Chapter 17 - Degupan di bawah derasnya hujan

13K 945 15
                                    

Setelah kejadian tadi pagi Bella menjadi was-was jika Adnan berada di dekatnya, pria itu bagaikan binatang buas yang tiba-tiba saja bisa menyerang. Saat ini keduanya berada di tepi kolam berenang, Adnan baru saja datang dari membeli beberapa macam makanan dan juga minuman.

“Sok ngambek tapi makanan yang kubeli dimakan juga,” komentar Adnan yang sedang mencelupkan kakinya di kolam renang.

“Loh kamu kan yang nawarin, aku nggak maksa-maksa buat dikasih!”

“Alasan!” Balas Adnan cepat.

“Yaudah nih aku balikin,” kesal Bella, ia mengembalikan pisang cokelat yang baru saja digigitnya kembali pada kotak lalu mendorong kotak tersebut agar lebih dekat dari Adnan.

“Ya ampun Bel kan becanda, aku becanda,” ucap Adnan sembari tertawa pelan hingga membuat Bella mendengus kesal.

Bella beranjak sembari terus menatap Adnan setelah pria itu juga balik menatapnya Bella membuang muka lalu mengentakkan kakinya sebelum meninggalkan Adnan di tepi kolam renang.

Bella menaiki anak tangga dengan raut kesal, sesampainya di kamar Bella langsung melempar tubuhnya ke atas ranjang lalu menendang-nendang.

“Adnan sialan, dasar sampah!” Maki Bella geram.

3 hari di Bali pria itu benar-benar sungguh menyebalkan, bahkan lebih menyebalkan dibandingkan saat di rumah, liburan yang direncanakan Bella sebelumnya benar-benar kacau hanya karena Adnan, ia sudah 3 hari di Bali dan baru berkunjung ke Kuta, huft buang-buang waktu.

Bella menyugar rambutnya alu menarik-nariknya frustrasi, “ahk kenapa jadi begini sih? Bodo amat pokoknya nanti sore aku mau pergi sendiri kalau Adnan nggak mau!”

Sial, sial, sial. Ini bukan liburan namanya, seharusnya 3 hari di Bali ia sudah mengunjungi setidaknya 5 destinasi wisata, bukannya malah terus menerus mendekam di kamar seperti orang yang sedang sakit keras.

Bella meraih ponselnya yang dichargernya tadi pagi, mencari destinasi wisata yang bisa ia kunjungi nanti sore melalui Google.

“Hm nggak deh, aku udah pernah kesini lagi pula aku takut sama monyet,” gumam Bella bermonolog saat membaca referensi monkey forest.

“Nah ini seru kayaknya, tapi agak jauh,” cetus Bella melemah.

“Di mana?” Tanya Adnan yang baru saja masuk ke dalam kamar, pria itu sepertinya sejak tadi menguping semua perkataan Bella.

Bella menoleh menatap tak suka kepada Adnan yang baru saja mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang, “nggak!” Balasnya sengit lalu meletakkan ponselnya di samping, menutup rapat mantanya agar Adnan mengerti bahwasanya ia tak ingin diganggu.

“Kamu marah Bel? Aku bercanda kali masa dianggap serius sih,” ucap Adnan.

“Bacot!” Balas Bella dengan mata terpejam.

Adnan membulatkan matanya, “ya ampun Bel, udah pintar ya sekarang,” komentarnya.

“Ya, memangnya situ doang yang pintar!”

“Nggak capek apa marah-marah terus, kita bisa nggak sih Bel akrab layaknya suami istri sehari aja?”

“Nggak bisa! Semuanya tergantung kamu Nan tapi kamu yang sering mulai duluan,” ungkap Bella.

Adnan mengangguk pelan, bukannya ia mengakuinya tetapi Adnan hanya tak ingin mendengar Bella terus mengoceh, “iya deh aku minta maaf.”

“Siklusnya gitu terus Nan, minta maaf nyebelin lagi, gitu aja terus,” balasnya sengit.

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now