari ini merupakan praktikum kita yang terakhir. Saya harap kalian bisa praktikum dengan baik dan nanti, setelah sesi praktikum selesai, saya akan menyempatkan waktu sejenak bila ada dari kalian yang ingin bertanya. Mengingat Minggu depan kita sudah akan responsi praktikum. Alias ujian praktikum."

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now