Chapter 40 - Kehancuran

8.6K 787 33
                                    


Bella tertawa sumbang dengan mata yang berkaca-kaca setelah mendengar penjelasan Adnan, pria itu menjelaskan semuanya tanpa terlewat sedikitpun.

"Oke," ucap Bella pada akhirnya setelah cukup lama terdiam dan hanya tertawa.

"Tapi itu dulu Bel, sekarang aku udah ada kamu." Adnan berusaha menggenggam tangan Bella tetapi perempuan itu menyembunyikan tangannya di belakang.

"Oke Adnan, oke. Aku nggak mau denger lagi, bagi aku itu udah cukup," ucap Bella sembari memejamkan matanya hingga air matanya lolos begitu saja membasahi pipinya.

"Sayang..." Adnan hendak menggenggam tangan Bella namun perempuan itu terlebih dahulu menarik tangannya, muak dengan apa yang diucapkan Adnan.

"Bisa berhenti ngak aku bilang?" tanya Bella tajam.

Adnan menghela nafas panjang, "kamu belum dengar semuanya," balasnya.

Bella menajamkan tatapannya, menatap Adnan dengan pandangan tak suka, "buat apa didengar kalau baru permulaannya udah bikin sakit hati, aku udah tahu kemana jalan ceritamu itu tanpa kamu jelasin panjang lebar!"

Adnan menyugar rambutnya kasar bahkan sesekali menariknya kencang, teramat frustasi dengan sikap Bella bahkan tadi malam perempuan itu lebih memilih tidur di lantai dua yang isinya penuh barang-barang.

"Hati perempuan mana yang nggak sakit kalau denger hal kayak gitu Nan, sekarang kamu puas kan udah buat aku berantakan kayak gini, udah buat hatiku hancur sehancur-hancurnya!!" Bella terus mengoceh dengan air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipinya.

Adnan menarik pergelangan tangan Bella hingga perempuan itu merapat pada dada bidangnya lalu Adnan mendekap sang istri begitu erat, menyalurkan segala kerinduan yang belakangan ini tak ia dapatkan karena Bella menjauhinya.

Bella memberontak ingin dilepaskan, memukul-mukul dada Adnan kuat hingga pria itu melepaskannya dengan rintihan yang tertahan.

"Jangan sentuh aku!" Bella agak mundur, sedikit menjauh dari hadapan Adnan.

"Kenapa Bella? karena kamu jijik setelah dengar penjelasan aku?" tanya Adnan melirih, matanya merah menahan tangis.

"IYA, AKU JIJIK!!" ucap Bella penuh penekanan dengan nada serak karena terlalu banyak menangis.

Adnan tersenyum tipis, perkataan Bella tak terlalu panjang bahkan terkesan singkat dan jelas namun mampu mengenai hati Adnan hingga rasa sesak menghantamnya, Adnan benar-benar sulit bernafas dengan lega karena perkataan Bella membuatnya seolah pasokan oksigen kian menipis di sekitarnya.

Adnan tetap mempertahankan senyum tipis di bibirnya lalu mangut-mangut, "kamu tahu Bel aku setiap harinya selalu merasa kecil berdiri di sampingmu karena alasan itu. Kamu cantik, kaya raya sejak lahir dan bahkan kamu masih terjaga setelah kita menikah, kamu terlalu sempurna untuk berdiri di sampingku yang hidupnya pernah rusak. Tapi setelah perasaanku mulai tumbuh aku mulai memperbaiki kembali diriku agar pantas berdiri di samping kamu, menjadikan diriku pantas untuk kamu Arabella."

Bella berdecih, "terus setelah aku dengar semuanya kamu harap aku bakalan terharu gitu? enggak, aku udah muak sama kebohongan kamu sejak awal!"

"Aku bohongin kamu yang bagian mana Bella? aku hanya nggak meluruskan tentang Fiola kenapa kamu malah membesar-besarkan masalah?!"

Marriage, Not DatingМесто, где живут истории. Откройте их для себя