Chapter 19 - Mas Anan

10.9K 945 12
                                    


Rencananya hari ini Adnan ingin mengajak Bella minggat dari villa Ametta, sebelumnya ia sudah merencanakan menginap di hotel mewah yang tak jauh dari pantai, menikmati makan malam romantis, melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan dan menghabiskan waktu selama 48 jam di samping Bella.

Namun itu hanya menjadi angan setelah eyang menelepon agar keduanya segera ke Solo, Adnan tak enak menolak lagi pula eyang mengatakan kalau keduanya sudah cukup untuk menikmati honeymoon selama 5 hari di Bali.

Bella memasukkan barang-barangnya ke dalam koper dengan kasar, wajahnya ditekuk dan mungkin sedikit lagi air matanya akan jatuh.

“Kamu kan bisa nolak Bel, kenapa harus jadi gini sih kalau memang nggak bisa ya tolak,” komentar Adnan yang sejak tadi sudah menyiapkan barang-barangnya.

“Sebelum aku tolak, eyang udah telak aku duluan,” ucap Bella lirih.

Adnan berjongkok di hadapan Bella lalu memegang kedua bahu perempuan itu agar menatapnya, “nanti ya kalau kita punya waktu luang lagi aku bakalan ajak kamu ke Sumba, nggak usah nangis dong cengeng banget sih,” komentarnya sembari menghapus air mata Bella yang runtuh seketika.

Bella bergerak menarik Adnan ke dalam pelukannya, menumpahkan kesedihannya di bahu pria itu, “ya ampun kok aku jadi lebay gini sih,” komentarnya pada diri sendiri.

Adnan terkekeh lalu mengusap lembut punggung sang istri, “aku paham kok Bel apa yang kamu rasain.”

Adnan tahu betul Bella menangis bukan karena liburannya belum terselesaikan, perempuan itu hanya merasa kesal lantaran disuruh ke Solo padahal villa sedang ramai-ramainya, ada Ametta, Gista dan Dizi. Kemarin malam Adnan sempat mendengar mereka berbicara tentang rencana ke Kintamani sore ini.

“Nanti aku coba bicara sama eyang kalau kamu masih mau disini,” ucap Adnan.

Bella menghapus sisa air matanya lalu melepaskan dekapannya, “nggak usah Nan, eyang udah dari lama panggil aku ke Solo tapi aku nggak pernah bisa.”

Adnan mengangguk pelan, “kalau gitu nggak usah nangis dong.”

Bella mengangguk samar kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya memasukkan pakainya ke dalam koper.

“Kamu mau ambil keberangkatannya kapan Bel? Sore atau malam?” Tanya Adnan.

“Sore,” balas Bella.

“Kita nikmati Ubud ya hari ini, kamu siap-siap dulu aku tunggu di luar,” ucap Adnan beranjak dari sana lalu menutup pintu kamar dengan pelan.

Adnan melangkahkan kakinya menuju lantai bawah, terdengar seseorang yang sedang bercakap-cakap di ruang tengah, namun langkah Adnan kian memelan setelah ditatap sengit oleh sepasang mata yang Adnan cukup mengenal baik orangnya.

Adnan tersenyum samar kemudian melangkah percaya diri lalu mendaratkan bokongnya di samping Gista sembari merangkul wanita itu, “kok kamu tinggalin aku sendirian di kamar sih,” ucap Adnan semakin mempererat rangkulannya, jika dilihat dari mata orang biasa hal tersebut terlihat sangat begitu memaksa, tetapi jika dilihat oleh mata pria yang sedang cemburu yang dilakukan Adnan itu hal yang sangat romantis.

“Apa-apaan sih njing,” geram Gista dengan suara tertahan, wanita itu memelototi Adnan.

“Uh sayang, kamu semalam mabuk berat ih aku nggak suka,” cetus Adnan kemudian menyolek hidung Gista.

“Hidungku nyut-nyutan bodoh!” Komentar Gista pelan namun penuh penekanan.

“Adnan apa-apaan sih?!!” Sentak Dizi tak suka.

“Dizi kenapa sih? Semalam aku sama Gista mesra-mesraan kamu nggak marah-marah kayak gini deh,” ucap Adnan mendramatisi, sedangkan Ametta yang sedang duduk di seberang sana menahan tawanya mati-matian.

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now