10. Tak Dapat Dihindari

1.1K 79 1
                                    

Ketika ujian tengah semester telah dilalui, maka sebenarnya Vanessa adalah orang yang paling mensyukurinya. Dan itu bukan tanpa alasan. Melainkan karena beban kerjanya yang otomatis berkurang.

Mengembang tanggung jawab untuk empat mata kuliah yang berbeda di satu semester yang sama, jelas bukan menjadi hal yang ringan untuk dilakukan oleh dosen sains. Terutama bila mata kuliah tersebut memiliki praktikum di dalamnya. Otomatis saja pekerjaan menjadi dua kali lipat lebih berat dari biasanya. Dan begitulah yang dialami Vanessa. Terutama mengingat bahwa ia juga berkecimpung dalam kegiatan administrasi kampus. Nyaris sepanjang hari ia benar-benar sibuk.

Maka bisa dipastikan bagaimana senangnya Vanessa sekarang. Memasuki pertengahan semester genap itu, praktis dirinya hanya bertanggungjawab dengan kelas praktikum Botani dan kelas perkuliahan Biokimia. Selain itu? Ehm ... secara harfiah sih ia tidak ada tugas apa-apa lagi. Walau pasti, akan selalu ada pekerjaan mendadak yang secara ajaib menampakkan diri.

Melewati hari Senin kemarin dengan praktikum Botani di jam dua belas siang, kali ini di hari Selasa Vanessa akan memberikan kuliah di kelas Biokimia. Juga di jam dua belas siang.

Keluar dari ruang kerjanya, saat itu masih sekitar jam setengah dua belas. Dan bila tidak ada halangan, Vanessa bisa tiba di gedung kuliah setelah berjalan kaki beberapa menit lamanya. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Lantaran jarak antara dua gedung tersebut yang memang terbilang dekat.

Mengunci pintu ruangannya, Vanessa baru saja akan langsung beranjak meninggalkan tempat itu ketika ia mendapati seorang dosen yang berjalan ke arahnya. Tak perlu ditanya, dosen wanita itu pasti bermaksud untuk menemuinya. Dibuktikan oleh tatapan mata mereka yang bertemu dan ada senyuman yang ia dapatkan.

"Bu Emi."

Vanessa menyapa seraya tersenyum pula. Menyambut kedatangan rekan seprofesinya itu. Yang bisa disebut sebagai senior oleh Vanessa. Mengingat perbedaan usia dan juga tahun mereka masuk.

Sapaan Vanessa dibalas dengan sama ramahnya. Ketika wanita yang berkulit sawo matang itu tepat berdiri di hadapannya.

"Bu Vanessa," balas Emi. "Mau kuliah ya, Bu?"

Mengangguk, Vanessa menjawab. "Biokimia, Bu. Jam dua belas ini. Ehm ... ada apa, Bu? Ada keperluan sama saya?"

"Sebenarnya iya. Tapi, nanti saja kalau begitu. Tunggu selesai ibu ngajar."

"Oooh," lirih Vanessa. Namun, terang saja. Perkataan Emi membuat rasa penasarannya timbul. "Kalau boleh tau, keperluan apa ya, Bu?"

"Itu, Bu. Sebentar lagi kan kampus mau menyelenggarakan PKM. Jadi, Bu Kajur rencananya mau buat kelompok bimbingan gitu. Dari tahun kemaren kan proposal dari jurusan kita dikit yang keterima, Bu."

Vanessa seketika teringat dengan Tiara, yang kemaren menemui dirinya untuk bimbingan.

"Bu Kajur minta saya untuk buat tim. Terdiri dari beberapa orang dosen gitu, Bu. Buat ngasih bimbingan dan pengarahan. Nah, rencananya saya mau ngajak Ibu. Nggak keberatan kan?"

"Oh, nggak, Bu, nggak," geleng Vanessa cepat. "Tapi, ini saya kuliah dulu ya, Bu? Nanti habis kuliah saya langsung ke jurusan. Gimana?"

Emi mengangguk. "Baik, Bu. Nanti saya tunggu di bawah. Sebelumnya, makasih, Bu. Selamat kuliah."

Nah, seperti inilah halangan yang dimaksud oleh Vanessa. Terkadang perjalanan ke gedung kuliah pun bisa menjadi hal yang lama. Karena mungkin saja ada beberapa orang yang mencegatnya di tengah jalan.

Satu lagi, sepertinya baru beberapa saat yang lalu Vanessa pikir ia bisa menarik napas lega di sisa semester ini. Tapi? Tugas dadakan selanjutnya tiba-tiba saja datang. Maka bisa dibayangkan, Vanessa tidak bisa benar-benar santai seperti perkiraannya semula. Karena pada kenyataannya, begitulah pekerjaan dosen. Lebih banyak yang di luar rencana ketimbang yang berada di dalam rencana.

[Masih] Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Onde histórias criam vida. Descubra agora