Chapter 43 - Tentang Fiola dan ungkapan kebohongan Adnan

8.5K 759 18
                                    


Sudah dua hari sejak Bella dibolehkan pulang ke rumah dengan syarat harus tetap menjaga pola makan dan tidak boleh kelelahan, selain itu Adnan sebagai suami juga diberikan banyak nasihat agar tak mempengaruhi pikiran istrinya, pria itu benar-benar dicecari nasihat oleh orang tuanya hingga Adnan lelah mendengarnya.

Adnan meletakkan nampan yang berisi semangkuk bubur ayam dan segelas susu di nakas lalu meraih ponsel yang digenggam Bella sejak tadi, sejak keluar dari rumah sakit Bella betah berlama-lama menggenggam ponselnya dan menonton ratusan video lewat aplikasi tiktok, sebelumnya Bella terus mengeluh pada Ratu karena merasa kurang kerjaan hingga perempuan itu merekomendasikan mendownload aplikasi yang isinya penuh dengan hiburan itu.

"Makan dulu ya," ucap Adnan sembari mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang.

Bella mendelik tajam sebelum berdecak sebal, "apa-apaan sih! Balikin ponsel aku!"

"Bakal aku balikin kok, tapi kamu makan dulu ya Bel dari pagi kamu belum makan loh," ucap Adnan mencoba membujuk Bella selembut mungkin.

"Apa pedulimu!" Sembur Bella kemudian merampas ponselnya yang masih berada di genggaman Adnan dengan kasar lalu beranjak dari kasur meninggalkan Adnan sendirian di kamar.

Adnan menghela nafas berat, penolakan-penolakan Bella beberapa hari ini benar-benar menyentil hatinya hingga akarnya.

Adnan beranjak dari kasur lalu menarik sudut bibirnya lebar-lebar sebelum melangkah keluar, bukannya ia sudah akrab dengan penolakan-penolakan Bella sejak  pertama mereka menikah? Adnsn ayolah lebih semangat lagi untuk mengembalikan Bellanya yang dulu, Bella yang selalu tersenyum lebar saat mendapatkan perhatian lebih dari Adnan.

Adnan menghentikan langkahnya saat mendengar suara gelak tawa Bella dari ruangan depan, Adnan lantas melangkahkan kakinya menuju ruangan depan tempat tawa renyah Bella berasal.

"Eh Nan," sahut Ratu hingga membuat Bella juga ikut menoleh pada arah pandang sepupunya itu.

"Udah lama Rat?" Tanya Adnan.

"Baru aja kok, ini Bella mau dibeliin rujak katanya jadi gue mampir sebentar," jawab Ratu terus terang.

Adnan mengangguk pelan kemudian menarik sudut bibirnya samar, merasa kehadirannya di rumah ini tak ada artinya. "Mau gue bikinin minum nggak Rat?"

"Eh nggak usah Nan, tadi gue udah beli minuman kok tuh udah diminum sama Bella," tunjuknya menggunakan dagunya pada Bella yang antena menyedot pipet minuman rasa cokelat itu.

Lagi dan lagi Adnan tersenyum tipis, menatap sang istri yang memilih menyibukkan diri dengan minuman yang berada pada genggamannya itu, "minumnya jangan terlalu banyak ya Bella," ucapnya lembut sebelum melangkahkan kembali kakinya ke dapur.

Adnan mendaratkan bokongnya pada kursi yang berada di halaman belakang seraya menatap halaman yang mulai dipenuhi rerumputan liar, Adnan belum sempat memotongnya bahkan untuk bernafas lega saja Adnan lupa caranya setelah mati-matian merasa bersalah pada sang istri.

Membiarkan Bella tertekan akan kiriman paket dan ancaman dari Fiola sudah membuatnya terbunuh namun tak mati, seharusnya dulu Adnan tak terlalu berambisi pada proyek baru restorannya hingga mengabaikan hal penting yang membuat hubungannya dengan Bella renggang.

Kai sungguh prihatin pada kondisi Adnan hingga sahabatnya itu melarang keras Adnan ke restoran sebelum hubungannya dengan Bella membaik, Kai sebagai sahabat tentunya selalu mendukung Adnan di belakang pundak pria itu, menguatkan segala hal yang mematahkan Adnan. Selain Kai ada Anindira yang juga menjadi garda terdepan untuk dijadikan tempat curhat dan meminta saran, meskipun Adnan tahu wanita itu juga punya masalah besar yang disembunyikannya dari siapapun.

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now