3. Aneka Tawa

1.6K 95 3
                                    

Dua orang mahasiswa baru saja keluar dari ruangan Vanessa beberapa menit yang lalu ketika cewek berusia dua puluh tujuh tahun itu memutuskan untuk bangkit sejenak dari duduknya. Datang terlambat ke kampus dan langsung menerima beberapa kunjungan mahasiswa yang ingin berkonsultasi membuat ia tidak beranjak dari kursinya nyaris selama tiga jam. Ugh! Pantas saja Vanessa merasa pinggang dan tubuhnya terasa sedikit kaku.

Berdiri seraya memberikan pijatan ala kadarnya di sekitaran pinggangnya, Vanessa melirik pada ponselnya yang tampak menggelap. Dengan satu pemikiran di benaknya.

Dia nggak balas chat aku lagi?

Ehm ....

Nggak mungkin banget kan dia ngambek cuma gara-gara itu?

Vanessa tampak merenung sejenak. Lalu, senyum geli membuat kedua sudut bibirnya berkedut beberapa kali. Lantaran teringat sesuatu yang lucu.

Nggak mungkin ah Ryan ngambek.

Dia kan ngambeknya cuma sama cacing tanah dan perkara wisuda doang.

Hihihihihi.

Memikirkan kemungkinan bahwa saat itu Ryan mungkin sedang sibuk bekerja, Vanessa pun tidak ingin mengganggunya pula. Ketimbang itu, sekarang Vanessa pun merasa perlu untuk beristirahat sebelum menunggu kedatangan mahasiswa lainnya setelah jam istirahat.

Bermaksud untuk merenggangkan sejenak tubuhnya, Vanessa memutuskan untuk keluar dari ruangannya. Dan di waktu yang tepat, saat itu ada beberapa orang dosen yang tampak melintas keluar dari ruangan laboratorium.

"Siang, Bu."

Vanessa menyapa dengan sopan pada rekan seniornya. Ada Diana dan juga Suwanto. Yang tentu saja langsung membalas sapaan itu dengan sama sopannya dan menghampirinya. Alih-alih langsung melanjutkan perjalanan mereka.

"Siang juga, Bu."

"Abis bimbingan ya?" tanya Diana. "Kayaknya tadi ruangan Ibu rame."

Vanessa mengangguk. "Iya, Bu. Hari ini lagi banyak yang bimbingan. Ini juga baru selesai dua orang. Lagi istirahat bentar. Nanti jam dua ada lagi yang mau bimbingan."

"Kalau masih muda, memang beda. Jadwal bimbingan penuh," komentar Suwanto seraya terkekeh geli. "Kalau sudah berumur kayak saya, jangan heran. Mau ngebimbing seorang mahasiswa aja rasanya udah berat."

Vanessa dan Diana sontak tertawa. Pun Suwanto, tampak tertawa juga dengan perkataannya sendiri.

"Masih muda loh, Pak. Buktinya masih bisa ngelawak."

Maka makin terkekehlah Suwanto mendengar balasan Vanessa. Hingga kemudian, dosen yang sudah bergelar profesor itu tampak menarik napasnya sekilas.

"Oh iya. Ibu sudah makan siang? Bagaimana kalau kita makan bareng di luar? Mumpung waktu masih lapang."

"Ah, bener, Pak. Kita udah lama nggak kumpul-kumpul ya?" tambah Diana tampak antusias. "Bagaimana, Bu? Nggak ada kerjaan kan sekarang?"

Vanessa mengingat jadwalnya hari itu. Dan dalam hitungan detik yang cepat, ia yakin bahwa saat itu dirinya bebas hingga jam dua nanti. Karena memang sebelumnya Vanessa pun berniat mengosongkan jam siangnya untuk istirahat. Lagipula, berkat aktivitas dadakan yang pagi tadi ia lakukan bersama Ryan, Vanessa jadi lupa membawa bekal yang sudah ia siapkan. Lantaran terlalu terburu-buru untuk pergi ke kampus.

Sekarang, mengingat sudah masuk jam istirahat dan dirinya tidak membawa bekal, otomatis saja tawaran itu sangat menggiurkan. Jadi, tentu saja ia bisa ikut---

"Permisi, Ibu Vanessa?"

Mendadak saja ada seorang pria dengan jaket ojol yang tiba di ruangannya. Dengan satu kantung di tangannya, ia tampak menerka-nerka yang mana namanya Vanessa di antara dua orang wanita di sana.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now